Big No!

15K 1.6K 148
                                    

"Gue nggak butuh uang lo."

Karena dia sudah menyelamatkanku di kasir tadi, aku jadi merasa berhutang budi dan terpaksa menerima ajakannya ke kafe terdekat. Dia mengaku haus dan mengatakan ada yang perlu dia bicarakan denganku.

Tentu saja aku mengatakan akan mengganti uangnya tadi. Berapa tadi jumlahnya? Empat ratus ribu lebih kalau aku tidak salah kan? Baiklah, kugenapkan jadi lima ratus ribu saja. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih atas pertolongannya.

Tapi dia malah menolak. Nggak butuh uangku katanya? Sok kaya banget. "Gue nggak suka ngutang, kecuali kreditan. Jadi gue pasti akan membayar utang gue sama lo. Terserah nanti mau lo terima atau lo sedekahin ke orang lain, itu bukan urusan gue lagi."

Dia menatapku sebentar sambil menyedot lemon squash pesanannya. Lalu kemudian tertawa. "Oke, tapi sebelumnya gue perlu tahu siapa nama lo. Gila aja, ini pertemuan kita yang ketiga, dari tadi lo udah ngoceh panjang lebar, tapi gue belum tahu siapa nama lo. Kalau lo, gue yakin pasti tahu lah siapa gue."

"Percaya diri sekali Anda."

"Gue Ranggih Bhargava. Youtuber tampan dengan hampir dua juta subscribers. Dan lo?"

"Gue Kiran," jawabku malas. "Dan gue sama sekali nggak tahu siapa lo dan nggak peduli siapa lo beserta subscribers lo yang.. berapa tadi jumlahnya lo bilang?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah tertawa mengejek. "Lo nggak tahu siapa gue? Mustahil lah." Astaga.. "Kalau bukan karena lo tahu gue, nggak mungkin waktu itu lo nyapa gue di kafe. Yakin gue, lo pasti salah satu dari subscribers gue. Atau lo follow gue juga di instagram? Kasih tahu gue id lo, biar gue follback sekarang." Dia mengeluarkan ponselnya, melakukan finger print dan langsung membuka aplikasi instagram-nya. "Waw.. padahal satu jam lalu, followers gue masih 4,1M. Sekarang udah nambah 100k aja. Eh, apa tadi user name ig lo?"

"Bodo amat ya. BODO AMAT."

Cowok satu ini, tingkat percaya dirinya terlalu tinggi, bukan lagi di atas rata-rata.

"Eh, lo mau ke mana? Makanan lo belum habis."

"Gue males dengar dongeng lo tentang followers dan subscribers lo itu."

"Gue nggak lagi mendo... oke, gue nggak akan bahas itu lagi. Kita makan aja dulu, gimana?"

"Gue mau pulang."

"Santai dulu. Belum juga ngebahas insiden di kafe minggu lalu."

Baiklah, sepertinya aku memang perlu mendengar penjelasannya mengenai apa yang dilakukannya di kafe minggu lalu. Jadi kuputuskan untuk duduk kembali. Membuat senyum kemenangannya terukir sempurna. "Waktu itu gue cuma memenuhi permintaan sahabat gue yang lagi hamil."

"Permintaan?"

Kuceritakan detail mengenai permintaan Nimas. Lalu Raline yang sepertinya memang sudah menyusun rencana dengan Nimas sejak awal.

"Sejujurnya gue mau berterima kasih sama lo. Karena berkat lo, gue jadi punya alasan untuk menghindari Sasha. Lo masih ingat kan ada cewek yang ngikutin gue waktu itu?"

"Cewek lo kan? Kalau gue nggak salah, dia manggil lo baby."

"I'm not her babe. Dia cuma adik dari teman gue yang kebetulan tertarik sama gue. Atau bisa gue bilang kalau dia terobsesi sama gue. Yaa... lo bisa lihat sendiri kan, gue ini memang... gimana ya. Bukan bermaksud sombong, tapi gue memang cowok yang sangat potensial untuk dijadikan pasangan."

Dih..

Walau memang apa yang dia katakan adalah fakta. Tapi mendengar langsung dari bibirnya sendiri, kok rasanya...

(Not) A Big Deal (Selesai ✔)Where stories live. Discover now