PART 33

36.8K 2.1K 85
                                    

Lau terus berjalan meninggalkan keluarganya dengan perasaan teramat kecewa. Baru saja ingin, tetapi mereka sudah seperti ini. Alvino mengejar Lau yang berjalan sembari menangis.

"Dek tunggu!" teriak Alvino berharap Lau berhenti.

Lau terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan Alvino. Entah kenapa hatinya dan perasaannya pun ikut kecewa terhadap Alvino, Alvino yang berjanji selalu ada untuk Lau dan mencoba untuk selalu pengertian kepada Lau ternyata terbukti hari ini. Baru kali ini Lau merasa kurang diperhatikan, dirinya memang lemah. Tapi Saga, yang notabenenya Abang yang tau keadaannya dari lahir tega mengucapkan kata Lemah! dihadapan Lau yang membuat Lau sakit hati.

"Dek berhenti, kamu mau kemana?" teriak Alvino lagi. Dan lagi -lagi Lau menghiraukan panggilan itu membuat Alvino menambah kecepatan berjalannya dan langsung mencekal tangan mungil Lau.

Muka Lau sudah memerah akibat menangis dan capek berjalan. Nafasnya yang memburu Ia coba stabilkan dengan menghirup dan mengeluarkannya secara perlahan. Aktivitas itu terlihat jelas oleh Alvino, dirinya merasa bahwa Lau kecewa kepadanya. Dan benar, Alvino yang hanya diam saat Lau menolak permintaan Ara dan Lau berpikir ternyata Alvino belum cukup mengerti keadaannya padahal sebelumnya Alvino berkata menyakinkan Lau.

"Ayah ngap- pain ngejar aku? Aku mau pulang Yah!" ucap Lau dengan sesegukan menahan agar air matanya tidak lagi keluar dihadapan Alvino.

"Maafin Ayah, Ayah ga ngertiin Adek" ucap Alvino dengan nada rendah.

"Ayah gaperlu minta maaf. Ini memang salah aku, aku lemah baru jalan segitu aja udah cape" balas Lau dengan tersenyum getir diakhir.

"Engga, Adek ga lemah. Ayah tau Adek kuat, maafin Ayah ya nak" ucap Alvino sembari ingin menarik Lau ke dalam pelukannya, namun dengan cepat Lau menghindar dan melepas pegangan Alvino.

"Ayah ga seharusnya kejar aku, mending Ayah susulin Mami. Disana ga mungkin kan hanya Mami yang berbahagia, Ayah pasti hahagia bakalan liat anak baru Ayah dan sekarang calon anak baru Ayah itu udah resmi jadi anak Ayah" ucap Lau datar tanpa ekpresi apa pun.

"Tapi Adek mau kemana?"

"Aku mau pulang Yah, untuk urusan adik baru aku. Aku bisa liat dia nanti dirumah" ucap Lau yang akhirnya tak bisa mencegah air matanya keluar.

"Sayang, Ayah ga mau Adek seperti ini. Please, Ayah bisa batalin rencana ini kalau Adek ga suka kita gaus--"

"Walaupun aku ga suka tapi Mami suka. Dan Ayah gabisa nolak keinginan Mami kan?" ucapan Lau memotong perkataan Alvino.

"Kenapa baru sekarang Ayah tanyain hal ini sama aku? Dulu Ayah selalu bilang oke tanpa persetujuan aku dan sekarang tinggal sedikit lagi rencana itu bakal terlaksana Ayah baru tanyain itu ke aku. Terlanjur Yah" ucap Lau kemudian.

"Dan aku, aku bahagia kalo Ayah dan Mami bahagia" ucap Lau sembari tersenyum ke arah Alvino. Bukan senyum bahagia, melainkan perpaduan antara sedih dan kecewa.

"Dek, sejak kapan kamu merubah panggilan diri kamu menjadi aku?"

"Aku akan punya adik baru, dan ga pantes lagi kalau aku di panggil Adek sama kalian"

"Kamu akan tetap jadi kesayangan kita semua Dek. Jangan pernah kamu bilang ga pantes Dek"

"Ayah mending balik lagi kesana. Aku mau pulanh sendiri" ucap Lau lalu melangkah meniggalkan Alvino.

"Aku pulang mau naik apa Dek? Bahkan kamu gatau arah rumah kita Dek" ucap Alvino yang masih terdengar oleh Lau. Namun bukannya berhenti dan berbalik, Lau mempercepat jalannya hingga sampai dipinggir jalan besar dengan Alvino yang masih mengikutinya.

Lau yang merasa terus diikuti oleh Alvino pun berbalik, "Ayah gaperlu ikutin aku. Aku bukan anak kecil yang gatau jalan, aku bisa tanya sama orang-orang. Mau naik apa pun itu apa peduli Ayah!" ucap Lau setengah berteriak ke arah Alvino.

"Dek.."

"Mending Ayah pergi susulin Mami yah" pinta Lau kepada Alvino.

"Ga mungkin Ayah tinggalin kamu sendirian disini, Dek"

"Aku udah bilang aku ga mungkin hilang walaupun kalian tinggalin. Disini banyak orang jadi aku ga sendiri, sebenarnya Ayah ngerti engga si ucapan aku?" Lau berkata sambil terisak dirinya ingin tidak dicap manja, egois bahkan lemah. Tapi itu semua ada pada dirinya, jadi Lau harus bagaimana? Berubah kan? Iya berubah batin Lau.

"Oke Ayah gak akan ikutin lagi. Tapi ini uang buat Adek naik kendaraan tapi Adek jangan naik kendaraan umum ya, itu buat nafas kamu sesak. Semoga cukup ya!" ucap Alvino sambil memberikan tiga lembar uang ratusan ribu ke Lau dan dengan cepat Lau mengambil uang itu agar Alvino segera meninggalkannya dan kembali menyusul keluarganya.

Kemudian Alvino memutar badannya dan meninggalkan Lau. Sedangkan Lau menangis terisak, Ayahnya pergi meninggalkannya hanya karena ucapannya. Perkataan Lau sebenarnya bukan sesungguhnya kemauan Lau.

"Ayah tinggalin Adek, Ayah berubah!" ucap Lau ditengah isakannya. Dan tanpa sangka Alvino mendengar itu, sebenarnya Alvino tidak benar-benar meninggalkan Lau. Dirinya bersembunyi dibalik tembok gang sempit itu yang otomatis tidak terlihat oleh Lau.

"Maafin Ayah, Ayah jahat sama Adek" ucap Alvino lirih lalu berjalan untuk menyusul keluarganya dan meninggalkan Lau.

Lau berjalan dengan pikiran yang kemana-mana, hingga tanpa sadar Lau sudah berjalan bukan di atas trotoar melainkan sudah hampir ke tengah jalan. Dirinya melamun, rasanya tak ingin pulang karena mengingat bagaimana keadaan dirumahnya nanti.

"Mbak Awas!!" teriak seorang wanita.

Brukk..

Lau jatuh terguling akibat serempetan seorang penggendara motor yang membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Penggendara itu bukannya berhenti tapi malah melaju meninggalkan Lau yang terjatuh.

"Ya Allah, mbak gapapa?" tanya seorang wanita yang menggandeng anak kecil.

"Bawa ke rumah sakit aja" ucap pria paruh baya yang memakai topi berwarna hitam.

Lau yang shock hanya diam sembari memjamkan matanya menahan rasa sakit akibat terserempet notor. Lau kemudian terduduk dan tersenyum ke arah wanita yang berteriak tadi. Wanita itupun menggandeng tangan Lau gar menepi, karena banyak sekali orang yang mengeruminya.

"Saya gapapa, gaperlu ke rumah sakit segala" ucap Lau kemudian. Walaupun badannya dirasa remuk dan sakit di area lutut, dahi dan juga tangan.

"Mbak tapi mabak gapapa beneran? Kalo dirasa ada yang sakit bilang mbak, takutnya nanti kenapa-napa" ucap seorang ibu yang kebetulan melewati jalan tersebut.

"Saya gapapa bu, makasih perhatiannya" ucap Lau menahan tangis. Disaat seperti ini kenapa kejadian ini menimpa dirinya?

Kemudian tanpa aba-aba semua orang disana bubar meninggalkan Lau dengan seorang wanita yang membawa anak kecil.

"Kenalin mbak saya Tania dan ini anak saya Nadia. Nadia ayo kenalan sama kakak cantik ini" ucap dan titah wanita yang bernama Tania itu kepada anaknya-Nadia.

"Hai Nadia, nama kakak Laura tapi panggil aja Kakak Lau ya. Mbak makasih banyak ya udah nolongin saya"

"Mbak, saya ga ngelakuin apa-apa loh! Mau ke puskesmas dulu ga? Kita obatin lukanya mbak"

"Eh.. Gausah Mbak, saya gapapa deh beneran. Cuman ya sedikit shock aja, eh tapi panggil aja saya Lau mbak ga enak dipanggil mbak sama yang lebih tua" ucap Lau kemudian.

"Yaudah saya kasih obat merah sama plester aja ya? Soalnya saya sama cuman bawa itu"

Lau mengangguk. Kemudian Tania mengobati Lau dipinggir jalan sembari mendengar celotehan Nadia kecil.

Hey gaesss, gimana sama part ini? Komen donggg
Terimakasih yang udah setia baca, vote, komen, dan juga setia nungguin cerita ini up. Semoga kalian sehat selalu dan bahagia yaa aamiin🙏
Sekarang aku lagi US, doain lancar dan hasilnya memuaskan nyaa
Sampai jumpa di chapter selanjutnya💓

LAURAWhere stories live. Discover now