+. Eight

17K 1.4K 92
                                    









Jeno dan Jaemin bukan lagi remaja berusia tujuh belas tahun, dimana emosinya masih sulit mereka atur. Dan tentu saja mereka tidak akan saling diam dalam waktu yang lama hanya karena masalah kecil.

Toh mereka sudah sering berada di kondisi seperti ini sebelumnya.

"Daddy, itu apa?" Tunjuk Renjun polos pada botol yang tengah Jeno genggam.

Terdapat beberapa botol minuman kaca yang Renjun tidak tahu apa namanya- di meja ruang santai, tempat di mana dirinya dan Jeno berada.

"Ini?" Jeno balik bertanya seraya sedikit mengangkat botol vodka yang ia pegang, "Kau tidak perlu tahu, baby. Kau minum susu saja, ya?"

Renjun ber-oh pelan sambil mengangguk, ia memutuskan untuk kembali fokus pada tumpukan pekerjaan rumahnya yang guru fisikanya berikan. Tahun pertama sekolah menengah atas rupanya tidak begitu buruk- menurutnya.

Sesekali ia mencuri pandang kepada Jeno yang masih khidmat meminum sesuatu yang Renjun tidak boleh tahu. Dan sesekali juga iris keduanya bertemu, bertukar pandang untuk sesaat, sebelum kemudian si mungil mengalihkan pandangannya terlebih dahulu.

Entah kenapa, rasanya berat menatap wajah serius Jeno, daddynya- ia tidak tahan. Jeno begitu tampan walau dalam keadaan mabuk.

"Baby, kemari." Suara husky milik Jeno mampu membuat Renjun langsung beranjak dari duduknya dan mendekati Jeno yang baru saja memanggilnya.

"Ada apa, daddy?"

Tidak menjawab, Jeno langsung menarik tubuh kecil Renjun untuk duduk di pangkuannya dan menghadapnya. Jeno dengan balutan kemeja putihnya yang tak lagi rapih, ditambah kedua kancing teratasnya terbuka memamerkan dada bidang di baliknya. Bau vodka dari tubuh Jeno sedikit menyapa indra penciuman si kecil.

"Hmphh-"

Bibir tipis merah muda itu Jeno raup tanpa izin, mengecup dan menyesapnya pelan. Membagi rasa vodka dari bibirnya ke bibir ranum yang tengah ia cium. Renjun dapat merasakan- setidaknya membayangkan seperti apa minuman itu.

Tangan nakal Jeno bergerak melucuti pakaian bagian bawah Renjun, tanpa menyisakan apapun. Jeno cukup toleran terhadap alkohol, alhasil, saat ini pun kesadaran masih cukup menguasai dirinya.

Jeno melepas ciumannya dan memandang wajah pemuda di depannya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Baby, daddy punya mainan baru." Jeno menatap wajah penasaran Renjun seraya mengelus lembut pipi si mungil yang masih bersemu merah.

"Oh? Benarkah? Bolehkah aku melihat dan mencobanya?" Pinta Renjun dengan antusiasme yang terpancar dari irisnya.

"Tentu saja, sayang." Jeno merogoh sesuatu dari dalam tas yang biasa ia bawa ketika bekerja, lalu memperlihatkannya pada Renjun.

"I-itu mainan apa, dad?" Si kecil memperhatikan dengan seksama benda kecil dan aneh itu. Ia tidak pernah tau ada mainan semacam itu.

"Kau bilang kau ingin mencobanya bukan?" Renjun mengangguk ragu, bersamaan dengan tangan Jeno yang bergerak di belakang punggung sempit Renjun, dan mendadak turun mengenai titik paling privasi dalam tubihnya.

"Apa itu- eungh-" lenguhan kecil keluar begitu saja dari bibir si mungil ketika sebuah but plug berbahan silikon memasuki tubuhnya. Aneh, rasanya seperti ada yang mengganjal, belum lagi dengan posisinya yang terduduk seperti sekarang. Membuat benda itu terasa lebih menekan.

"Nah, pakai kembali celanamu dan jangan lepaskan itu. Selamat bermain, baby." Jeno mengecup singkat bibir Renjun sebelum pemuda mungil itu menururi perintah Jeno- memakai kembali celananya. Kemudian ia bingung harus melakukan apa setelah itu, sehingga ia hanya berdiri sambil memperhatikan Jeno, dalam hatinya bertanya-tanya.

"Kau sedang apa baby? Bukankah kau punya PR? Selesaikanlah lalu tidur." Setelah mengatakan hal itu Jeno kembali meneguk minuman yang tadi sempat ia jeda, lalu memainkan ponselnya dan menghubungi seseorang .

Renjun tidak peduli dengan apa yang tengah Jeno lalukan saat ini. Ia duduk kembali dan mencoba untuk fokus menyelesaikan tugasnya. Namun sialnya benda yang tertanam di bagian bawahnya membuatnya susah fokus. Setiap kali dirinya bergerak kecil, maka benda itu akan membuatnya mendesah kecil karena merasa geli.

Suara decitan pintu utama membuat Renjun menoleh dan langsung melongok ke arah pintu tersebut.

"Daddy na-" kalimat itu terputus begitu sosok yang matanya tangkap tidak sesuai dengan dugaannya.

Wanita yang sama seperti yang kemarin bersama Jeno- mendekat dan langsung mengecup bibir Jeno lantas duduk di pangkuan Jeno.

Tidak, bukannya mata Renjun yang tidak tahu sopan santun, hanya saja dress ketat nan pendek wanita itu membuat kain berwarna biru- penutup miliknya terlihat. Tentu saja Renjun tahu itu pasti tak disengaja.

Renjun tidak bodoh, walaupun polos, tapi ia tentu saja tahu sesuatu apa yang kiranya akan dilakukan oleh kedua orang dewasa ini. Karenanya Renjun memutuskan untuk pindah ke kamar Jaemin dan menunggu daddy kesayangannya itu. Namun pergerakannya terhenti ketika Jeno mengeluarkan kalimatnya.

"Kau mau kemana, hm? Tetaplah disitu selagi menunggu Jaemin." Datar sekali wajah Jeno ketika mengucapkannya. Renjun bertanya-tanya ada masalah apa yang tengah Jeno hadapi sampai seperti ini.

"B-baiklah." Renjun mencoba menurut dan kembali duduk. Tentu saja alasan Renjun ingin ke kamar adalah untuk melepas benda laknat yang berada di lubangnya. Hanya saja Jeno nampaknya lebih licik dari dugaannya dan tidak membiarkan Renjun lepas dari pengawasannya.

Si mungil mencoba untuk berpura-pura tidak hadir di sana dan mendengar lenguhan-lenguhan nyaring yang dikeluarkan gadis cantik itu. Sumpah demi apapun suasana yang ia rasa awkward sekali berada di satu tempat dengan kedua pasangan yang tengah melakukan adegan panas.

"Kau memang sangat ahli memuaskanku, Xiyeon." Ujar Jeno ketika sang gadis mulai menggerakkan pinggulnya, memimpin kegiatan panas malam ini dengan berada di atas Jeno. Dan Renjun tidak tahu sejak kapan Jeno melepas celananya dan si gadis mengangkat dress miliknya. Dan Renjun merasa bahwa tak seharusnya dirinya di sini dan menjadi saksi langsung kegiatan kedua orang itu.

Renjun ingin sekali menghubungi Jaemin dan memintanya agar segera pulang. Namun ia tak cukup berani karena ia tahu Jaemin pasti sibuk dengan pekerjaannya.






Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Hallo! Ga nyangka udah hampir 1k votes huhu, makasih semua.

Dan sepertinya aku gak akan kasih banyak2 chapter buat book yg satu ini karena sumpah demi apapun aku bingung gaes. Mungkin ending menyusul kalo otakku menyerah dengan cepad awokawok

Dah ya, see u.




un trésor ft. Norenmin Where stories live. Discover now