+. Two

21.6K 2K 157
                                    



Jeno dan Jaemin adalah sepasang sahabat yang menjadi panutan banyak orang. Pasalnya, persahabatan mereka begitu rekat layaknya saudara kandung. Mereka bahkan berbagi rumah dan orang tua mereka, tanpa perhitungan.

Sedari kecil, keduanya saling bergantung. Hingga tumbuh dewasa pun masih tetap begitu. Walaupun kepribadian mereka yang cukup bertolak belakang, namun bukan jadi masalah karena mereka sudah terbiasa menghadapinya.

Kedua lelaki tampan itu memang sama-sama terlahir dari keluarga berada. Namun jangan salah, hidup seseorang memang selalu terlihat lebih indah jika dilihat dari luar dan satu sudut pandang saja. Kenyataanya? Who knows that they might be have their own problem too.

Keep strunggling, itulah yang menjadi pegangan mereka. Kita kalah kalau kita menyerah, terlebih meyerah sebelum memulai.

"Wake up, baby." Jaemin yang terbangun lebih dulu sontak menatap dan mengelus pipi mulus lelaki manis yang masih terlelap di hadapannya.

Tak ada pergerakan dari Renjun, lantas Jaemin dengan pelan menyingkap selimut yang menutupi tubuh mereka.

"Sialan Lee Jeno, tanganmu cepat sekali bertindak." Jaemin menepis tangan Jeno yang bertengger dengan nyaman di bokong Renjun.

Terdengar lenguhan pelan keluar dari bibir lelaki berwajah tegas itu, "kau saja yang lamban, bodoh." Balas Jeno dengan mata yang sudah setengah terbuka.

Jaemin beranjak dan duduk menghadap Jeno, "Jangan mengajakku berkelahi pagi-pagi." omel Jaemin.

Jeno menghembuskan nafasnya kasar, pasalnya ia sudah amat terbiasa bertengkar seperti ini dengan Jaemin. Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, karena mereka sama-sama bodoh dan akhirnya akan saling mengalah.

"Eungh-" lenguhan lembut keluar begitu saja dari bibir si mungil. Ia terbangun mendengar pertengkaran Jeno dan Jaemin yang tidak bisa disebut pelan.

Ketika Renjun mengucek matanya dan mulai membuka mata, Bibir Jeno sudah terlebih dahulu menyentuh bibirnya dengan lembut, "Good morning, baby," sapanya.

"Bajingan kau." Umpat Jaemin seraya melempar sebuah bantal ke wajah Jeno cukup keras.

"Sialan, kau punya masalah apa sih, Na?" Balas Jeno mencoba lebih sabar.

Sementara Renjun hanya terdiam karena bingung. Bingung dengan apa yang baru saja dilihatnya. Pertengkaran lelaki dewasa se- kanak-kanakan seperti ini?

"Daddy, jangan bertengkar." Satu kalimat yang diucapkan Renjun berhasil menarik perhatian Jeno dan Jaemin. Keduanya otomatis tersenyum manis pada Renjun.

"Tidak, baby. Kemari." Titah Jaemin yang sudah mendudukan dirinya kembali bersandar pada kepala ranjang.

"Huh?"

"Duduk di sini, menurut pada daddy." Jaemin menepuk pahanya sendiri. Kemudian tanpa menunggu lama, Renjun menurut dan langsung mendudukkan dirinya di pangkuan Jaemin.

"Daddy, bolehkah Renjun bersekolah?" Renjun menatap Jeno dan Jaemin bergantian.

"Tentu boleh, kau mau mulai bersekolah kapan, sayang?" Jawab Jeno dengan tangannya yang bergerak mengelus sebelah pipi Renjun.

"Uhm- itu terserah daddy saja."

Renjun memang tidak banyak bergerak di atas Jaemin. Namun entah kenapa milik Jaemin sudah sesak di bawah sana.

"D-daddy, seperti ada yang mengganjal di bawah." Celetuk Renjun dengan polos seraya menatap ke bawah perut Jaemin.

Jeno yang mengerti dengan betul sontak tersenyum miring menanggapinya.

un trésor ft. Norenmin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang