2.9

33.4K 8.9K 1.7K
                                    

Di dalam mobil, Yeonjun tidak berhenti kejang-kejang. Matanya terus melotot lebar dan wajahnya menunjukkan rasa kesakitan.

Dia ingin bicara, tapi bibirnya terkatup rapat sehingga hanya menghasilkan suara gumaman yang tidak jelas.

"Hmm... hmm."

Beomgyu yang duduk di kursi depan menoleh ke belakang untuk melihat Yeonjun. Dua orang pria yang memegangi Yeonjun tampak panik karena darah terus keluar dari mulut Yeonjun.

"Nak, kamu kenapa? Baju kamu kotor, ada darahnya juga?" Tanya pria di sampingnya sambil fokus mengemudi.

"Ini pak, tadi saya jatuh di jalan. Kan habis hujan pak, jalanan becek, saya jatuh ke genangan air yang ada lumpurnya. Kalo darah ini berasal dari badan saya yang terluka," bohong Beomgyu dengan lancarnya.

"Kalau teman kamu kenapa bisa kayak begitu?"

"Mana saya tau pak, saya dateng dia udah begitu. Biar lebih jelas lagi, bapak tanya aja sendiri ke orangnya."

Beomgyu mendengus kesal. Pria tua di sampingnya kepo sekali. Ikut campur urusan orang saja.

"Pak, anak ini pingsan!"

Salah satu pria yang duduk di belakang berseru panik karena Yeonjun tiba-tiba tak sadarkan diri.

Pria tua yang menyetir mobil dengan sigap menambah kecepatan mobilnya karena ikutan panik.

Berbeda dengan Beomgyu yang malah duduk santai sambil memandangi langit cerah di atas sana. Secerah perasaannya hari ini.

"Itu rumah sakitnya ya pak?" Tanya Beomgyu sambil menunjuk rumah sakit yang dimaksud.

Pria tua di sampingnya mengangguk singkat. Beomgyu tersenyum lebar melihatnya. Tangannya meraba sebentar kantung jaketnya, memastikan kalau cutternya ada disana.

"Halo, iya tunggu sebentar pak, saya lagi antar orang ke rumah sakit."

Pria yang duduk di belakang dan sejak tadi hanya diam tiba-tiba berseru keras pada orang di seberang telponnya.

Hal itu membuat Beomgyu berdecak kesal. "Berisik, gue bunuh juga itu orang," gumamnya.

Sayangnya tiga pria yang bersamanya tidak mendengar gumamannya. Andai saja mereka dengar, pasti sekarang mereka dalam perjalanan menuju kantor polisi terdekat.

Mobil pun masuk ke area rumah sakit. Setelah mendapat tempat parkir yang pas, mereka segera turun dan memanggil perawat yang ada.

Perawat yang melihat Yeonjun terkejut dan tak percaya.

"Loh, ini kan pasien yang kabur."

Tapi itu urusan belakangan, mereka segera membaringkan Yeonjun ke bangsal dan membawanya menuju ruang unit gawat darurat.

Beomgyu mengikuti mereka dari belakang. Dia melirik sekitarnya sekilas, tapi tak sengaja melihat beberapa suster dan dokter sedang mendorong sebuah bangsal dengan seseorang yang terbaring dengan masker oksigen di mulutnya.

"Ternyata gue gak perlu susah-susah cari Taehyun," batin Beomgyu gembira.

Diam-diam, dia mengendap-ngendap dan belari kecil mengikuti kemana Taehyun akan dibawa.

Ternyata Taehyun dibawa ke ruangan bertuliskan nomor 144. Dan pintu pun tertutup.

Beomgyu mengangguk-anggukan kepala. Dia sudah mengetahui keberadaan Taehyun, tinggal tunggu saja waktu yang tepat untuk membunuhnya.

"Gue balik dulu deh ke tempatnya Kak Yeonjun, nanti gue dicurigain kalo terlalu lama."

Beomgyu pun berbalik dan berbelok ke lorong di samping kirinya. Tapi, tak sengaja dia menabrak seseorang hingga orang tersebut hampir terjatuh.

"Maaf saya gak─Kak Beomgyu?!"

Beomgyu terkekeh.

"Halo, Kai. Udah siap mati?"

Kai langsung berlari melewati Beomgyu, dia harus bertemu dengan Yoongi sekarang juga.

Tapi Beomgyu tidak membiarkan mangsanya kabur lagi, dia mengejar Kai sambil tertawa lepas.

"Kai, ayo sini. Gue mau main sama lo~"

"Cutter gue mau ngerobek kulit lo~"

"Ayo main~ ayooo~"

Kai panik. Dia sedang panik karena Yeonjun kabur dan sekarang tambah panik karena Beomgyu mengejarnya dan tidak ingin berhenti.

"Kai, ayo sini haha!"

Beomgyu benar-benar tidak waras. Dia psikopat yang bersembunyi di balik wajah polosnya. Kai mendecih muak, dia tertipu.

"Hueningkai~"

Kai berhenti berlari, ini gawat, ini jalan buntu!

"Lo sengaja lari ke taman belakang supaya gak ada yang liat proses kematian lo, kan?"

Kai mengumpat. Dia harus bagaimana sekarang?

"Gak sopan banget sih ngebelakangin orang yang lagi ngomong."

Kai balik badan dengan wajah datarnya. "Sekarang lo mau gimana? Mau langsung bunuh gue?"

"Ya mau langsung bunuh lah!" Seru Beomgyu antusias dan semangat.

"Ya udah, ayo bunuh."

Beomgyu semakin semangat. Bahkan dia sampai loncat-loncat layaknya anak kecil yang diberi hadiah.

"Haha haha! Oke, gue bunuh sekarang!"

Beomgyu jingkrak-jingkrak senang sambil mengeluarkan cutternya dari saku jaketnya.

Kai geleng-geleng kepala sambil tersenyum miris.

"Maaf, Kak Beomgyu."

Beomgyu berhenti tertawa.

"Hah?"























































"ARGH!" Beomgyu berteriak ketika ada sesuatu yang menyetrum badannya.

Kai tersenyum penuh kemenangan.

"Maaf kak, sebenernya dari tadi Kak Yoongi beserta timnya udah siap untuk nangkep lo. Jadi, ucapin selamat datang untuk kehidupan lo di penjara."

The Phone | TXT ✓Where stories live. Discover now