[3] "As long as I'm here, no one can hurt you,"

283 69 20
                                    


Hal yang pertama kali tertangkap oleh indra penglihat Mingyu adalah lelaki berambut pirang dengan raut wajah menenangkan duduk diatas kursi menatapnya dalam diam. Kedua mata Mingyu melebar terkejut, berusaha untuk duduk, melupakan luka yang kini memaksanya mengerang sakit akibat tendangan ajaib Seungyoun di bagian perut.

"Wonwoo mengobatimu dengan baik," ucap lelaki itu, senyumnya teduh. Bersandar dan melipat kedua tangannya di depan dada, "Memang anak itu lebih berbakat dari yang aku kira,"

"Kau siapa?"

"Aku? Kita bertemu di persidangan kemarin, Mingyu"

Seketika ingatan Mingyu kembali terputar, mengenali sosok pria berambut pirang yang selalu berada di sisi kanan Lord Coups sejak awal persidangan. Termasuk yang memberinya opsi keringanan mendekam dibawah tanah dengan status tahanan daripada membunuhnya langsung ditempat.

Lelaki itu terkekeh pelan seraya mengusap rambut yang menutupi sebagian wajah, "Baiklah, kita belum berkenalan dengan baik. Aku Jeonghan. Penasihat Seungcheol di Castle Black,"

"Seungcheol?"

"Ah iya, itu nama kecilnya. Aku tidak suka harus memanggilnya dengan sebutan formal seperti, Lord Coups—eww" Jeonghan bergidik geli dan mengibaskan satu tangan. Mau tak mau Mingyu kembali mempertanyakan dalam hati bagaimana mungkin Nights Watch adalah sekumpulan narapidana yang terbuang dari kerajaan jika belum acap seminggu ia sudah disuguhi dua sosok crow hangat tak menakutkan.

"Apa kau akan membunuhku?" Mingyu menerka reaksi Jeonghan yang kini memejamkan mata seolah memikirkan suatu jawaban walau akhirnya ia hanya mengedikkan bahu dan kembali tertawa ringan.

"Entah. Hanya Seungcheol yang bisa memutuskan,"

"Lalu kenapa kau ada disini?"

"Aku tabib, oke? Ya walau tugasku sudah diambil oleh Wonwoo, sih. Kau harus tahu, anak itu sudah dua kali mengganti perbanmu dalam semalam. Kalau aku jadi dia, aku lebih memilih istirahat di kamar seharian dan menyesap secangkir teh hangat dibanding terjaga menyembuhkan luka musuh bebuyutan,"

Mingyu mendecih.

"Bercanda, Mingyu. Astaga. Apa Wildling sama sekali tidak bisa diajak bercanda?" Jeonghan mengusap rambut pirangnya lagi. "Tapi dari bentuk lukamu, sepertinya Seungyoun memang benar – benar berniat membunuhmu."

Mendengar nama itu Mingyu mendecih kesal sekali lagi, di telinganya masih terngiang tawa sumbang Seungyoun yang seribu kali terasa sangat menyebalkan. Jika saja situasinya berbalik, ia tak akan segan melemparkan Seungyoun ke dalam koloni Wildlings yang haus kelaparan.

Mengerti akan ekspresi Mingyu yang sarat akan kebencian menuntun Jeonghan menghela napas berat, "Jangan terlalu membenci bocah satu itu. Seungyoun memang kasar, omongannya melantur tak tahu arah, tapi dia yang paling bisa dipercaya dan diandalkan,"

Satu yang Mingyu sadari dari Jeonghan, bahwa lelaki itu memanggil semua anak buah nya dengan sebutan sayang seperti bocah dan anak. Seakan mereka tumbuh dekat sebagai keluarga dibandingkan hubungan antar petinggi dan anak buah belaka. Terbesit rasa iri membandingkan diri dengan para tetua Wildlings yang untuk berdiskusi saja bisa terjadi pertumpahan darah percuma.

Jeonghan melanjutkan ceritanya, "Seungyoun mungkin kasar, tapi ia sangat peduli pada kelompoknya. Kalau kau lihat bagaimana ia menjahili Wonwoo nanti jangan terkejut, memang begitu cara ia menunjukkan rasa sayangnya,"

"Sayang?"

"Oke, kau tidak paham. Ya, Wildling mana mungkin paham sih kosakata semanis itu. Kau lihat sendiri bagaimana Wonwoo memperlakukanmu kan, Mingyu. Dia memang begitu.. lembut. Terlalu rapuh dibanding Night Watch lain," Jeonghan memberi jeda sesaat, "Tak hanya aku dan Seungcheol yang pusing memikirkan Wonwoo, Seungyoun memiliki caranya sendiri untuk melindungi bocah manis itu. Percayalah, tidak ada yang menyayangi Wonwoo di kastil ini lebih dari Seungyoun."

North [MEANIE]Where stories live. Discover now