Jisung : Kesalahpahaman

8.8K 1.2K 93
                                    

Jisung menarik selimut hingga menutupi tubuh atas Jaemin. Ia mendesah lega.

Sore ini dokter mengijinkan Jaemin untuk pulang dan menyarankannya untuk beristirahat di rumah hingga beberapa hari ke depan. Jaemin masih harus berhenti dari kegiatan tarinya sampai cedera di tangan dan kaki kirinya sudah dinyatakan sembuh.

Jisung duduk di kursi seberang tempat tidur Jaemin. Ia mengamati pria itu dari sana.

Ia merasa begitu sedih melihat Jaemin yang kehilangan semangatnya. Satu minggu lagi adalah hari kompetisi tari yang seharusnya diikuti oleh Jaemin. Sayangnya ia harus mengalami cedera saat latihan tempo hari.

Jisung bisa melihat luka di mata Jaemin, walaupun sahabatnya itu tidak mengucapkan apapun.

Ia mengusak rambutnya pelan, sangat sulit mendapatkan waktu istirahat dua hari ini. Banyak hal yang ia pikirkan, tugas kuliah yang belum terselesaikan, jadwal latihan untuk perform ulang tahun kampus, dan tentu saja seorang Zhong Chenle.

Setelah menghubungi Chenle dua malam kemarin, ia bahkan belum berkomunikasi lagi dengannya.

Jaemin bilang, saat Jisung pergi ke kampus kemarin siang, Chenle datang mengunjungi Jaemin. Ia menghabiskan waktu beberapa jam, dan pulang 15 menit sebelum kehadiran Jisung.

Ini terasa seperti pria itu menghindarinya.

Jisung meraih ponsel dari saku jaketnya. Membuka ruang obrolan dan mencari-cari nama Chenle. Pesannya dari kemarin belum dibaca.

Jisung menghembuskan nafas kasar.

Apa yang dipikirkan Chenle sampai mengabaikan pesannya.

Jisung memencet tombol panggilan, ia perlu mendengar suara Chenle. Memikirkannya saja sudah membuatnya senewen.

Bunyi dering terdengar, cukup lama, tapi tak ada jawaban dari Chenle.

Jisung mengumpat. Lagi-lagi pria itu tidak mengangkat telfonnya.

Jisung berdiri mengambil langkah besar keluar kamarnya dan langsung di hadapkan dengan pintu kamar Chenle. Ia mengetuk pintunya dengan tidak sabar. Berharap Chenle akan membukanya dan mengomel padanya.

Tidak ada jawaban dari dalam. Jisung melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 8 malam, mana mungkin Chenle belum pulang. Anak itu seharusnya sudah ada di kamar sejak pukul 6 tadi.

"Chenle-ya..." ia memanggil, dengan suara beratnya. "Zhong Chenle, tolong buka pintunya." ada sedikit frustasi di sana.

"Zhong Chenle, jika kau di dalam, aku butuh bicara denganmu." Nada suara Jisung memohon.

Jisung menatap nanar ke arah pintu. Benarkah Chenle tidak di sana?

Pikirannya berkelebat tentang alasan Chenle yang menjauhinya. Apakah ini hanya perasaannya? Atau memang Chenle tidak ingin bertemu dengannya?

Jisung mundur, menyandarkan punggungnya di pintu kamar. Entah kenapa hatinya terluka. Ia tidak mengerti alasannya. Tapi Jisung pikir, untuk membuat perasaannya membaik, ia harus segera bertemu Chenle.

Bagaimanapun caranya.

* * *

"Kau sudah bangun?"

Jisung mengusap wajahnya, ia berusaha membuka matanya. Mengusir kantuk yang menyelimuti dirinya.

Jisung menyingkap selimut dan duduk bersandar di kepala ranjang. Ia masih termenung, menyadarkan pikirannya dari mimpi yang menemani tidur lelapnya.

"Kau bilang ada kuliah jam 9, Jisung-ah.. Ini sudah pukul 8." Jaemin memperingatkannya.

Ia tengah membuka isi kulkas, mengeluarkan roti tawar dan selai strawberry dari sana.

This and That (Everyday for Sungle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang