Prolog

412 30 1
                                    

Sebuah ponsel berwarna hitam bergetar beberapa detik menampilkan pesan dari nomor yang sangat dikenalnya. Seorang gadis berwajah tirus hampir terlonjak kaget dengan bunyi getaran itu. Matanya menggelepar gelisah seakan mencari seseorang yang bisa menolongnya dalam ketakutan. Ponsel yang kini telah diam itu hanya dipandanginya cukup lama. Dia baru tergerak untuk mengambil ponsel itu saat benda tersebut bergetar kembali.

Gadis cantik berkulit putih itu menelan ludah berkali-kali, berharap bisa menenangkan kecemasannya. Sebenarnya dia tidak sanggup membaca dalam kondisi seperti ini. Tapi akal sehatnya menyentakkan kesadarannya bahwa dia harus keluar dari masalah ini. Lagi pula pesan itu belum tentu dari seseorang yang baru saja diketahuinya sebagai dalang percobaan pembunuhan seorang artis muda.

Adam...

Nama itu meluncur dari bibirnya yang bergetar hebat, membuat jantungnya semakin bergemuruh. Setetes air mata mengalir membasahi pipinya yang dingin. Lalu ketika dia menggeser layar ponselnya untuk membaca pesan tersebut, dia memejamkan mata seolah tak ingin membukanya kembali.

Tenanglah...

Suara hatinya kembali terngiang. Hingga akhirnya dia membuka kedua matanya yang telah basah. Ketika mata itu telah sanggup menangkap sinar dan tertuju pada tiga kata yang tertera di layar ponsel, seketika dia menutup mulut untuk membungkam pekikannya sendiri.

You must die!

***

Selamat malam semua
Gimana setelah baca prolognya? Penasaran atau biasa aja?

Sebelum aku lanjut ke Bab 1, aku akan cerita sedikit tentang cerita ini. Seperti yang udah aku jelaskan sebelumnya, cerita ini aku ikutkan dalam lomba novel Inari Writing Festival tahun 2018, dan bersyukur banget bisa masuk 20 besar.

Menulis cerita ini bisa dibilang buru-buru karena dikejar deadline. Tentang nama tokoh dan karakternya, tentang alur dan adegan-adegannya, dan terakhir tentang judul, bisa dibilang yah, masih perlu banyak perbaikan.

Ada satu hal yang pada akhirnya bikin aku galau, yaitu tentang judul. Waktu itu karena bingung, aku asal comot judul aja dan baru merasa korelasi antara judul dengan cerita agak terlalu dipaksakan.

Jadi buat teman-teman pembaca, kalau nanti waktu baca ceritaku ada kejanggalan tentang judul dan beberapa bagian kisahnya, diabaikan aja ya. Fokus aja ke inti cerita tentang Alanis, Evelyn, Kayonna, Adam, David, dan Prissa.

Jangan ragu untuk kasih masukan ya.

Selamat membaca.

The EleventhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang