5. Gara-gara Blackpink

717 26 0
                                    


Sebelum suami pergi mengantarkan ibu mertua, aku sempat berbisik padanya, "Mas, Mas ... pulang bawa i-phone ya. Inget loh, kalo nggak, malam ini gak ada jatah!" bisikku sambil mengedipkan sebelah mata.

"Sayang, sayang ... jangan minta beliin terus ya. Inget loh, kalo nggak, gak ada uang bulanan!" balasnya berbisik sambil menaik turunkan alis. Ah, nyebelin!

"Aku berangkat ya, sayang ...."

Aku mencium punggung tangan suami juga ibu mertuaku. "Iya hati-hati, Mas." Setelahnya mereka melenggang pergi menaiki motor.

***

"Jangan ngambek dong ... nanti aku beliin deh handphone yang kayak talenan itu," bujuknya sambil mencolek-colek pinggangku. Geli tau. Bikin aku tambah geram. Sudah satu jam aku nunggu si Mas pulang, eh taunya cuma bawa telor gulung.

Coba saja suamiku kayak oppa-oppa korea yang ganteng dan romantis itu. Mungkin pipiku bersemu merah 24 jam karena perlakuannya.

"Sayang? ngayal lagi? Makanya jangan kebanyakan nonton drama!" ucap suamiku ketus.

"Eh, kok kamu bisa baca pikiranku?" tanyaku heran.

"Bukan baca pikiran. Tapi aku tahu kalau kamu diem terus natap ke langit-langit, artinya kamu lagi ngayalin cowok-cowok plastik itu," katanya.

Aku menatap dia kesal. "Gak semua cowok korea itu oplas, Mas. Mereka memang udah ganteng dari lahir kok, wlek ...," kataku sambil menjulurkan lidah.

Dia memutar bola matanya. "Korea terooss ... suami sendiri gak pernah tuh kamu puji."

"Karena kamu jelek, Mas," ucapku sambil terkekeh.

"Memangnya kamu cantik?"

Aku terdiam lalu kami tertawa bersama. Tiba-tiba dia mendorongku ke kasur dan mencekal kedua lenganku. "Jangan perkosa aku, Mas ...!"

"Ah, nggak deh. Kamu bau asem!"

Suamiku memindahkan tubuhnya jadi berada di sampingku. Ia menarik selimut lalu mengajakku tidur. Ah, gak jadi panas-panasan. Dasar nyebelin. "Awas aja Mas besok pagi," gumamku kesal lalu tidur membelakanginya.

***

Pagi-pagi aku memasak nasi goreng kesukaannya. Jemariku menari-nari di atas jajaran kotak kecil tempat bumbu dapur. Aku membuka tutup kotak bertuliskan "gula" lalu menyicipnya sedikit. Asin. Iya benar, ini garam. Sengaja dikasih tulisan gula biar semutnya salah alamat.

Pinggangku bergoyang ke kanan kiri sambil memainkan sodet. Sesekali bernyanyi ria bak di tempat karaoke. "Baby shark du du du du du ... baby shark du du du du du ... baby shark."

Ah, norak! Kurang kekinian nih. "Hit you with that ddu-du ddu-du du ... ah yeay ay yeay, BLACKPINK!"

"Sayang ... berisik!" teriak suamiku dari ruang tengah.

Spontan akupun langsung menghentikan dance-dance ala girlband korea. Hehe, malu sendiri jadinya.

"Eh, MAS ...!"

Suamiku langsung berlari ke dapur mendengar teriakanku. "Ada apa, yang?" tanyanya panik.

"Nasi gorengnya gosong!" pekikku.

"Hah, kukira apa ...." Dia menghela nafas gusar.

"Hehe, gak apa-apa 'kan Mas nasinya gosong?" tanyaku sedikit canggung.

"Aku beli makan di warteg mbak Yuyun aja deh," katanya.

Seketika wajahku tertekuk. Syedih, gara-gara blackpink si Mas jadi makan di luar kan.

"Ya sudah maafin aku ya, Mas," lirihku pelan.

"Iya, lain kali gak usah sambil teriak-teriak dan joget-joget gak jelas, kayak si Mimin aja," katanya. Eh, Mimin? Orang gila di pinggir jalan itu?

"Iya, iya, Mas."

"Aku ke warteg dulu ya ...," katanya.

Aku menahan tangannya. "Sebentar, sebentar, Mas ... emangnya Mbak Yuyun itu siapa sih?"

"Janda anak tiga."

"APA ...!"




Suami Nyebelin (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang