31. Selamat Malam

462 63 9
                                    

Kini, Minju, Hyewon, Wonyoung, Yuri, dan Chaewon sudah berada di sungai Han. Mereka masih menunggu dengan setia festival kembang apinya di mulai. Kurang dua menit lagi, kembang api akan saling bersahut-sahutan dari titik-titik tertentu yang sudah ditentukan.

Banyak yang datang kemari. Festival kembang api adalah festival yang tidak akan pernah ditinggalkan oleh masyarakaat Seoul. Terlebih para anak muda yang membawa pasangan masing-masing dan memanfaatkan waktu ini untuk beromantis-romantisan.

"Nah, sekarang jangan menangis lagi. Nikmati malam ini, anggap saja semua baik-baik saja." Kata Yuri sedikit melirik ke arah Minju.

Minju tersenyum tipis menanggapinya, matanya masih sembab akibat terus menangis.

"Di sini kita sama. Aku tidak tahu di mana Yena, aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak, dan aku tidak tahu sampai kapan aku harus menunggu seperti ini."

Yuri tersenyum miris. Jika saja malam ini ia menonton festival dengan Yena, suasana pasti akan tambah lebih menyenangkan dan berkesan. Ah, rasanya ingin menangis saat mengingat sifat ceria pria itu. Yuri rindu dengan cerewet Yena.

Setiap kali ia ceroboh, pasti akan ada yang mengomelinya habis-habisan. Tapi, selama satu bulan ini Yuri tidak lagi mendengar omelan khas Yena. Yang entah kenapa membuat hidup Yuri terasa hampa.

Di sisi lain, Hyewon dan Wonyoung sama-sama menikmati semilir angin dengan tangan yang saling menggenggam.

"Bagaimana kau bisa selamat? Sedangkan yang lain tidak ada kabar sama sekali." Wonyoung berkata tanpa menatap Hyewon sedikit pun.

"Ceritanya panjang. Intinya sebentar lagi, semua ini akan berakhir." Timpal Hyewon diakhiri senyuman kecil.

"Aku sudah menceritakan semuanya pada Minju. Aku pikir, kita harus melaporkan kasus ini kepada polisi."

Mendengar itu, Hyewon langsung menoleh ke arah Wonyoung dan Wonyoung tahu reaksinya. "Sampai kapan kau harus menyembunyikan semua ini, Hyewon? Mereka sudah kelewat batas. Aku tahu Chaeyeon bergabung dengan kalian. Tapi, perbuatannya dimasa lalu sama sekali tidak bisa dimaafkan. Dia termaksud tersangka dalam pembunuhan Sakura."

Hyewon nampak tidak setuju. Ia melempar tatapan tidak suka ke arah Wonyoung. "Semua rencana Hyunjin. Chaeyeon hanya berusaha melindungi adiknya. Aku tidak setuju kalau Chaeyeon juga kita laporkan."

"Demi adikmu. Minju sudah tersiksa selama dua tahun karena kasus ini. Apa kau akan membuatnya lebih tersiksa dengan cara membiarkan Chaeyeon?" meletakkan jari telunjuknya dimulut Hyewon. "Percayalah. Semua akan berakhir secara adil jika kau memutuskan keputusan yang bijak," lanjutnya sedikit tersenyum.

Setelah itu, Wonyoung melirik Chaewon sebentar. "Masalah Chaewon, seharusnya ada Yena di sini."

"Kalian membicarakan kami? Aku dengar semuanya."

Sontak, Hyewon dan Wonyoung langsung menoleh ke belakang. Mereka terkejut begitu melihat Yena berdiri bersendekap bersama Chaeyeon yang terlihat tersenyum tulus kepada keduanya. Mereka reflek berdiri dan membuat tiga orang lainnya langsung menatap mereka kaget.

"S-sejak kapan...."

"Sejak aku merindukan Jo Yuri. Aku kembali untuk calon istriku. Selamat malam, Yuri." Yena memeluk Yuri dari belakang. Yang mana membuat Yuri terkejut bukan main. Ia langsung menoleh ke belakang untuk memastikan apakah yang berbicara dengannya ini Yena atau hanya halusinasinya saja.

Dan betapa bahagianya Yuri saat matanya menangkap sosok Yena yang kini berdiri tepat dihadapannya.

"Kau Choi Yena?"

"Iya, ini aku. Sekarang aku sudah menepati janjiku. Setelah ini, kau harus ikut denganku."

Dengan air mata yang mulai mengalir, Yuri memeluk Yena begitu erat. "Kemana?" Masih sempat-sempatnya ia bertanya. Membuat Yena tertawa geli melihatnya.

"Menikah denganku." Melepas pelukan Yuri pelan. Kemudian berlutut di depan perempuan itu sambil memberikan bunga serta kotak kecil padanya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Aku sudah menyiapkan semua ini dengan sempurna dan malam ini adalah malam dimana kau akan resmi menjadi tunanganku, Jo Yuri."

"Maukah kau menemaniku sampai aku tua nanti?"

Tak lama setelah Yena melamar Yuri, suara kembang api mulai terdengar. Seakan semua ini adalah rencana Yena, kembang api tersebut ikut memeriahkan hati Yuri yang sempat kosong akhir-akhir ini. Sedangkan di sisi lain, Chaeyeon nampak berjalan menghampiri Chaewon yang sudah menangis sesenggukan sedari tadi.

"Selamat malam! Apa ini dengan nona, Choi Chaewon?" ujar Chaeyeon sedikit bergurau, namun malah mendapat pukulan berulang kali di dadanya.

Chaeyeon hanya tersenyum dan membiarkan Chaewon melampiaskan amarahnya. Dirinya memang salah sudah membuat Chaewon menunggu terlalu lama dan mungkin saja ia hampir membuat Chaewon merasa putus asa.

Tapi, mulai detik ini Chaeyeon akan berusaha agar tetap menemani Chaewon. Menghabiskan sisa-sisa hidupnya bersama Chaewon dengan cara membangun rumah tangga bersama. Iya, malam ini Chaeyeon juga akan melakukan hal sama seperti Yena. Yaitu melamar perempuan yang saat ini berdiri di hadapannya.

"Hei, berhenti memukulimu. Apa kau tidak ingin melihat hadiah dariku?"

"Aku tidak butuh hadiah atau apa. Yang ku butuhkan hanya dirimu, Lee. Aku hanya ingin kau selalu disampingku dan tidak akan pernah meninggalkanku lagi." Ucap Chaewon masih menangis.

Chaeyeon pun langsung merengkuh tubuh Chaewon. Membawa Chaewon ke dalam pelukannya.

"Aku sudah di sini sekarang. Behenti menangis, aku tidak suka kau membuang air matamu karena diriku." Menghapus air mata Chaewon dengan wajah kesal yang dibuat-buat. Lagi, lagi Chaeyeon berniat bergurau. Kali ini ia berhasil membuat Chaewon tersenyum.

"Aku tidak seperti Yena. Aku hanya bisa memberikan bunga ini padamu. Jika kau mau, apa kau sanggub untuk menungguku lagi. Kali ini aku serius dan benar-benar akan menepatinya." Kata Chaeyeon berusaha meyakinkan Chaewon.

Chaewon nampak berbipikir sejenak. Ia sedikit khawatir jika harus menunggu. Takutnya kejadian ini akan terulang lagi, di mana Chaeyeon tiba-tiba hilang tanpa memberi kabar padanya. Kalau boleh jujur, ia sudah menunggu Chaeyeon dua kali dan besok akan ketiga kalinya jika ia kembali menunggunya.

"Aku serius. Percayalah," kata Chaeyeon sekali lagi.

"Iya, baiklah. Aku mau." Jawabnya bersamaan dengan Yuri. Mereka tertawa bersama.

Begitu pula dengan Hyewon Dan Wonyoung yang hanya diam sedari tadi. Lain dengan Minju yang diamnya karena merasa sedih. Ia kembali larut dalam pikirannya. Minju merasa iri kepada Wonyoung, Yuri, dan Chaewon yang sudah mendapatkan sumber kebahagiaan mereka.

Kenapa harus dirinya yang bernasib menyedihkan di sini? Minju juga ingin Yujin menepati janjinya. Melamarnya dan mengajaknya untuk menikah. Namun, sepertinya Minju hanya bisa berkhayal sekarang. Ia sudah putus asa. Minju sudah tidak yakin jika Yujin masih hidup dan akan kembali lagi padanya.

Minju hanya berharap akan ada keajaiban datang pada dirinya.

"Aku sudah lelah. Malam ini titik batas kesabaranku untuk menunggumu, Anh Yujin."

"Bahagia di sana. Aku akan terus berdoa yang terbaik untukmu. Selamat malam."














Bersambung....
Jan lupa vote, ya...
Bye!!

Hidden [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang