9.ⓤⓢ

5.5K 358 181
                                    

🕘

' Lemme be better for you '

🌹

Matanya terasa berat. Ia paksa kelopak mata untuk terbuka, menerima secercah cahaya matahari dari balik tirai yang tertutup. Rasa pening menyergapnya seketika. [Name] mengaduh sembari memegang kepala. Tak lama rasa pening itu menghilang.

"Kenapa rasanya lelah sekali? Padahal aku baru kembali dari rumah sakit," gumamnya sambil meregangkan tubuh.

Didapatinya sebelah kasur yang telah kosong. Tak ada siapapun di sana. [Name] menghirup napas dalam-dalam, memenuhi rongga paru-parunya dengan oksigen. Setelahnya ia menghembuskan napas perlahan, mengulum senyum dengan garis mata menurun.

"Yah, tapi tadi malam aku tidur sangat nyenyak, sampai memimpikan Tetsuroo. Apalagi itu adalah mimpi terindahku dua tahun belakangan." [Name] beranjak dari kasur. Membenahi selimut dan bantal sebelum melangkah menuju kamar mandi.

Kantuk masih menggantung. Dibasuh wajahnya pelan-pelan, dan menggosok gigi secara merata.

Ia letakkan cangkir untuk berkumur dan sikat giginya. Menumpu seluruh beban tubuhnya pada tangan yang kini bersandar pada washtafel. Ia pandang sekali lagi wajahnya dalam pantulan cermin. Tak nampak gurat lelah. Hanya ada satu yang cukup mengganjalnya.

"Apa aku menangis saat tidur? Mataku sembab begini." Jemarinya meraba lembut area sekitar mata. Masih menatap pantulan diri. Ia hela napas sekali lagi sebelum beranjak dari washtafel. "Tetsuroo sudah sarapan belum, ya? Aku tak menyiapkan apapun untuk sarapannya."

"Aku belum sarapan," sahut seseorang dari balik tubuh [Name].

Wanita itu tersentak di tempat. Ia balikkan tubuh secepat mungkin, mendapati sosok lelaki dari bilik ruang bilas. Matanya melebar tak percaya, jantungnya berpacu begitu cepat.

Tetsuroo mendekat, menempatkan tangannya di atas kepala [Name]. "Bagaimana keadaanmu? Ada rasa pusing atau semacamnya?" tanyanya dengan handuk yang terlilit di tubuh bagian bawah.

"Te--Tet--Tetsuu--" ujar [Name] terbata. Tetsuroo hanya berdeham, memperhatikan wanitanya sekali lagi. "Ku--kupikir kau sudah berangkat ke kantor."

Tetsruoo mengernyit heran. "Ada apa? Apa ada yang terjadi? Hari ini aku tidak akan ke kantor, aku harus memastikan kondisimu pulih sepenuhnya."

Wajah [Name] memerah tiba-tiba. Semua ini terasa mendadak. Perhatian Tetsuroo, begitu mendadak.

Melihat istrinya yang kelimpungan, Tetsuroo membawa wanitanya dalam pelukan besar. [Name] dapat merasakan tubuh Tetsuroo. Kehangatan yang terpancar padahal lelaki itu baru saja mandi. "Jika ada yang ingin kau sampaikan, katakan saja. Aku tak ingin ada sesuatu ynag membatasi kita lagi. Tolong, biarkan aku menjadi suami yang baik bagimu."

Mendengarnya membuat dada [Name] bergetar. Rasa sesak dalam dada menjalar ke seluruh tubuh. Tenggorokannya tercekat, tak dapat ia mengeluarkan suaranya. Rasanya begitu sakit. Rasanya sangat menyedihkan.

"Ke--kenapa baru mau berusaha sekarang, Tetsu? Kita... Kita sudah menikah sejak dua tahun lalu, bukan? Kenapa kau hanya menyakitiku dari dulu... Aku sampai sulit mengatakan jika aku hamil. Kenapa baru berusaha sekarang, Tetsu?" Tangis [Name] pecah.

"Ba--bagaimana jika saat itu aku tak tertolong? Apa kau akan berusaha jadi suami yang baik setelah kehilangan istrimu? Bagaimana jika telepon itu adalah kali terakhir aku mendengar suaramu? Tetsu bodoh! Sungguh bodoh! Bodoh banget!"

Tetsuroo hanya berdeham kecil, mengusap rambut dan punggung istrinya berulang-ulang, menenangkan sang wanita. Dia tak akan bicara. Dia tak akan mengelak. Dia tak akan mencari alasan. Dia mangakui kebrengsekan dirinya sendiri. Dia tak akan berusaha terlihat baik di depan istrnya. Karena sudah serusak itu citranya di hadapan sang istri.

Shitty Black | Kuroo TetsurooWhere stories live. Discover now