4. Omelan Mertua

790 27 0
                                    

Beberapa menit kemudian, suamiku pulang. Matanya terbelalak dan memasang wajah terkejut. Jelas terkejut bukan main, baru saja menginjak ambang pintu, ia melihat pemandangan bak sinetron ef-ti-vi.

Ibu mertua terus saja mengoceh di depanku. Mengucap sumpah serapah pada menantunya. Sesak hatiku, Mas. Ibumu tersulap jadi nenek sihir sejak kena ember tumpah. Perasaan aku tidak memasukan ramuan apapun.

"Ada apa ini, Bu?" Akhirnya si Mas membuka mulut.

Ibu mertuaku menarik nafas dalam-dalam, bersiap mengeluarkan kata-kata pedasnya. "Istrimu ini loh, keterlaluan! Niat ingin ketemu kamu, belum sampai masuk sudah basah kuyup. Bukannya disambut baik-baik, disuruh duduk dan dikasih makanan. Tapi ini, baru melangkah saja sudah ketumpahan air seember. Mana yang katamu cocok jadi menantu idaman?"

Aduh, kupingku terasa mau terbakar. Sakit hati aku Mas. Pokoknya aku pingin ganti mertua.

Sifat cengengku keluar. Tak sanggup ucapkan sepatah kata pun. Mau jelaskan, tapi tetap saja aku salah.

"Sudah, sudah ... Bu, mungkin dia tak sengaja. Ibu ke kamar saja dulu, ganti baju," kata suamiku.

"Tak sengaja? Lihat di atas kamu, ada ember yang sengaja dipasang," kata si ibu sambil mengangkat telunjuk.

Suamiku menengadah ke atas pintu. Dia menggelengkan kepala sambil tersenyum geli. "Sini Bu, duduk dulu biar aku jelasin." Dia duduk dan menepuk sofa di sampingnya.

"Bu ...," panggilnya seraya mengelus lembut tangan ibunya. "Ibu suka di perlakukan romantis 'kan sama bapak? Kami juga sama seperti kalian, hanya saja cara kami berbeda. Setiap malam ada saja hal konyol yang kami lakukan untuk menjahili satu sama lain," jelasnya sambil terkekeh.

Ibu menatap lekat suamiku. "Jadi?" tanyanya.

"Ember itu sebenarnya buat ngerjain aku. Kemarin juga aku tak sengaja menyiram air pel-an ke dia. Sudah ya Bu, jangan diomelin lagi, kasihan."

Suamiku tampak berbicara lembut dengan ibunya. Melihatnya aku tersenyum, jarang-jarang zaman sekarang ada anak sebaik dia.
Ibu melihatku sambil tersenyum.
"Hmm ... ya sudah, maafkan ibu ya Nak," kata mertuaku.

Aku pun mengangguk dan balas tersenyum. "Maafkan aku juga ya, Bu. Lebih baik Ibu ganti baju dulu, nanti aku siapkan makanan."

"Nah, gitu dong. Mertua sama menantu harus akur, masa kayak Tom and Jerry, haha ...," kata suamiku lalu tertawa.


***


Setelah ibu mertua ganti baju, aku siapkan makanan di meja dan makan bersama. Tiba-tiba gawai si ibu berdering dengan suara, "wik wik wik wik wik ...."
Seketika aku dan suami saling bertatapan sambil menahan tawa. "Eta terangkanlah ...," ucap kami kompak dan gelak tawa pun memecah dalam ruangan.

Ternyata suami ibu mertuaku menelepon.

"...."

"Ibu lagi makan nih, Pak."

"...."

"Iya Pak, nanti ibu pulangnya di anterin kok."

"...."

Ibu kembali meletakkan gawainya di atas meja. Eh, apa aku gak salah lihat? Itu bukan handphone biasa, tapi I-phone keluaran terbaru! Mantul si ibu. Padahal aku saja masih pakai yang "Aiyaiya ... aiyaiya ...."

Aku sedikit merapat pada suamiku. "Mas, Mas ... i-phone ibumu bagus. Aku mau juga ...," bisikku sedikit merengek.

"Pakai saja yang ada. Aiyaiya-mu masih bagus," kata si Mas.

Aku memajukan bibir. "Hmm ... ya sudah kalau begitu, malam ini tak aku kasih jatah."

"Lah, kok?"








Suami Nyebelin (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now