⑤.ⓟⓐⓘⓝ

4.2K 397 116
                                    

🕔

"What am I to you?"

🥀

Perlahan matanya mengerjap. Rasa pening menjalar secepat kesadarannya terkumpul. Ia bangkit dan mengaduh tanpa bergerak. Perutnya berontak lagi. Gejala itu muncul lagi. [Name] berlari ke kamar mandi, menekan perutnya sekuat tenaga agar segera lepas dari rasa perih yang menyiksanya secara perlahan.

Perih. Namun tak ia benci. Perih. Namun syukurnya tiada henti. Perih. Perih. Saat tahu sisi ranjangnya mendingin, ditinggal sang suami yang pergi tanpa pamit.

Tangannya menggenggam erat di atas washtafel. Helai-helai rambut berjatuhan di wajah, terbasahi air saat mengusap wajah. Matanya sembab. Bengkak yang amat jelas dengan jejak kemerahan yang belum menghilang.

Bibir bawah tergigit geram, decakan kecewa menyertainya. Air mata tak lupa ambil bagian. Hanya itu. Hanya tangis. Hanya isak. Warna yang sama dalam pernikahannya.

'Jika begini, bagaimana bisa aku memberitahu tentang kehamilanku pada Tetsuroo?' batin [Name] dengan bercucur air mata.

Wajahnya begitu kacau. Lebih kacau 50 kali daripada wajah bangun tidur biasanya. Banyak pikiran bertumpuk. Terlebih ketika ingatannya berputar. Nampak dengan jelas di sana, pemandangan mengerikan yang ia lihat antara kedua lelaki. Di rumahnya. Di hadapannya. Seolah-olah itu baru terjadi beberapa saat lalu.

Mengerikan. Menyebalkan.

Akaashi melayangkan bogem mentah ke wajah Tetsuroo. Lelaki bersurai hitam jabrik hanya tersenyum miring, meremehkan kekuatan Akaashi yang terbilang lebih baik dari miliknya.

Tetsuroo bangkit, mengambil satu langkah yang memulai segalanya. Perkelahian hebat antara dua lelaki, di ruang terbatas penuh dengan barang-barang keramik yang mana bila pecah siap melukai siapapun.

Sementara di sisi ruang, seorang wanita hanya bisa melihat dengan netra lebar, dengan tatapan bergetar dan kosong. Tak ada yang bisa ia lakukan. Tak cukup kekuatannya sekadar berteriak untuk menengahi keduanya. Dia hanya terdiam. Duduk memeluk luut, menyembunyikan wajah di antara dua kaki.

Ia tak yakin siapa yang membawanya ke kamar, dan kapan ia dipindahkan. Karna ingatannya tak berlanjut sejak ia memutuskan untuk diam dan tak terlibat dalam pertengkaran.

🥀

Menjelang senja, belum juga ada tanda-tanda suaminya akan pulang. Sedikit harapan dalam hati bahwa Tetsuroo akan kembali lebih cepat seperti yang ia lakukan kemarin. Agaknya itu hanya impian pribadinya, tak ada keharusan bagi Tetsuroo benar-benar memberi tahu jam pulang padanya.

[Name] memandang rinai hujan dari balkon kamar. Gerimis telah berlalu lebih dari enam puluh menit, halaman rumahnya sudah basah, langit bertambah gelap tanpa ada bagian matahari yang nampak lagi.

Tangannya mengelus lembut di perut. Belum membuncit, tapi dapat ia rasakan ada calon kehidupan di dalamnya, menanti melihat dunia berpegang pada dua tangan kepercayaannya.

"Ibu tidak sabar... Cepatlah lahir, ya? Temani ibu..." suaranya begitu lirih, tenggelam dalam rintikan hujan yang makin deras.

Ia putuskan untuk kembali ke dalam rumah, memasak makan malam, duduk di sofa depan televisi, membiarkan tubuhnya tidur dengan posisi yang kurang nyaman. Tak apa. Asal Tetsuroo pulang dengan selamat nantinya.

Dulu dia bukan wanita lemah seperti ini. Seorang gadis tangguh yang tegas dalam pendirian maupun prinsip-prinsip hidup yang telah digenggamnya sedari kecil. Sungguh bukan wanita yang mati diperbudak cinta, apalagi mengemis cinta. Sepanjang hidupnya, ia hanya menjalani dua hubungan. Yang pertama diraihnya bersama Akaashi Keiji, sang junior andalan klub voli SMA yang datang dengan berani, menyatakan perasaannya tanpa ragu.

Shitty Black | Kuroo TetsurooWhere stories live. Discover now