Chapter 6

3.5K 383 39
                                    

"Apa yang terjadi jika aku tidak mengatakan tidak?" Tanyanya. "Bagaimana jika aku mengatakan aku mau?"

Gun menguji. Menggodanya. Gun tidak tahu apa yang dia minta, apa yang bisa Off lakukan padanya sebelum dia punya kesempatan untuk lari.

Tunjukkan padanya, iblis di dalam diri Off berbisik.

Kedengarannya seperti suaranya, iblis itu adalah dirinya sendiri.

Off membungkuk, menyisahkan satu inci dari bibirnya. Lalu ia menggigit bibir Gun, menarik daging bibirnya yang empuk di antara giginya.

Itu adalah ancaman, ia memberi sedikit tekanan untuk menakutinya. Ia tidak boleh meninggalkan memar, tetapi ia ingin. Off sungguh kacau. Ia ingin meninggalkan bekasnya di tubuh Gun, di jiwanya.

Off menggerakkan bibirnya ke rahang Gun dan menggosok kulitnya yang lembut dengan ujung giginya. Jika ini yang diperlukan bagi Gun untuk memahami ancaman, baginya untuk melindungi dirinya dari bahaya yang berasal dari pria, Off akan membuatnya mengerti.

Itulah alasan yang Off katakan pada dirinya ketika ia menjepit daun telinga Gun di antara giginya.

Strawberry. Vanila. Madu.

Aromanya mencapai dalam paru-paru Off, membekas padanya. Sesuatu yang liar menguasai tubuhnya. Ia bertindak berdasarkan insting murni ketika ia semakin mendekatkan dirinya padanya. Menyusuri garis lehernya yang halus.

Gun tersentak di bawahnya, membuat suara yang terdengar imut di telinga Off, suara ketundukan dan kesenangan. Akan sangat mudah untuk menarik baju tidurnya ke atas, untuk menarik celana dalamnya sampai robek. Untuk mendorong kejantanan Off ke dalam lubang kecilnya.

"Please," bisiknya seolah dia bisa membaca pikiran Off. "Sir, please."

Tangan kecil Gun memegang pundak Off, dadanya, perutnya. Gun mengguncang dirinya sendiri, menyodorkan perutnya yang rata ke ereksi Off, dan ia mendengus pada kenikmatan yang mengerikan.

Itu semakin membuat Off ingin menidurinya, ia ingin memakannya. Untuk menggigit tubuhnya yang lentur, untuk menenggelamkan giginya ke pinggulnya, pahanya. Tapi ia justru melakukan gestur polos dan mengecup kening Gun.

"Tidak," ucap Off, lalu ia beranjak dari atas tubuhnya. Ada rasa sakit fisik di tubuh Off saat ia melepaskan diri dari tubuh Gun. Penisnya berdenyut dalam celananya. Ia tahu seberapa dekat surga itu, tapi tidak. Belum saatnya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Off turun dari atas kasurnya dan masuk ke dalam kamar mandi dengan ereksinya yang masih terasa dalam celananya. Ia menyalakan shower dan mengatur air menjadi hangat. Uap menutup gelas kaca yang menutup kamar mandi.

Off melangkah masuk dan meraih kejantanannya yang terasa sakit. Kejantanannya tidak menginginkan kapalan di telapak tangannya, ia ingin terbungkus dalam beludru lembut dan basah.

Mata Off terpejam, dan ia membayangkan Gun berada disana dengannya. Kulitnya licin, tetesan air mengalir di tubuhnya. Ia akan menangkap tetesan air itu ketika ia mengisap putingnya. Ia akan minum air hangat dari sepanjang perutnya.

Air membasahi tubuh Off, dan ia membayangkan bahwa itu adalah lidah Gun, menemukan ketenangan dan peningkatan otot-ototnya. Gun akan berlutut di depannya dan menjilat bibir merah mudanya.

Perfect ChemistryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora