⑥. ⓤⓝⓔⓐⓢⓨ

4.3K 440 372
                                    

🕕

"It's okay. Use me however you want"

🥀

Sang petinggi perusahaan menghela napas berat nan panjang. Terdengar lesu, letih dengan segala tekanan dalam pekerjaannya. Jemarinya mengetuk cepat, menghadap layar ponsel yang baru saja ia gunakan. Telepon dari sang istri, tak lebih dari sepuluh detik panggilan tersambung. Tanpa ia mendengar suara sang istri.

Sebelah tangannya memijat pelipis, alisnya bertaut tak suka. Tak suka dengan segala keadaan yang tengah menimpa dirinya dan rumah tangganya. 'Apa aku terlalu kejam?' ujarnya dalam hati.

Beberapa kali wanita itu menelpon sejak siang. Tak satupun ia terima karena rapat tengah berlangsung. Seberkas rasa 'ingin' menyelimuti hati. Menelpon balik sang kekasih dengan rasa gelisah tak menentu.

Namun gengsinya terlalu besar. Tak sekali pun ia pernah menelpon sang istri lebih dulu jika bukan karena urusan makan malam dengan keluarga, hal mendesak, dan segala hal yang berguna untuk memperbaiki citranya.

"Kuroo-san." Suara mendayu itu datang lagi. Derap langkah dalam high-hels merah jambu mendekati meja sang Pemimipin. Tangannya terulur menuju dada Tetsuroo, memainkan dasi yang menggantung di sana. "Lagi-lagi dasi Anda tak terpasang dengan benar. Apa istri Anda tak melakukan tugasnya dengan baik?"

Tetsuroo tak mengalihkan pandang, fokus pada monitor di hadapanya sembari menggeser laman ke atas dan ke bawah. "Ia tidur terlalu lelap. Tidak tega aku membangunkannya."

Seulas senyum miring tercipta menghiasi wajah. Bibir merahnya mendekat, membisikkan suaranya di telinga pria yang telah beristri. "Em... Bukankah Anda yang sengaja berangkat terlalu pagi? Kembali ke rumah pukul dua pagi dan tiba-tiba sudah ada di kantor lagi empat jam setelahnya. Setidaknyaman itukah di kediaman Anda sendiri?"

Sekali lagi Tetsuroo menghela napas. Mendorong tubuh mungil sekretaris itu ke atas meja kerjanya. "Shiraishi, sepertinya kau sudah bertindak di luar kuasamu." Jemari Tetsuroo yang kuat membelai garis rahang wanita itu. "Aku sudah beristri, pun dirimu yang sudah bersuami," lanjut Tetsuroo.

Mata Shiraishi mengerjap genit, tampak binar yang mengisyaratkan dirinya haus akan sentuhan. "Tak masalah, kan? Saya hanya ingin sentuhan Anda, Kuroo-san. Bukan perasaan cinta atau semacamnya."

Kuroo melayangkan tatapan datar. Wajahnya kian mendekat, menempatkannya di bahu sekretaris yang telah membantunya satu tahun belakangan. Tangannya pun meraih puncak kepala si wanita. Lantas bicara dengan nada rendah.

"Mana mungkin aku menyentuh wanita lain selain istriku?" kata Tetsuroo yang membuat Shiraishi bergerak tak nyaman.

"Bukankah Anda menikahinya karena suatu tuntutan? Itu bukan yang benar-benar Anda inginkan, Kuroo-san. Jadi, sentuhlah aku, seakan-akan akulah wanita yang benar-benar Anda inginkan." Shiraishi mengalungkan kedua tangannya di leher Tetsuroo. Sejenak posisi mereka tak berubah.

Tetsuroo hanya melirik sinis. "Jika hanya begitu, istriku yang terbaik," Tetsuroo menjeda sebentar, "lagipula aku mulai menginginkannya."

Lelaki itu menggenggam tangannya yang ada di puncak kepala Shrasihi, membuat beberapa helai tertarik, mengakibatkan rasa sakit pada si wanita. "Ahn~ Kuroo-san, jangan jambak rambutku..."

Senyum miringnya yang penuh akan godaan kembali terkulum. "Karena dia hanya pernah 'dimasuki' olehku. Mana mungkin aku mau 'memasuki' liang yang telah terjamah lelaki lain?"

Tetsuroo bangkit, masih menjambak rambut sekretarisnya dengan tatapan dingin dan tajam. "Betapa menyedihkannya Tuan Shiraishi. Bagaimana respon lelaki baik itu ketika mengetahui kelakuan istrinya di luar pengawasannya, ya?"

Shitty Black | Kuroo TetsurooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang