9. Sarapan dari David

88 18 0
                                    

Pagi itu kelas XII IPA 1 belum terlalu banyak siswa yang datang. Alanis dan Evelyn datang bersamaan dan mendapati Adam, David, dan beberapa siswa sekelas melihat kedatangan mereka. Sesaat mata Alanis tertumbuk pada sosok Adam yang juga sedang melihatnya. Gadis itu dengan cepat mengalihkan pandangan saat menyadari bahwa David juga sedang memandangnya.

Rasa tidak nyaman karena dipandangi oleh dua orang cowok membuatnya ingin segera duduk di kursinya. Tapi tak cukup lama dia menenangkan diri, karena lima detik setelah dia menduduki kursi tersebut, David mendatanginya sambil menyodorkan kotak kecil yang diyakininya berisi makanan.

Alanis menatap kotak itu kemudian mendongak. “Apa ini, Vid?”

“Sarapan buat lo,” jawab David dengan senyum termanisnya.

“Buat gue?” Alanis masih bingung dengan kehadiran David yang tiba-tiba.

Tanpa diundang, David duduk di samping Alanis. “Kita makan bareng-bareng, ya. Kebetulan gue juga belum sarapan. Tadi dibawain beginian sama Mama. Padahal gue udah nolak. Malu sebenarnya.”

Beberapa teman mereka yang menyaksikan proses pendekatan itu lantas meledek David dengan sorakan, membuat Alanis malu. Tapi David seperti tidak peduli. Cowok itu masih tersenyum tanpa memedulikan ledekan teman-temannya.

Alanis melihat David membuka kotak makanan itu dan mengeluarkan dua buah sandwich berisi daging dan sosis. David mengambil keduanya dan memberikan satu tangkup pada Alanis. Gadis berambut melebihi bahu itu menerimanya ragu-ragu.

“Thanks ya, Vid. Harusnya lo nggak perlu repot-repot begini,” ucap Alanis masih menatap sandwich yang berada dalam genggamannya itu.

“Gue malah seneng bisa sarapan bareng lo.”

Alanis membuka mulut dan siap untuk gigitan pertama ketika Adam melintas di hadapannya tanpa menoleh. Cowok itu seperti sengaja berlalu menghindari adegan yang membuat hatinya panas.

Melihat reaksi Adam, Alanis jadi teringat pada Evelyn yang entah di mana keberadaan gadis itu. Alanis mengedarkan pandangan ke setiap penjuru kelas dan dia menemukan Evelyn sedang duduk di deretan bangku milik Prissa. Mungkin Evelyn juga menghindar.

Kenyataan itu membuatnya tak sanggup untuk menggigit sandwich yang terlihat sangat menggoda. Mulutnya mengatup dan meletakkan makanan itu ke dalam kotaknya lagi.

“Kenapa?” tanya David heran.

“Gue tadi udah sarapan. Jadi ini buat makan siang aja nanti. Sekali lagi thanks ya, Vid.”

David menatap dengan pasti seolah mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. “Lo nggak mau makan karena di sini ada orang lain kan?”

“Beneran, Vid, gue udah sarapan,” elak Alanis merasa canggung dengan tebakan David. Sepertinya David paham mengapa tiba-tiba Alanis membatalkan untuk melahap makanan itu.

“Oke,” David menghela napas panjang, “kalau gitu gue juga makan nanti bareng lo di kantin ya.” David memasukkan kembali makanan tersebut dan meletakkan kotak itu di kolong meja Alanis. David sudah berniat untuk pergi tapi menoleh kembali, “Nanti malam gue main ke rumah lo.”

Itu sebuah pernyataan. Bukan pertanyaan, penawaran, atau pun perizinan. David dengan percaya diri mengatakan akan datang. Padahal Alanis belum tentu mengiyakan. Lalu yang terjadi adalah, Alanis dilanda keterkejutan dan debaran aneh yang selalu melandanya jika bersama David, dan juga... Adam. Dua cowok itu memang membuat perasaannya campur aduk. Belakangan dia bingung sendiri, mengapa kehadiran Adam juga menggetarkan hatinya sedangkan yang disukainya adalah David?

***

David tidak melupakan janjinya. Cowok itu mengajak Alanis untuk makan ke kantin bersama. Padahal saat itu Evelyn dan Kayonna ada di sebelahnya. Justru Alanis-lah yang kelabakan.

The EleventhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang