PART 30

38.1K 1.9K 45
                                    

Alvino adalah orang pertama yang masuk ke dalam ruangan tempat Lau dirawat. Alvino melihat Lau yang tengah terisak sambil sesekali mengusap air matanya, nafas yang terengah-engah membuat siapa saja yang melihat kondisi Lau merasa khawatir.

"Astagfirullah, kenapa nangis dek?" tanya cepat Alvino.

Lau melihat ke arah Alvino yang sedang berjalan, "A- yah" ucap Lau terbata.

"Kenapa Dek?" tanya Ara yang juga khawatir terhadap Lau.

"Bang A-sa marah, Yah" ucap Lau.

"Marah kenapa? Kamu gapapa kan?" tanya Ara yang langsung mendekap tubuh mungil Lau sembari mengelus lembut punggung Lau.

Lau mengangguk, "Adek ga seng-aja pecahin gel-as, Bang A-sa bilang adek nyusahin" jawab Lau yang masih terisak.

"Ya Allah! Kamu gapapa kan Dek?" tanya Airin khawatir mendengar jawaban cucunya itu.

Lau menggeleng.

"Udah jangan nangis. Abang lagi cape makanya kesel, Adek ga nyusahin ko. Udah ya" ucap Ara lembut kepada Lau.

Lau menggeleng, "Adek nyusahin, Bang Asa capek punya adik kaya Adek, Ad-"

"Sstt.. Bang Asa bangak pikiran jadi ngomongnya ngelantur. Adek jangan dengerin" ucap Airin yang juga menenangkan Lau.

"Biar nanti Ayah yang ngomong sama Bang Asa. Adek tenang dulu, sekarang coba dipasang lagi itu selangnya" ucap Alvino yang melihat selang oksigen tidak lagi ada di hidung Lau.

Dengan dibantu Alvino dan juga Ara, Lau kembali memasangkan selang oksigen di hidungnya. Lau masih terus memikirkan perkataan Saga, dirinya menyusahkan dan manja. Bukan hanya sakit saat Saga berkata seperti itu, namun rasa kecewa juga dirasakan Lau karena Lau berpikir berarti selama ini Saga tidak ikhlas saat Lau menyusahkan dan memanjakannya. Katanya, omongan orang emosi itu ada benarnya dan Lau merasa demikian. Mengapa kejadian seperti ini terjadi ketika dirinya seperti ini?

"Ayah gausah ngomong apa-apa sama Abang, Adek gamau lagi jadi tukang ngaduan" ucap Lau pelan saat Alvino membantu membaringkan kembali tubuh Lau.

"Bukan ngaduan, kamu terbiasa selalu ngomong kalaupun itu hal kecil. Dan sekarang, kamu nangis-nangis gini Ayah harus diem aja?" ucap Alvino dengan nada datar yang sebenarnya sedang menahan emosi, namun sebisa mungkin ia tahan karena Lau tipe orang yang sangat sensitif saat ada orang yang berkata dengan nada tinggi.

"Bang Asa nanti tambah marah sama Adek Bang" ucap Lau sembari menundukan kepalanya.

Alvino, Ara dan Airin hanya menghela nafas. Sedangkan Keenan hanya diam menatap cucu perempuan satu-satunya itu. Keenan tahu, walaupun Saga adalah orang yang humoris dan sangat menyayangi Lau, namun saat-saat tertentu Saga bisa saja lelah dengan sikapnya itu.

"Sekarang Adek istirahat aja ya, atau mau makan? Uti suapin mau?" tawar Airin kepada Lau.

"Adek mau tidur aja Uti" jawab Lau.

"Kalo ada apa-apa bilang ya sayang, kalo sesek atau pusing jangan diem aja. Bilang sama Mami ya nak" titah Ara kepada Lau yang hanya dibalas anggukan oleh Lau.

Lima menit kemudian, Lau sudah masuk ke dalam alam mimpinya. Mungkin efek menangis membuatnya lelah dan mengantuk, sehingga Lau cepat untuk tertidur.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam, babang kesini sama siapa?"

"Sendiri, tadi di anter sama Bang Gevin. Tapi Bang Gevinnya pergi lagi gatau mau kemana"

"Pasti acara OSIS, gaada capeknya Abang kamu itu kalo masalah OSIS. Mami aja yang liatnya pusing" ucap Ara yang sedang duduk sambil mengupas dan mengiris buah-buahan yang ada di sana.

LAURAWhere stories live. Discover now