15. Chat Bocah SMP

370 10 0
                                    

Geser sana geser sini, hadap kanan hadap kiri, macam pasukan baris-berbaris. Memang nih suamiku kalau tidur gak bisa diam. Sudah berkali-kali mukaku kena geplak, apalagi kakinya yang menindih perutku. Bikin engap.

"Mas! Bobo tuh diem napa, kalau mau senam mending di lapangan aja sana!" cetusku kesal sambil mencubit kecil perutnya.

Tangannya menindih wajahku lagi, "Hishh ... berisik!" gumamnya kemudian kembali mendengkur.

Aku menggertakkan gigi, enak-enakkan dia tidur, sedangkan aku bentar-bentar melek karena gak kebagian tempat. Kulihat di samping kanannya masih lega, tapi tubuhnya terus saja mendesak-desakku sampai ke pinggir ranjang.
Mau pindah ke pinggir kanan, tapi kakinya melingkar erat di pinggangku. Terpaksa kukeluarkan jurus kamehameha ala emak.

Badanku bergerak sedikit demi sedikit agar bisa menghadapnya. Kemudian kutempatkan kedua telapak tangan di dada dan sebelah kaki tepat di selangkangannya.
Kumulai hitung mundur, 3 ... 2 ... 1 ...

Hiyaa ...!

Bugh!

Dengan sekali dorongan, suamiku menggelundung lalu jatuh tengkurap. Hahahaha .... (Ketawa jahat).

"Aahhh ... aduh!" teriaknya keras sambil memegang area sensitifnya.

Dia meloncat-loncat dengan ekspresi yang sulit ditebak. Entah sakit, ngilu, atau sebagainya. Sedikit iba sih, tapi biarlah, itu tak seberapa dengan malam pertamaku.

"Sayang, apaan sih kamu, ah!" lirihnya kesal.

"Lagian kamu, Mas, tidur kok ndak bisa diam!" balasku sewot.

"Tapi jangan tendang adik kesayanganku juga dong! Sakit ini," katanya sambil menunjuk ke bawah.

Aku guling-guling menahan tawa, lucu juga lihat mukanya, bikin gemas.

Suamiku beralih mengambil gulungan karpet di pojok kamar. Ia menggelarkan karpet bergambar Doraemon di lantai, kemudian berbaring. Tak lama terdengar lagi dengkuran, se-simple itukah hidupnya? Ya ampun, dasar pelor.

"Mas, jangan tidur lagi ih! Ayok nonton kartun."

Tanganku menggoyang-goyangkan bahunya. Hanya terdengar gumaman kecil, dan ia malah berbalik membelakangiku. Nyebelin.

"Mas ...." Kali ini aku sedikit merengek.

Ah, sudahlah. Mungkin si Mas sibuk menghitung domba di mimpinya. Daripada bosan, kuambil saja gawai suamiku di nakas. Kubuka akun facebook suamiku dan tarik ulur beranda. Banyak postingan dari salah satu grup yang sering si Mas ceritakan. Oh, ini toh, grup menulis yang rata-rata membernya sudah berekor.
Sudah sekitar 5 postingan yang kubaca. Ada yang menceritakan pengalaman horornya, pengalamannya di SPBU, ada juga yang menentang tentang penempatan k*nd*m dekat kasir, dan masih banyak lagi tulisan-tulisan luar biasa yang kutemui.

Ting!

Suara pesan masuk dari messenger mengejutkanku. Langsung saja kubuka, yang pertama kulihat adalah foto profilnya, jelas itu foto bocah kira-kira seumuran anak es-em-pe.

[Halo, Om!]

Seketika emosiku naik, hishhh ... bocah! Tanpa pikir panjang, kubalas saja pesannya, sekedar penasaran.

[Iya, ada apa?]

Dia mulai mengetik, kemudian muncul balasan.

[Lagi apa, Om?]

Nih bocah pake nanya-nanya, mau digeplak pake panci kayaknya. Sabar, sabar. Kubalas lagi dengan ramah, ngedrama dulu jadi cowok.

[Lagi jongkok nih, hehe ....]

[Pap dong!] balasnya pake emotikon lope-lope.

Bikin darah naik! Aku mengelus dadaku pelan, untung bocah, coba kalau tante-tante, udah kusantet malam ini juga!

Suami Nyebelin (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now