[2] "Winter is Coming."

297 74 9
                                    

Mingyu terbangun dengan keringat membanjiri tubuh, jahitan pada perutnya terasa nyeri oleh gerakannya yang terlalu mendadak. Ia meringis sakit sebelum menyadari bahwa ia bukan berada di tenda hangat miliknya di tengah salju.

Ia berada di sebuah ruangan sempit, cukup untuk diisi ranjang dan nakas yang diatasnya terdapat mangkuk berisi air hangat dan kain putih kusam. Berdinding kayu lapuk yang masih kuat diterjang angin bersuhu minus, bau lembab menusuk hidung. Tidak terasa dingin, namun tidak juga hangat karena perapian kecil yang sama sekali tidak mampu menaikkan suhu ruangan.

Pemuda yang kini bertelanjang dada dengan perban membalut sekujur badan itu baru menyadari bahwa ia tidak sendiri di dalam ruangan. Ia mengenali sosok crow muda yang membaca buku tebal di pangkuan duduk tepat dibawah obor.

Dengan cahaya seadanya ia memperhatikan dengan jelas figur wajah lelaki yang mungkin berada di usia yang sama dengannya itu. Kulitnya putih pucat, hidung bangir dan dagu persegi bersih tanpa jenggot tebal seperti Nights Watch yang biasa ia jumpa.

Sesekali kening lelaki itu berkerut dengan kedua mata yang tidak pernah lepas dari buku, kemudian sekon berikutnya ia tersenyum tipis. Sangat tipis sampai Mingyu sedikit sangsi apakah itu hanya ilusi mata yang ia buat.

Mingyu berdeham, membuat fokus lelaki itu pada buku akhirnya teralihkan. Mempertemukan netra Mingyu dengan kedua mata lancip bak rubah yang mengerjap tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, bingung ucapan apa yang harus dilontarkan di situasi yang kini terasa dipenuhi aura kecanggungan.

"Kau sudah sadar?"

Lelaki itu menutup buku tebalnya, enggan mendekat tetapi tatapan matanya berubah menjadi lebih awas. Biar bagaimanapun mereka musuh bebuyutan –astaga, Mingyu sampai melupakan fakta itu.

"Kau bisa lihat sendiri" Mingyu meneliti kembali keadaan tubuhnya. Tidak ada yang kurang –maksudnya seperti salah satu jari yang hilang atau bahkan kaki yang disiksa hingga tidak bisa dibuat berjalan.

Bahkan bisa dibilang tubuhnya terasa lebih baik, beberapa luka di tangan tampak mengering tanpa busuk akibat cuaca buruk. Begitu juga selimut tebal nan hangat yang memeluk kedua kaki telanjangnya tanpa sepatu boots. Terlalu nyaman.

"Sudah berapa hari aku berada disini?"

Mingyu memperhatikan bagaimana lelaki bermata rubah itu berjalan kearah perapian, melempar dua hingga tiga bongkah kayu yang langsung menyatu dengan bara api menimbulkan suara gemeletuk, kemudian kembali duduk nyaman di posisi semula.

"Dua hari. Lukamu parah, kau hampir mati,"

"Bukankah aku sudah mati jika berada disini? Castle Black kan?" Mingyu mendengus sebal, "bagaimana dengan gadis kecil itu? Kalian membunuhnya? Memakannya?"

"Kami bukan Wildlings,"

"Well, bukannya manusia dalam tembok selalu menghabisi seluruh Wildlings?"

"Gadis itu di Winterfell sekarang. Lord Coups memerintahkan antek-anteknya untuk membawa ia kesana. Ia aman"

"Lalu kenapa kau menolongku?"

Lelaki muda itu terdiam, membuka sarung tangan kemudian meniupkan uap panas diatasnya, "kami membutuhkan informasi mengenai kalian,"

"Dan aku tidak sebodoh itu untuk memberi informasi dengan percuma,"

"Lord Coups akan membuatmu mengatakannya"

Pembicaraan mereka selesai. Mingyu dapat merasakan bahwa lelaki itu tidak membenci bahkan memperlakukannya hina seperti Nights Watch yang biasa ia jumpa. Wajahnya memang tanpa ekspresi tapi ia terlihat sangat peduli.

North [MEANIE]Where stories live. Discover now