[4] "The things we love destroy us every time,"

316 66 5
                                    

"DISINI!" teriak Daniel menggema diantara dahan tinggi pohon konifer di sekelilingnya, tak lama Seungyoun datang dengan tergopoh – gopoh. Setiap langkahnya diiringi bunyi gemerisik mantel hitam tebal di tubuh dan pedang besi yang terkalung di pinggang. Kedua tapak kakinya yang tenggelam di dalam tanah bersalju membuatnya tubuhnya terkadang oleng sebelum sampai di sisi Daniel dan ikut meringkuk, mengintai dibalik semak belukar kering.

Wonwoo dan Jaehyun juga melakukan hal yang sama walau tidak berlari sekuat tenaga seperti Seungyoun, sementara Mingyu harus terseok mengikuti arah tarikan tali di kedua tangannya yang dibawa oleh Jaehyun.

Sejak malam itu, malam ketika Wonwoo terlelap pulas dengan kedua tangan yang saling bertaut erat dengan Mingyu, Seungyoun seolah melakukan hal apapun untuk memisahkan kedua adam tersebut. Termasuk memaksa Jaehyun untuk mengambil alih tugas Wonwoo untuk menjaga Mingyu.

Kembali kepada Daniel yang kini meneguk ludah kasar menatap bekas pemukiman yang telah kosong dan asap hitam membahana di langit lepas.

"Kita terlambat," pasrah Daniel, "Para Wildlings itu pasti tahu kalau kita akan kesini,"

"Mereka belum lama pergi." Jaehyun menatap Mingyu di belakangnya, "Pergilah kesana."

Baik Wonwoo maupun Mingyu membulatkan kedua mata, Wonwoo segera menahan lengan Jaehyun yang akan mendorong Mingyu keluar dari semak belukar, "Kau menjadikan dia sebagai umpan?"

"Well, bukannya dia juga seorang Wildlings? Kita bisa buktikan ada di pihak mana dia sekarang,"

Wonwoo menggigit bibir bawahnya kuat – kuat, hendak meneriaki sosok pemuda dihapadannya mengapa tidak ada satupun yang percaya bahwa Mingyu berbeda dari Wildlings kebanyakan. Tetapi ketika netranya bertemu dengan obsidian gelap milik Mingyu, ia tahu, sampai kapanpun tak ada yang bisa mematahkan kepercayaan di otak bawah sadar mereka bahwa tak semua Wildlings adalah musuh.

Kecuali Mingyu benar - benar membuktikannya secara langsung.

Mingyu mengangguk samar, menyetujui usul Jaehyun dan berjalan menjauh tanpa menunggu jawaban dari Wonwoo. Lelaki itu terus melangkah, menyeret tali panjang yang berasal dari ikatan di kedua tangan, sesekali tersandung dan memutari bekas perapian yang masih terasa hangat.

Jaehyun benar, setidaknya kelompok Wildlings itu belum berada jauh dari jangkauan.

Pundak Mingyu menegak ketika indera pendengarnya menangkap erangan sakit dari seseorang yang kini terbaring dengan kondisi yang cukup parah. Bekas sabetan pedang di sekujur badan, bibir pucat biru dan pecah – pecah, wajah yang hampir tak bisa dikenali karena terlumuri oleh darah segar dan koyak luka menganga.

Satu hal yang Mingyu tahu, lelaki itu mengenakan jubah crow hitam. Ia pasti Bohyun, anggota Nights Watch yang dimaksud oleh Lord Coups.

"Hei, kau tidak apa?" Mingyu berlutut di sisi lelaki itu setelah melambaikan tangan kearah Daniel dan kawanannya untuk mendekat. Namun jangankan untuk berbicara, barang menggerakkan salah satu anggota badannya saja lelaki itu tidak sanggup.

Nafas lelaki itu terputus – putus, bibirnya berkomat – kamit tanpa suara berusaha ingin menyampaikan sesuatu. Mingyu mendekatkan telinganya, menajamkan indera berusaha mencerna apa yang lelaki anggota Nights Watch itu ingin katakan.

"Mingyu? Ada apa?" suara langkah kaki Wonwoo sayup – sayup terdengar di belakang tubuh Mingyu.

Saat itulah, instingnya sebagai Wildlings yang telah hidup menyatu dalam alam selama bertahun – tahun menyalakan dering bahaya di dalam otak. Ia segera berdiri, berlari menerjang Wonwoo hingga jatuh tersungkur.

North [MEANIE]Where stories live. Discover now