5.8K 615 24
                                    

Pretty or ?

Naruto 5 tahun. Duduk di bawah pohon sakura yang ada di halaman belakang rumahnya. Menangis tersedu karena habis di marahi kedua orang tuanya karena kesalahan yang tidak ia perbuat.

"Hei, kenapa menangis?"bocah laki-laki berambut raven berbentuk pantat bebek menghampiri Naruto. Naruto yang merasa ada orang didekatnya menengadahkan kepalanya dan mendapati seorang anak yang mungkin se usia kakaknya.

"Naru habis di marahi Mama. Mama bilang Naru memecahkan guci kesayangannya, bahkan Maru tidak tau guci yang mana Mama maksud"jujur Naruto. Anak tadi dapat melihat bekas lima jari di pipi tirus Naruto. Merasa kasihan, Sasuke -nama anak pemilik rambut pantat bebek itu duduk di sebelah Naruto.

"Berapa usiamu?"tanya Sasuke.

"Ung... 5 tahun, hiks"jawab Naruto sembari mengucek matanya, berusaha menghentikan tangisannya. Sasuke cukup terkejut mendengar jawaban Naruto. Pasalnya tubuh anak itu tidak terlihat seperti bocah berusia 5 tahun. Sasuke yang berusia 10 tahun sudah memiliki tinggi 150cm, sementara Naruto terlihat hanya berukuran sepaha Sasuke? Dan lihat, pipinya terlihat sangat kurus dan badannya, seperti tidak terlihat dia seorang yang tinggal di mansion Namikaze. Pakaiannya pun hanya pakaian lusuh.

"Dan, siapa namamu?"tanya Sasuke lagi.

"Hiks.. Naruto...hiks."jawab Naruto masih terisak.

Sasuke dengan perasaan kasihan memeluk tubuh kecil itu, dan mengelus surai kuning yang tampak kusam itu.

"Sstt.. anak laki-laki tidak boleh menangis.."ujar Sasuke.

"Kenapa begitu? Nee-chan saja boleh menangis?"

"Karena Nee-chanmu perempuan. Dan perempuan memang memiliki hati yang lebih lemah. Kau laki-laki. Laki-laki diciptakan untuk kuat agar dapat melindungi perempuan"jelas Sasuke, entah Naruto paham atau tidak.

"Kalau begitu... Naru tidak mau jadi laki-laki"gumam Naruto kecil, hingga Sasuke tidak mendengarnya.
.
.
Melihat jam kecil di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore Sasuke bangkit. Dia sudah meninggalkan Ibunya lebih dari 15 menit. Pasti sang Inu sedang mencarinya sekarang.

"Nii-chan mau kemana?"tanya Naruto melihat Sasuke yang sedang membersihkan celananya.

"Aku harus kembali sebelum Kaa-san mencariku."jelasnya.

"Kaa-san? Naru ikut!"Naruto segera berdiri dan menatap Sasuke dengan mata bulatnya yang lucu.

"Kenapa kau mau ikut?"tanya Sasuke bingung.

"Karena Naru penasaran, apa itu Kaa-san?"tanya Naruto balik.

"Hah?"tidak ambil pusing, Sasuke segera berjalan kembali menuju ruang tamu keluarga Namikaze yang diikuti Naruto dibelakangnya.

Naruto memang tidak tau apa itu 'Kaa-san'. Dulu dia hanya di beritau oleh bibi Sara, kalau Kushina adalah 'Mama'nya, dan Minato adalah 'Papa'nya, tanpa tau arti 'Mama' sebenarnya. Naruto selalu memperhatikan Naruko yang memanggil Kushina dengan sebutan 'Mama', dan Kushina selalu membalasnya dengan senyum hangat di wajahnya. Tapi setiap Naruto yang memanggil seperti itu, yang ia dapat hanyalah bentakan dan wajah marah sang Mama. Dan mendengar bagaimana Sasuke menyebut 'Kaa-san' membuat Naruto penasaran. Apakah 'Kaa-san' akan berbeda dengan 'Mama'?
.
.
"Kaa-san"Sasuke memanggil sang Ibu yang masih asyik bercengkrama dengan Minato dan Kushina.

"Ah, Sasuke, kau sudah kembali, ara? Siapa yang kau bawa itu?"Mikoto yang ternyata Ibu dari Sasuke menatap anak kecil yang mengikuti Sasuke di belakangnya, ia seperti tidak asing.

"Naruto kau -!"

"Paman dan bibi kenal Naruto?"Sasuke memotong ucapan Kushina yang sepertinya tampak kesal itu.

"Naruto? Dia putra kalian kan?"Mikoto yang akhirnya mengingat siapa anak kecil itu menatap Naruto takjub melihat wajah polos menggemaskan Naruto. Sayang anak itu terlihat tidak terawat.

"Naruto! Masuk kamar!"bukan Kushina, bukan Minato. Tapi Naruko. Ia tau, kedua orang tuanya tidak akan bisa mengusir Naruto selama ada Mikoto dan Fugaku yang sedang menatap Naruto penasaran.

Naruto yang sedang melihat Mikoto dengan wajah polosnya tersentak kaget saat mendengar bentakan Naruko. Dengan tubuh sedikit gemetar ia segera berlari menuju kamar kecilnya.

"Hei, -!"

"Biarkan saja ia, Mikoto-chan. Ia sedang masa hukuman karena habis berulah"potong Kushina.

Merasa tidak memiliki hak untuk mengingatkan, Mikoto dan Fugaku memutuskan untuk pamit bersama Sasuke karena Itachi anak pertama mereka pasti sedang menunggu mereka di rumah. Itachi tidak ikut karena pergi mengerjakan tugas kelompok tadi.

Setelah kepulangan keluarga Uchiha, Naruto di hukum habis-habisan. Alasannya? Sudah mempermalukan Minato dan Kushina di hadapan keluarga Uchiha.

Perlakuan mereka, membumbui hati polos Naruto dengan bumbu kebencian. Yang kian waktu, kian hari selalu bertambah.
.
.
Disini Naruto berada. Di sebuah taman entah dimana. Ia hanya berjalan mengikuti langkah kecilnya, hingga tanpa sadar ia tersesat. Tadi sang Mama habis memarahinya lagi hanya karena ia merengek untuk sekolah juga seperti Nee-san nya. Sedih karena teriakan dan bentakan sang Mama, Naruto memutuskan untuk pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun.

Ia terdiam menatap pantulan dirinya di air kolam yang ada di danau sembari berjongkok.

"Apa.. kalau Naru punya rambut panjang cantik seperti punya Nee-chan, Mama mau tersenyum sama Naru? Uhh... kenapa Naru jelek sekali sih? Kenapa wajah Naru tidak secantik Nee-chan?"Naruto mendumel sambil menarik-narik pipi tirusnya. Pipi Nee-channya tidak terlalu tirus seperti dirinya, pas di wajah ayu milik Nee-channya. "Terus, kenapa pipi Naru ada tanda seperti ini? Jadi jelek"Naruto masih terus mendumel akan wajahnya. Tanpa ia tahu, kuku-kuku di jari kecilnya yang jarang di potong itu melukai pipi tirus berkulit tipis (karena masih kecil) itu.
.
.
Sasuke yang baru pulang sekolah melewati taman yang tidak jauh dari rumahnya terpaku saat melihat seorang anak kecil yang tampak tidak asing. Penasaran, ia pun memutuskan untuk mendekatinya.

"Naruto?"ketika sudah dekat, Sasuke dapat melihat pantulan diri Naruto di air.

Merasa di panggil, Naruto membalikkan tubuhnya.

"Uah.. Nii-chan tampan!"Seru Naruto dengan tersenyum senang memperlihatkan gigi-gigi susu kecilnya yang terlihat putih bersih.

"Ah, namaku Sasuke"Sasuke ingat ia belum meperkenalkan dirinya waktu mereka beberapa minggu lalu bertemu, "apa yang sedang kau lakukan? Ah! Pipimu berdarah!"Sasuke mengeluarkan sapu tangannya dan segera membersihkan darah yang ada di pipi Naruto.

"Ayo ikut ke rumahku, biar Kaa-san segera obati."ujar Sasuke menarik tangan mungil itu untuk mengikutinya.

"Kaa-san"Naruto bergumam.
.
.
"Tadaima"Sasuke memasuki mansionnya dengan madoh menggandeng Naruto. Jika kalian bertanya kenapa dia jalan? Salahkan Itachi kakaknya yang berjanji akan menjemputnya tapi justru melupakannya dan pergi untuk mengerjakan tugas kelompoknya, dan ia sedang ingin jalan kaki. Sekali-kali, katanya.

"Okaeri. Oh! Naruto-chan?"Mikoto cukup terkejut saat melihat anaknya pulang membawa anak orang. Duh.. coba bawa pulangnya 10 tahun lagi, Mikoto kan bisa bahagia.

Naruto yang di panggil menengokkan kepalanya dari balik punggung Sasuke.

"Astaga.. pipi Naru kenapa!?"Mikoto segera mengambil alih Naruto dari Sasuke dan melihat pipi Naruto dengan seksama, sementara Sasuke segera mengambil kotak p3k. Naruto? Dia terpaku saat melihat Mikoto dari dekat.

"Kaa-chan.."gumam Naruto.

.
-TeBeCeh-

Pretty or ?Where stories live. Discover now