PART 1

140K 6K 103
                                    

Laura atau biasa disapa Lau dan dipanggil adek oleh keluarganya baru saja datang dari rumah Oma dan Opanya itu. Sudah dua hari Lau menginap di rumah Sinta untuk menemani Omanya itu dan juga sedikit paksaan dari Sinta. Tadi Lau diantarkan oleh supir keluarga Geovan. Sebenarnya Lau tidak mau, Lau ingin melakukan aktivitasnya dengan mandiri tanpa ada campur tangan keluarganya. Namun, apalah daya Lau.

"Assalamu'alaikum semuanyaaa.." teriak Lau tidak kencang dan juga tidak pelan. Namun tidak ada jawaban. Akhirnya Lau melangkahkan kakinya ke dapur dan terlihat sang Mami sedang memasak.

Lau mendekat ke arah Ara dan memeluknya dari arah belakang, "Assalamu'alaikum Mamii," ucap Ara girang.

Ara kaget akibat pelukan yang tiba-tiba pun terjingjit dan kemudian tersenyum, "Wa'alaikumsalam putri kesayangan Mami."

"Adek rindu Mami," ucap Lau seraya mengeratkan pelukannya pada Ara.

Ara tersenyum mendengar suara manja Lau, "Baru ga ketemu Mami dua hari loh! Masa udah kangen aja?"

"Jadi Mami ga kangen adek?" tanya Lau lalu melepaskan pelukannya pada Ara.

"Siapa bilang?"

"Mami tadi!" sahut Lau sedikit kesal.

Membuat Lau kesal adalah hal yang menyenangkan bagi keluarga kecil Ara. Kapan saja dan dimana saja pasti ada saja yang akan membuat Lau kesal, jika ada Alvino pasti Lau akan mengadu pada Ayahnya itu. Karena Lau seperti fotocopyan wajah Alvino versi perempuan. Lau manja karena seluruh keluarganya memanjakannya, maklum saja Lau adalah seorang putri satu-satunya baik dari keluarga Geovan maupun Armawidjaya.

"Mami ga bilang kaya gitu loh! Udah jangan ngambek ah masih pagi, Mami kangen banget sama putri Mami ini. Gimana di rumah Oma?" tanya Ara sembari tersenyum ke arah Lau.

Lau tersenyum kemudian duduk di kursi, "Enak Mi. Ada bang Nathan, jajan terosss haha"

"Giliran ada ditagih jajan mulu, eh bang Nathan pergi nangis," ucap Ara. Memang benar, Lau termasuk yang dekat dengan Nathan, maka dari itu jika Nathan pergi, sakit atau apapun pasti Lau yang akan menangis atau lengket dengannya.

"Loh gagapa Mi, mumpung adaa," jawab Lau sambil menyengir kuda.

Ara hanya menggelengkan kepalanya, "Belum mandi kan kamu? Sana mandi!" titah Ara kepada Lau yang malah memainkan roti tawar di atas piring, hanya untuk dimainkan bukan dimakan.

"Oke Mami," jawab Lau kemudian mendekat dan mencium pipi kanan Ara kemudian berlari menaiki tangga.

Ara hanya tersenyum, bahagia karena keluarganya sangat harmonis.

***


"Loh!" Lau heran dengan pemandangan di tempat tidurnya, ada seseorang yang sedang meringkuk bergelung dengan selimut tebal milik Lau.

Lau mendekat, "Bang Aga? Bukannya Bang Aga ada kunjungan ke Singapura, ko sekarang udah nangkring di tempat tidur aku si," ucap Lau pelan.

"Abang.." panggil Lau sambil mengguncangkan tubuh abangnya itu.

"Hmm." Hanya gumaman yang menjadi jawaban panggilan Lau.

"Bangun!" titah Lau.

Agas yang mendengar adik bungsunya merengek menyuruhnya bangun pun menarik lembut lengan Lau yang membuat Lau jatuh ke kasur samping Agas.

"Abang capek, mending tidur," ujar Agas.

"Adek mau mandi abang ihhh!" ucap Lau yang berusaha melepaskan kungkungan lengan Agas yang besar.

"Masih wangi ko," ucap Agas.

"Abang, adek nangis nih," ucap Lau mengancam. Namun Agas hanya diam melanjutkan acara tidurnya yang sempat terganggu oleh Lau.

Lau mengerutkan dahinya dan kemudian, "AYAHHH.." teriak keras Lau agar orang yang ada di rumahnya mendengar teriakannya itu.

Agas melotot mendengar teriakan adiknya itu, "Heh! Ngaduan lo ah ga asik" ucap Agas.

"Lepasin geuraa," ucap Lau mengeluarkan bahasa daerah Ayahnya itu.

"Ga mau, bodo," jawab Agas membuat Lau semakin kesal.

***

"Adek udah pulang, Mi?" tanya Leonard yang kebetulan sudah duduk di meja makan bersama Alvino, Ara, Saga dan Gevino.

"Udah tadi, sebelum kalian turun," jawab Ara.

Leonard hanya mengangguk.

"AYAHHH.."

Semuanya yang ada di bawah kaget dengan teriakan Lau yang cukup keras, Alvino bangkit dan bergegas menyusul Lau di atas diikuti oleh yang lainnya.

Alvino sangat khawatir karena takut terjadi apa-apa dengan putri satu-satunya itu. Alvino langsung menuju ke arah teriakan Lau dan langsung membuka pintu kamar putri bungsunya itu dengan kasar.

"Ayah tolongin," ucap Lau saat melihat Alvino membuka pintu kamarnya.

Alvino hanya menggelengkan kepala, putrinya itu sangat dekat dengannya. Maka dari itu, hal sekecil apapun Lau pasti akan mengadu padanya. Bukannya risih, Alvino malah senang.

"Kamu teriak kenapa?" tanya Ara kepada Lau.

"Bang Aga nyebelin! Adek ga mau di peluk Bang Aga. Huaaa Mami.." teriak Lau membuat ketiga abangnya tertawa. Namun, Agas tidak merasa terganggu dengan suara ribut Lau.

"Bang! Bangun. Lepasin Adeknya itu" perintah Ara kepada Agas. Secara cepat, Agas membuka matanya dan langsung merentangkan tangannya membuat Lau bisa melepaskan diri dari pelukannya.

Lau berlari dan langsung memeluk tubuh sang Ayah. Alvino mencium puncak kepala Ara dengan lembut, "Kalo apa-apa jangan teriak, nanti tetangga ngiranya ada apa-apa lagi," ucap Alvino menasehati.

"Maaf Ayah."

"Iya, jangan diulangi ya adek manjaaa" ucap Leonard mengejek.

"Ayahh.." Adu manja Lau.

"Babang.." peringat sang Mami. Dan Leonard hanya tercengir menampilkan giginya.

"Bang, cepet mandi kamu. Dan semuanya ayo turun kita sarapan," ucap Ara selanjutnya.

"Abang capek Mi. Mau tidur lagi," jawab Agas.

"Ga boleh di kamar adek atuh Bang," ucap Lau yang masih memeluk Alvino.

"Ga boleh pelit!" ucap Alvino sambil menjiwel hidung Lau.

Lau hanya mengerucutkan mulutnya.

Jangan lupa vote, komen dan follow author
Terimakasih❤

LAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang