Chapter 1

5.6K 472 101
                                    

Gun berlari melewati lorong sekolah dengan roti di mulutnya. Ia bangun terlambat karena habis bermain game semalaman. Ia membuka pintu ruang lab dengan sedikit kencang. Saat ia pikir ia sudah terlambat, guru kimianya belum masuk ke dalam kelas. Ia pun menghembuskan nafas lega dan berjalan ke arah White.

"Oho, lihat siapa yang terlihat begitu kacau di Senin pagi." Ucap White, Gun terduduk dengan lemas di sampingnya. "Kau beruntung ibu Jennie cuti melahirkan hari ini. Ibu Jennie pasti akan menahanmu lagi setelah pulang sekolah."

"Syukurlah, aku sudah muak dengannya. Aku tidak mengerti mengapa ia selalu sinis padaku."

"Itu karena kau mengatakan padanya bahwa ia tidak mungkin bisa hamil." White menjawab.

Ya, benar. Gun mengatakan itu tanpa berpikir dua kali, yang menyebabkan ibu Jennie selalu menunjuk dan selalu bersikap sinis padanya.

Selama menunggu guru pengganti mereka masuk ke dalam kelas. Gun memperhatikan beberapa murid di dalam kelasnya. Saat itu matanya bertemu dengan Joss, Gun pernah naksir padanya di tahun kedua SMA. Tapi perasaan itu berhenti saat ia membuat lelucon tentang wanita yang menyukainya dan ketertarikan Gun hilang disana.

Menurut Gun, setiap pria seusianya sangat tidak dewasa. Gun juga tidak dewasa, tetapi sebagian besar dari mereka adalah remaja yang sangat konyol. Tidak ada satupun dari mereka yang mampu menarik perhatiannya.

Ia menopang pipinya dengan tangannya saat seorang pria muda masuk ke dalam kelasnya. Matanya bertemu dengan pria muda itu dan melebar karena kaget. Wajah Gun mulai tergelitik dan udara di sekelilinnya terasa kencang. Nafasnya tercekat, ia tidak bisa mendapatkan cukup oksigen. Dia merasakan keterkejutan yang begitu kuat, karena ia sama sekali tidak berharap guru pengganti ibu Jennie begitu...sangat...tampan dan seksi.

Ia sangat muda

Gun sama sekali tidak berharap dia akan terlihat begitu muda.

Guru pengganti itu terlihat benar-benar tidak cocok disini, terlalu tampan untuk berada di tempat yang begitu biasa. Matanya, kristal hitam yang indah, menatap ke dalam matanya, sebelum mengalihkan pandangannya pada murid-murid yang lain.

Sisi wajahnya terpahat dengan sempurna, dari tulang pipinya hingga ke dagunya. Sudut bibirnya membentuk garis yang keras, tetapi jika bibir itu sedikit mengendur, tampak lembut, namun tetap bisa terkendali dan kuat.

"Oi, kau baik-baik saja?" Tanya White, tapi Gun terlalu kaget untuk menjawab, terlalu sibuk dengan dewa yang ada di hadapannya, menatapnya, terus menatap, membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak ia bayangkan.

Gun akhirnya memaksa dirinya untuk memalingkan wajahnya dan menunduk, untuk fokus pada sesuatu yang lain.

"Hai, aku Off Jumpol. Guru kimia pengganti di sekolah ini. Aku akan mengajar selama enam bulan ke depan untuk menggantikan ibu Jennie, mohon kerja samanya." Ia memperkenalkan dirinya di depan kelas. Pada saat dia berbicara, Gun terdiam, hampir lupa bagaimana melakukan sesuatu yang sederhana seperti memberi waii. Suaranya terdengar jantan, dalam, dan halus, dan perut Gun terasa disulut oleh api.

Gun melihat ke arahnya lagi. Ia tidak bisa menahannya. Ada tarikan magnet aneh yang membuatnya terus menatap kepada guru penggantinya.

Off memperhatikannya, tetapi memalingkan muka begitu mata mereka bertemu. Bulu-bulu di bagian belakang leher Gun berdiri.

Off melihat ke arahnya lagi dan keringat mulai terbentuk di dahi Gun. Ia pun kembali menunduk ke bawah, menjauh, memfokuskan dirinya pada buku di hadapannya. Off kembali bicara, kali ini suaranya terdengar sedikit arogan, tetapi mata hitamnya menyala dengan lembut. Bahkan dari kejauhan Gun bisa melihat warna hitam itu, begitu jernih dan memukau.

Perfect ChemistryWhere stories live. Discover now