Part 39 : Hukuman

6.6K 482 56
                                    

Plak...plak...plak...

"Yun shen buzhi chu tidak pernah mengajarkan anak nakal sepertimu", lan qiren yang melihat hal-hal aneh yang terjadi pada gusu saat ia kembali membuat amarahnya lagi-lagi meledak dan memberi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya dengan sebuah pukulan rotan kecil untuknya.

Saat yang sama ibunya (wei wuxian) sedang mengunjungi yunmeng untuk menemani lan wangji mengerjakan sesuatu sehingga kali ini lan zhizhen tak bisa lari dari hukuman kakeknya lagi.

Dalam hati lan qiren mengatakan bahwa lan zhizhen sangat mirip dengan wei wuxian yang susah di atur. Dengan begini lan qiren pun tak kuasa menghukum cucunya namun jika tak memberinya pelajaran maka ia akan semakin tidak tahu tata tertib dalam aturan gusu lan.

Lan zhishu mengerutkan alis kesedihan yang hanya bisa melihat sang adik di beri hukuman oleh sang kakek sebab ia pun tak bisa melawan perintah yang sudah di tetapkan.

"Paman cukup, dia masih anak-anak", lan xichen tiba-tiba muncul dengan khawatir saat mendapat sebuah laporan dari sizhui dan jingyi dengan segera ia menemui pamannya dan mencoba menghentikan pukulan pamannya pada tubuh lan zhizhen yang sudah banyak membekas.

"Heh baiklah, Teruslah membela anak nakal ini maka dia tidak akan tahu aturan gusu sampai dia tumbuh dewasa nanti !" Lan qiren menghentikan hukumannya dan segera meninggalkan aula leluhur klan lan.

"Adik!!!", lan zhishu segera menahan tubuh lemah sang adik yang sudah tak kuasa untuk berdiri namun ia masih berbicara omong kosong.

"Hehe, kakak aku hebat kan?", dengan suara lemah lan zhizhen yang sudah terluka masih membuat omong kosong yang membuat sang kakak semakin geram.

"Dasar bodoh", lan zhishu pun mengangkat tubuh adiknya dan menggendongnya di punggungnya untuk segera membawanya keluar dari aula leluhur klan lan.

"Zhishu, bawalah adikmu dan obati lukanya dengan cepat", lan xichen sangat mengkhawatirkan keponakannya saat ini dan memberinya sebotol obat untuk lan zhizhen.

Berjalan menyusuri sungai kecil yang mengalir dari sebuah air terjun.

"A-aaw shh, berjalan lah dengan pelan kak?", lan zhizhen yang dari tadi banyak bicara akibat tak mendapat kenyamanan saat di gendong oleh sang kakak.

Lan zhishu pun hanya bisa menghela nafas dan tak mengatakan apapun yang membuat sang adik semakin cerewet.

"Dasar kakek tua hanya karena sebuah coretan dinding aku mendapat pukulan, heh tunggu saja aku akan membakar jenggot kesayangannya itu!", merasa kesal dengan tekad yang kuat ia mengancam akan segera membalasnya karena telah mendapat hukuman dari sang kakek yang di bencinya.

"Jangan bodoh, apa kau ingin di pukul lagi?", lan zhishu.

"Heh apa dia berani? Ayah dan ibu akan membelaku tunggu saja mereka pulang", dengan sebuah harapan bahwa ayah dan ibunya akan membelanya untuk segera membalas sang kakek.

"Diamlah jika kau hanya bisa bersembunyi di punggung ayah dan ibu", dengan wajah datar dengan sedikit helaan nafas memberi saran pada adiknya untuk tidak membuat maslah lagi.

Dengan kesal karena berharap sang kakak memberi semangat dan dukungan namun malah di maki, sang adik pun hanya bisa cemberut dengan sebuah luka yang saat ini pun hanya bisa berada pada punggung sang kakak akibat tak bisa berjalan dengan benar.

"Kakak, tempat apa ini?", zhizhen terheran saat sampai namun ia tak melihat ruangan jingshi melainkan sebuah anak tangga yang menuju sebuah mata air yang dapat menyembuhkan sebuah luka.

Zhishu mengetahui hal ini sebab ia sering berendam bersama sang ayah saat ayahnya selesai melakukan tugas di luar gusu. Menghabiskan waktu bersama putranya.

WANG-XIAN 【FF】Where stories live. Discover now