+. Four

20.3K 1.8K 74
                                    


Derasnya hujan di luar terdengar begitu jelas dan menenangkan, dengan rintiknya yang seolah menimbun hening.

Sementara ketiga insan itu tengah menyibukkan diri di atas ranjang dengan urusannya masing-masing.

Jaemin yang tengah sibuk dengan laptop miliknya, sesekali terganggu dengan aktivitas cuddle antara Renjun dan Jeno.

Tepat di sampingnya, Jeno tengah mengungkung tubuh si mungil dan mencumbu bibirnya dengan rakus. Suara yang dihasilkan keduanya sempat membuat Jaemin berniat untuk menunda pekerjaannya lantas bergabung. Hanya saja ia ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya agar tak ada lagi beban yang ia emban.

"Apa daddy sedang lelah?" Tanya Renjun ketika Jeno baru saja melepas tautan keduanya.

Jeno memiringkan kepalanya, bingung dengan pertanyaan yang  Renjun lontarkan.

"Daddy Na bilang, ciuman bisa jadi obat di saat kita lelah. Benarkah?" Tatapan polos Renjun sungguh membuat Jeno lemah, Renjun begitu menggemaskan di matanya.

"Dia benar, daddy lelah tadi. Tapi sekarang tidak, kan daddy sudah dapat ciuman darimu." Jeno mengecup lembut bibir tipis si mungil di bawahnya cukup lama.

Entah datangnya dari mana, namun tiba-tiba Renjun mengalungkan kedua lengannya di leher Jeno, dan mulai melumat bibir Jeno yang sedari tadi sudah mendarat di bibirnya.

Walaupun masih kaku, namun Jeno merasa senang dan tidak mempermasalahkannya. Jeno menuntun ciuman mereka lebih dalam,  melumat dan menyesap bibir lembut dan kenyal di bawahnya, dengan sesekali lidahnya memaksa masuk ke dalan mulut si kecil dan mengabsen satu persatu gigi di dalamnya.

Jeno tak tinggal diam, tangannya yang menganggur menyelinap masuk ke dalam kaos tipis yang Renjun kenakan. Dan mulai nakal menyentuh serta memainkan puting merah muda itu.

"E-eungh, daddy-" lenguhan Renjun keluar begitu Jeno beralih dari bibir ke dada, mengecup dan memilin puting Renjun dengan bibirnya, bahkan sesekali menggigitnya kecil dan berhasil membuat lenguhan si mungil terus keluar.

Jaemin sudah mati-matian berpura-pura tak mendengar dan berlagak seolah tak ada apa-apa di sampingnya. Namun lenguhan indah yang keluar dari bibir Renjun memang selalu dapat membuatnya turn on.

Dengan tiba-tiba Jeno menurunkan celana serta celana dalam yang Renjun pakai dan melepasnya. Sebenarnya Renjun bingung dan bertanya-tanya dalam benaknya. Namun ia penasaran dengan apa yang akan daddynya lakukan padanya.

"Baby, kau berdiri." Celetuk Jeno begitu melihat milik Renjun yang sudah berdiri, ia lantas tersenyum ketika melihat Renjun yang menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"J-jangan dilihat, daddy. Malu," cicitnya pelan.

"Sialan kalian, aku mana bisa fokus dengan pekerjaanku kalau begini." Jaemin menutup laptopnya dan menaruhnya sembarang, lantas langsung mengambil alih tubuh mungil Renjun dan mendudukkkannya di pangkuannya.

Jeno hanya tersenyum menanggapinya,  Jaemin melepaskan kaos yang Renjun kenakan, sehingga membuat lelaki mungil itu berada di antara mereka tanpa sehelai benang pun.

Ketika Jeno mengambil lube dari nakas dan mengoleskannya pada jarinya, Jaemin dengan tanpa diminta melebarkan kedua paha Renjun lalu meraup bibir si mungil penuh nafsu.

"E-eumhh, d-daddy-" erangan Renjun tertahan oleh bibir Jaemin ketika Jeno sudah memasukkan salah satu jarinya ke dalam Renjun. Bergerak maju mundur dengan tempo yang lumayan cepat membuat Renjun merasakan sesuatu menggelitik dalam perutnya. Ia merasakan sensasi aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tak cukup hanya dengan satu jari, Jeno langsung memasukkan kedua jarinya lagi ke dalam lubang sempit Renjun. Si kecil merasa bahwa bagian bawahnya terkoyak namun tetap nikmat.

Melihat ekspresi Renjun membuat baik Jeno ataupun Jaemin merasa puas.  Pipinya yang bersemu merah serta tatapan sayunya membuat kedua lelaki dewasa itu ingin melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan dengan Renjun.

Jeno dengan cepat melepas pakaian bagian bawahnya hingga tak tersisa. Sehingga menampilkan miliknya yang besar dan berurat itu sudah tampak menegang.

"D-daddy uuhh....." Renjun kembali melenguh ketika Jeno mulai menggesekkan miliknya pada lubangnya.

"Lakukan dengan pelan, Lee Jeno." ujar Jaemin mengingatkan, pasalnya ia tahu seperti apa Jeno ketika bermain, sebab ia sudah cukup sering melihat sahabatnya itu melakukan seks di depannya.

"Kau tahu aku, Na." Balas Jeno, kemudian bersiap memasukkan miliknya ke dalam lubang Renjun dengan sangat pelan dan hati-hati.

"Eungh, d-daddy a-apa yang kau lakukan eumh-" Si kecil meringis kesakitan ketika merasakan benda tumpul itu memasuki miliknya. Ini pertama kali baginya merasakan sesuatu berada dalam lubangnya.

"Tahan baby, ini akan membuatmu sakit, tapi tidak akan lama, percaya pada daddy." Ucap Jeno mencoba meyakinkan.

"A-akhh!" Sekali hentakan itu cukup membuat Renjun berteriak kesakitan.

Jeno masih terdiam, mencoba membuat Renjun terbiasa dengan rasa sakitnya terlebih dahulu. Jaemin yang tidak tega lantas mengambil alih bibir si mungil dan menciumnya lembut, keduanya saling melilitkan lidah dengan sesekali mengigit bibir bawah Renjun.

Awalnya Jeno bergerak dengan pelan, namun beberapa saat kemudian temponya menjadi lebih cepat, membuat miliknya menumbuk Renjun dengan kuat. Suara tabrakan antara kulit mereka menggema di seluruh ruangan menutupi suara derasnya hujan di luar sana.

Jaemin tahu, sulit bagi Jeno untuk mengontrol dirinya ketika sedang berhubungan badan. Lihatlah sekarang, Renjun sudah kewalahan akibat Jeno yang melakukannya dengan kasar.

Ingin sekali Jaemin memarahi Jeno, tapi ia tahu bahwa Jeno tak bisa diganggu sama sekali ketika sedang melakukan seks.

Dan sebenarnya Jaemin iri, harusnya ia duluan yang melakukan itu pada Renjun. Namun- ya sudahlah, toh nanti ia juga akan medapatkan jatahnya.

Atau ia bisa saja langsung berpatisipasi sekarang dan memasukkan miliknya ke dalam Renjun. Tapi ia tahu, ini pertama kalinya bagi Renjun, jadi tak mungkin ia tega untuk membiarkan dua benda besar masuk ke dalam lubang Renjun secara bersamaan.

Saat ini ia hanya akan memeluk dan mencium Renjun dari belakang, membiarkan Jeno memuaskan birahinya terlebih dahulu, sementara ia menunggu.





Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Yaaa maaf ya guise tidak hawt.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


un trésor ft. Norenmin Where stories live. Discover now