•8•

7 2 0
                                    

Pagi ini sandara diharuskan bangun pagi,itu semua karna panggilan yang mulia raja.Sandara kesal, tentu saja itu karna waktu tidur nya diganggu apalagi di pagi pagi buta seperti ini,bahkan mentari pun belum nampak.

Gadis itu sudah bersiap dibantu oleh pelayannya.Ia menggunakan dress panjang yang menutupi seluruh kakinya hingga kain bajunya terseret seret,bagian rok bajunya mengembang seperti payung,baju bagian bahunya sobek hingga memperlihatkan bahu mulusnya.Baju bagian lengannya panjang menjuntai seperti terompet.Rambut biru kehitamannya digerai dan diberi hiasan jepit rambut biasa.Kakinya dibalut high heals merah senada dengan gaunnya yang sama berwarna merah.

Sandara berjalan sangat anggun melewati setiap lorong yang akan menuntunnya menuju ruang pribadi keluarga kerajaan.

Sampai disana ia langsung dipersilahkan masuk.Disitu ia melihat pangeran erick dan putri lalisa yang duduk disofa panjang yang bersebrangan dengan sofa yang di duduki raja dan ratu.

Gadis itu ikut duduk disamping pangeran erick.Ia menatap mereka bingung namun tertutupi raut datarnya.Ia juga sempat melihat erick tersenyum padanya dan tentu saja hal itu membuat putri lalisa kesal.Perlahan sandara tersenyum miring lantas kembali fokus pada raja.

"Ayah sudah memutuskan jika verionne dan erick akan menikah minggu depan,dan keputusan ini sudah bulat!"

Akhirnya sandara mengerti kenapa erick tersenyum padanya.Ternyata ini tentang pernikahan mereka.

"Jadi mungkin nanti erick akan pergi meninggalkan kerajaan ini untuk melaksanakan perjalanan panjang."

Erick mengernyit begitupun sandara.

"Untuk apa?"

Pertanyaan konyol keluar dari bibir sandara,gadis itu meringis meratapi kecerobohannya.

"Tentu saja untuk berburu selama tiga hari.Dia juga akan dilatih bela diri dan ilmu sihirnya agar kelak menjadi raja yang kuat."

"Bolehkah aku ikut?"

"Tapi untuk apa?"

Kedua wanita ular itu tersenyum mengejek,sandara sempat melihatnya.

"Hei gadis sampah!Jika kau ikut kau pasti akan menjadi beban bagi pangeran!"

Sandara tak peduli akan perkataan lalisa.Toh tujuan dirinya ikut adalah untuk melatih sihirnya juga.Lagipula jika ia diajarkan disini pasti takan diijinkan,karna mengingat ia dikenal sebagai gadis sampah jadi mungkin orang orang akan menganggap semua latihannya sia sia saja.

"Untuk apa kau ikut?" tanya raja kedua kalinya.

"Bukankah disana pangeran erick membutuhkan orang yang akan merawatnya,jadi mungkin aku bisa membantu.Lagipula bukankah seorang istri  harus bisa setia pada pasangannya"

Raja termenung.

"Baiklah lagipula kau pun ada benarnya,disana memang tidak ada yang akan mengurusi erick. Disana ia hanya akan dilatih oleh guru ayah,dia penyihir hebat disana.Kalian akan berangkat siang nanti,jadi sekarang persiapkan semuanya dari sekarang!"

Tak ada bantahan.

Sandara keluar lebih dulu karna ia malas mendengarkan ocehan lalisa dan ibunya yang membantah keputusan raja.Ia juga kadang heran pada lalisa,gadis itu terlihat seperti diam diam menyukai erick,eh tapi kenapa ia merasa kesal?Sandara menepuk kepalanya guna mengusir pikiran konyol dikepalanya.

"Sebenarnya apa rencana mu kali ini,nona?"

Gadis itu menoleh mendapati erick yang menatapnya curiga.

"Aku hanya ingin membantumu,itu saja.Memangnya kau berpikir apa?Aku akan membunuhmu secara langsung saat disana?"

"Itu bisa saja kan"

The MisionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora