Chenle : Teka-Teki

8.7K 1.2K 204
                                    

I'm listening to Stay by O.When while writing this lovely story. Please play in your playlist too ♪ ♬ ♬ ♪

* * *

Chenle tersenyum menatap cetakan foto polaroid yang tertempel di dinding kamarnya. Ia baru saja menempelkan dua foto barunya bersama Jisung di sana.

Chenle menangkup kedua pipi mochinya. Ini pertama kalinya ia memiliki foto berdua dengan Jisung.

Hatinya tergelitik, rasa bangga menyelimuti perasaannya.

Ia ingat pertemuan pertamanya dengan Jisung yang begitu aneh dan memalukan. Lalu bagaimana ia dan Jisung akhirnya bertetangga dan mulai mengobrol satu sama lain. Sampai pada akhirnya mereka berubah menjadi teman.

Dulu saat berjumpa dengan Jisung, ia bisa melihat ekspresi terganggu dari Jisung. Sekarang, justru Jisung yang sering menghampirinya. Entah itu mengajaknya makan, membantu mebawakan barang sampai di kampus, main games bersama, atau hanya sekedar menikmati suasana sore hari di sungai han.

Pipi Chenle bersemu.
Setelah pertandingan anggar Jisung kemarin selesai, Jisung benar-benar menagih janjinya pada Chenle.

"Nah, aku sudah mendapatkan medali untukmu. Jadi apa aku boleh meminta hadiahku?"

Jisung dengan senyum mempesonanya menodong Chenle ketika tiba di depan kamar mereka.

"Kau mau apa?" mau tak mau Chenle tertawa.

Jisung tampak berpikir, "Ini agak sedikit mahal. "

Chenle menginjak kaki Jisung, membuat pria jangkung itu mengaduh.

"Ya ampun, kenapa kau menginjak kakiku?"

"Memangnya kau minta dibelikan apa? Rumah?" Chenle bersungut, geli pada sikap Jisung.

"Ini lebih mahal dari rumah."

"Cepat katakan atau aku berubah pikiran." Chenle pura-pura merajuk, sudah kepalang penasaran.

"Hei, tidak boleh. Kau kan sudah mengiyakan."

Chenle mendengus, "Makanya cepat katakan saja."

Jisung menarik napasnya, matanya terlihat bahwa ia sedang menimbang. Membuat Chenle sangat tidak sabar.

"Jadi," Jisung menjeda sebentar. Chenle menyipitkan matanya, menunggu kelanjutan kalimat Jisung.

"Jadi aku ingin meminta kau bernyanyi sambil bermain piano untukku sebagai hadiahnya." Jisung menambahkan senyum menawannya di ujung kalimat.

Chenle cengo, apa ia tidak salah dengar?

"Kau memintaku bernyayi?" ia memastikan lagi.

Jisung mengangguk mantap.

"Apa kau yakin? Kau tidak ingin hadiah yang lain? Seperti alat bermain games, atau jam tangan, atau yang lainnya?" Chenle terlihat keheranan.

Jisung tertawa, "Aku ingin mobil mercedes keluaran terbaru."

Chenle meninju lengan Jisung pelan. "Aku serius."

Jisung hanya terkikik, "Aku juga serius."

"Permintaanmu aneh."

"Tidak, tentu saja tidak aneh."

"Tapi menyanyi dan bermain piano?" Chenle mengomel tidak percaya, "yang benar saja, Jisung-ah."

Jisung menepuk dahinya sendiri, "Aku benar-benar serius dengan permintaanku Chenle."

Chenle menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa permintaan Jisung tidak masuk akal.

This and That (Everyday for Sungle) Where stories live. Discover now