Jisung : Detak Jantung

8.7K 1.3K 341
                                    

"Jangan datang."

Jisung menatap tidak suka pada Chenle yang masih sibuk dengan kertas berisi lirik dan not lagu di mejanya.

Chenle menoleh, ia cemberut. "Memangnya kenapa aku tidak boleh menonton pertandingan anggarmu?"

Jisung mendesah, "Pokoknya jangan." ia bersikukuh.

Chenle berkacak pinggang, ia menggeleng. "Temanku akan bertanding, lalu aku tidak boleh menonton." ia mendekat pada Jisung.

"Tapi kau membiarkan Jaemin Hyung menonton. Ini tidak adil." Chenle cemberut.

Jisung menggaruk tengkuknya.

Sejak tadi siang Chenle sudah mengatakan padanya bahwa ia akan menonton pertandingan anggar yang Jisung ikuti besok.

Di sisi lain Jisung sangat senang bahwa Chenle begitu bersemangat untuk mendukungnya, tapi di sisi lain, Jisung akui kehadiran Chenle justru akan merusak konsentrasinya.

Jika ia bertanding, lalu melihat Chenle, bisa-bisa ia tidak berkonsentrasi pada pertandingan tapi malah memikirkan kedatangan Chenle.

Bagaimana cara menjelaskannya pada Chenle. Ia tidak mungkin bicara terus terang kan?

"Chenle-ya, permainan anggar itu keras." Jisung memperingatkan, mencari-cari alasan.

"Benar, tapi sangat seru." Chenle mengepalkan tangannya.

"Itu tidak baik ditonton."

"Aku sudah cukup dewasa."

Jisung mendengus.

"Di sana sangat panas, tidak ada AC."

"Aku bisa membawa kipas portable." Chenle mengangkat kipas berwarna pink miliknya.

Jisung mendecak.

"Kau bisa kelelahan jika menonton pertandinganku."

"Aku akan membawa banyak makanan dan minuman. Tidak akan membosankan."

"Kau kan ada jadwal kuliah."

"Besok jadwalku kosong."

Jisung menutup matanya frustasi, "Chenle-ya, pertandingannya akan..."

"Kau ini kenapa sih?" Chenle melotot sebal.

Jisung membuka mulutnya hendak menjawab, tapi Chenle menembaknya dengan tatapan 'jangan mencari alasan lagi'.

Jisung refleks menutup mulut.

"Kau tahu Jisung-ah, ini pertama kalinya aku punya teman yang suka bermain anggar. Kau juga tahu aku payah dalam hal itu." Chenle terduduk lesu di pinggir tempat tidurnya.

Ia terlihat sedih, Jisung jadi merasa bersalah.

"Aku kan hanya ingin mendukungmu langsung, kenapa kau tidak mau?" Chenle menatap Jisung dengan matanya yang sayu.

Baik-baik, Chenle memang pandai membuat hati Jisung mengerucut.

"Bukan begitu, Chenle." Jisung mencicit.

Ia mengambil duduk di samping Chenle, "Aku mudah gugup."

Chenle menoleh ke arah Jisung. Menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Aku hanya... hanya tidak terbiasa ada yang datang menonton... lalu mendukungku... yah begitulah, itu agak sedikit..." Jisung mengangkat bahunya.

"Kau tidak nyaman kalau aku datang?" Chenle menatap Jisung sedih.

"Bukan.. bukan begitu maksudku." ia menggaruk rambutnya, bingung bagaimana harus menjelaskan.

"Baiklah aku tidak akan datang." Chenle menunduk, memainkan ujung lengan bajunya.

This and That (Everyday for Sungle) Where stories live. Discover now