Chapter III

22.4K 3.2K 91
                                    

Sorry for typo.....

Sorry for typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Seseorang mengetuk pintu di pagi hari minggu yang cerah dimana Jaemin sedang sibuk mendandani Jeno dengan coat dan juga syal karena ini sudah berada di penghujung musim gugur. Ia baru saja memakaikan syal pada pemuda itu karena mereka akan pergi berbelanja sweater untuk Jeno, sedangkan pintu depan di ketuk terus menerus. Apakah itu Haechan? Oh tentu tidak, Haechan pasti akan langsung masuk tanpa diminta.



"Kita sarapan dulu, tunggu di meja makan. Nana akan melihat orang yang mengetuk pintu." Jeno mengangguk dan berjalan kearah dapur, sedangkan Jaemin melangkah menuju pintu depan. Membukakan pintu dan mendapati seorang wanita muda tidak di kenal dengan rok mini di musim gugur?


"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jaemin langsung tanpa perlu berbasa-basi, di tatapnya wanita muda itu sedikit tak suka. Hey di rumahnya ada anak kecil, oh bukan sorry, dia Jeno yang mengidap little space untuk sementara waktu.



"Eumm... apa aku bisa meminjam kamar mandimu?" Jaemin melirik kesekitar, menemukan kejanggalan di beberapa titik sekitar rumahnya. Wow, ada yang berusaha mengintainya rupanya.




"Maaf nona, tapi baru saja kamar mandiku pintunya rusak. Kau bisa mengetuk pintu rumah lain untuk itu." Jaemin menutup pintu sembari melirik wanita muda itu dengan sinis. Jaemin benar-benar menyeramkan jika seseorang saat ini sedang melihat wajah menakutkannya yang terlihat begitu sangat mengintimidasi.





 Jaemin benar-benar menyeramkan jika seseorang saat ini sedang melihat wajah menakutkannya yang terlihat begitu sangat mengintimidasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







"Bagaimana?" Si wanita menyenderkan tubuhnya dengan kesal di atas jok belakang, menatap rekannya di depan yang menatap penuh tanya ke arahnya dengan tatapan kesal hampir tersulut emosi.


"Aku mencium bau anak itu. Tapi, bisa kita lihat. Pemuda yang menghajar dua anak buah mu benar-benar menatapku dengan sinis. Dia mempunyai tatapan intimidatif yang cukup menakutkan untuk ukuran seorang manusia biasa. Dan lagi, kenapa anak buahmu begitu payah? Dengan anak manusia saja kalah." Wanita itu menghela nafas kasar, memperhatikan rumah itu dan menemukan pemuda itu keluar bersama seseorang yang mereka cari. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika pemuda itu memperhatikan mobil yang mereka tumpangi dan ia mendekat, mengetuk kaca jendela.



Native [Nomin] ✔Where stories live. Discover now