①. ⓗⓘⓜ

8.3K 489 210
                                    

🕐

🥀

Rasa kantuknya menggantung lebih dari tiga jam yang lalu. Namun pintu utama belum jua terketuk sementara malam telah larut. Beberapa kali acara televisi membangunkannya, beberapa kali ia mengucek mata agar bertahan lebih lama di depan televisi. Harap akan ucapan selamat malam yang mungkin ia terima.

T O K ! T O K ! D R R K ! [Name] membuka mata seketika, segera menuju pintu utama guna menyambut orang yang baru saja datang. Senyumnya terkembang, namun kekhawatirannya tak sirna semudah itu.

Lelaki di ambang pintu melempar pandang heran, memandang wanita yang kini berstatus sebagai istrinya dari atas ke bawah, kembali ke atas lantas ke bawah. Tak ia hiraukan, ia mengendurkan dasi yang mengikat leher.

[Name] mendekat kea rah suaminya, bergegas membantu agar sang suami bisa cepat istirahat. "Malam, Tetsuroo. Otsukaresama. Kau terlihat begitu kelelahan, mau man-"

S S E T ! Sang suami berlalu tanpa membalas sapaan hangat tersebut. [Name] berdiam di tempat, ada satu titik yang terasa amat sakit dalam tubuhnya. Tangan terkepal di sisi tubuh, menahan geraman agar tidak lolos.

'Tidak apa-apa... Tidak apa-apa, [Name].' Dihirupnya napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

Dengan senyum terkembang ia menghampiri suaminya. Dengan cepat ia meraih tas kerja suaminya untuk diletakkan di ruang kerja.

"Aku memasak hamburger, apa kau sudah makan?" Pertanyaannya belum sempat terjawab, namun ia segera menimpali dengan hal lain. "Aku siapkan air mandimu dulu, ya. Aku tidak tahu pukul berapa kau pulang jadi aku belum menyiapkannya, takut dingin."

[Name] mondar-mandir, ke sana ke mari demi melayani suami yang -dia anggap-sudah bekerja keras. Selepasnya, ia menyiapkan hamburger terbaik untuk sang dambaan.

"Makanlah sambil menunggu airnya siap," ujarnya sambil membawakan satu nampan berisi rangkaian makan malam. Ia cukup yakin dengan cita rasa yang ia buat.

Tetsuroo melihat apa yang tersedia di hadapannya, selanjutnya melempar pandang pada sosok istrinya di sisi tubuh. Mengunci pandang pada mata yang mengedip lucu, berharap Tetsuroo suka dengan yang ia sajikan.

Perlahan Tuan Kuroo menyendoknya, lantas ia makan meski sedikit. Matanya mendadak melebar kagum, merasakan cita rasa kuat dari makanan yang baru saja ia cecap.

Tak ragu ia memakannya dengan lahap, membuat [Name] tersenyum kecil. Setidaknya makanan yang ia buat mampu menarik perhatian Tetsuroo. Ia bahagia akan hal itu.

Air mandi untuk Tetsuroo sudah siap. Wanita itu kembali ke ruang tengah untuk memberi tahu sang suami. "Airnya sudah siap. Kau bisa mandi setelah ini, Tetsuroo."

Tetsuroo bangkit dari duduknya, meletakkan nampan dengan segala piring yang sudah kosong. Langkah lebar membawanya ke hadapan sang istri. Tangan besar itu menggenggam lengan atas [Name], membawa wanita itu jatuh dalam rengkuhan debaran.

"Te-Tetsuroo..." Terdengar gemetar dalam bicaranya. Sama sekali bukan ketakutan, kegugupan melanda jiwanya.

Degupnya berpacu ketika paras tampan suami kian mendekat, memangkas jarak yang semula membuatnya merasa begitu jauh. Nada rendah itu menggelitik telinga, mendayu lagi memikat sang kekasih.

"Bawakan pakaian gantiku ke kamar mandi," titah lelaki itu sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi, melepas kancing demi kancing kemejanya.

[Name] membeku di tempat, matanya membelak seperti akan keluar dari tempatnya berada. Tangannya menjulur ke dinding, mencari alat yang bisa menopangnya berdiri.

"Gila... Gila sekali laki-laki itu..." Napasnya terengah, wajahnya memerah bukan main. Beberapa kali ia antukkan kepala ke dinding, mengusir segala pikiran kotor yang sudah terancang apik dalam benaknya.

Ia menenangkan diri sebisa mungkin, menahan diri agar tidak bertindak di luar batas. Segera ia ambilkan piyama Tetsuroo beserta dalamannya, lantas mengantarnya ke kamar mandi.

"Tetsuroo, ini pakaianmu," ujarnya setelah mengetuk pintu beberapa kali.

Dari dalam Tetsuroo menyahut, "Letakkan di keranjang, pintunya tidak aku kunci."

Wajah wanita itu kembali memerah, membayangkan sosok di balik pintu di hadapannya. Entah berapa kali ia melihatnya, bahkan menyentuhnya dengan jemari, tak kunjung ia terbiasa dengan semua itu.

Tiba-tiba pintu berderit terbuka, Tetsuroo berdiri menghadap istrinya yang terkejut. "Lama sekali, bawa masuk," titahnya kemudian.

Melihat respon lambat [Name], lelaki itu menarik pergelangan tangan istrinya memasuki kamar mandi. Mengambil pakaian yang dibawanya dan diletakkan di keranjang pakaian bersih.

Lantas Tetsuroo kembali menghadap [Name]. Memangku sisi wajah istrinya dengan tangan besar. "Kenapa kau bertindak lamban? Sudah mengantuk, hm?" Suara baritone bagai ombak pasang di malam hari. Begitu kuat alirannya, begitu dahsyat dampaknya.

[Name] yang semula berdiri kaku melemaskan otot-otot tubuhnya. Membalut lembut tangan suami yang masih memangku sisi wajahnya. "Jika aku bilang iya, apa yang akan kau lakukan, Tetsuroo?"

Semburat merah masih tersisa di wajahnya, membalas tatapan sang kekasih dengan percikan kerinduan. Jemari lentiknya meraih dada sang suami, yang kini bebas ia lihat tanpa penghalang pakaian. "Ini sudah larut untuk mandi, cepat selesaikan agar tidak demam, Tetsuu~"

Manik hazel itu menyipit, sudut bibirnya terangkat sebelah. "Ck, dasar penggoda." Dalam satu langkah Tetsuroo mengangkat tubuh [Name] dan memojokkannya ke dinding.

Malam itu berlanjut, dipenuhi nafsu dan gairah yang bergejolak, untuk memenuhi hasrat satu sama lain. Dalam lenguhan dan rintihan. Dalam setiap gema suara yang menjadi satu. Sang puan terjatuh lemas, merasakan pelepasan terakhirnya bersama sang suami.

Tetsuroo mengangkat tubuh istrinya menuju bathup, sedikit berendam sebelum menuju kamar dan beristirahat. "Arigatou, Kiyoko," ucapnya menutup malam panjang Kuroo [Name].

🥀

[200107]

Shitty Black | Kuroo TetsurooWhere stories live. Discover now