Chapter XI - A Werewolf (1)

16.3K 2.5K 62
                                    

Sorry for typo.... Warning! Gaya penulisan yang aneh dan kadang berubah-ubah.




..






Ada dua ketukan di detik pertama depan pintu tempat Sehun dan Jaemin mengobati lukanya. Luka mereka sudah di tangani dan bahkan sudah di perban. Kemudian dua kali ketukan datang di beberapa detik berikutnya sebelum Jeno dengan tergesa membuka pintu. Di belakangnya ada Mark dan juga Haechan yang tadi sempat meninggalkan mereka lebih dahulu menuju kediaman kelurga Lee. "Nana!!" Jeno menghambur ke arah Jaemin, hampir memeluknya sebelum menemukan tubuh pemuda itu dan juga Sehun hampir sepenuhnya di tutupi oleh perban.

"Hey, bagaimana kondisimu?" Jaemin tersenyum seperti biasanya saat menyapa Jeno. Jeno menghela nafas lega kemudian berkata bahwa dirinya baik-baik saja. "Tentu saja, kau kan pingsan." Sehun dan Mark mencibir sedikit nada jengkel bahkan terdengar dari suara yang terlontar.

"Hm.. hyung, kau tidak di sini bersama nana ketika dia di perban kan?" Sehun mendelik tajam, astaga pertanyaan macam apa itu dan Jeno bahkan menatapnya dengan tatapan curiga. Seperti seorang kekasih yang memergoki pasangannya selingkuh. Bola matanya memutar lalu senyum licik terpampang di wajah Sehun. "Tentu saja aku disini, kami di perban bersama." Jaemin tersenyum mengangguk dengan kepala menoleh ke arah pemuda itu kala Jeno menatap serius ke arahnya. Lalu Jeno menatap tajam Sehun. "Mesum sialan!" Serangnya tajam. Sehun yang semula ingin tertawa di buat kesal.

"Heh! Siapa yang kau bilang mesum?" Sehun mendelik tajam. Alis tebalnya bersatu dengan kening berkerut dalam. Jeno menatapnya tak kalah tajam seolah menantang. Mark dan Haechan yang tidak mengerti situasi hanya duduk diam di atas sebuah sofa. Mereka mengamati pertengkaran Sehun dan Jeno dengan seksama.

"Hyung, tentu saja." Jeno mengangguk dengan bangga. Sedangkan Jaemin yang perlahan memahami situasi hanya menggeleng pelan. Jeno memang sudah mengingat segalanya karena kejadian dirinya pingsan terantuk dahan. Tapi sepertinya sifatnya sangat menjengkelkan. Tidak seperti Jeno yang mengidap little space dengan dirinya yang sangat penurut.

"Jeno sebelumnya sangat penurut dan tidak suka menjawab perkataan seseorang yang lebih tua." Jaemin berkata dengan wajah di buat sedih. Mendadak Jeno terdiam kemudian menatap tajam Sehun. Seolah pemuda itu melempar semua kesalahan padanya. Sehun balas menatap tajam, tak terima dirinya di salahkan. Siapa juga orang bodoh yang membiarkan tubuhnya melambung ketika di ajak berlari dari kejaran para penjahat. Seharusnya Jeno berpegangan dengan erat.

Sehun menghela nafas dengan tatapan datar. "Siapa juga orang bodoh yang membiarkan dirinya melambung saat lari dari kejaran orang-orang itu. Seharusnya dia berpikir untuk berpegangan dengan erat." Sehun mendelik, menemukan wajah Jeno memerah malu sekaligus tatapan kesal yang kentara ia tunjukkan.

"Ya, orang bodoh yang benar-benar bodoh." Mark menambahkan, kepalanya mengangguk dengan tegas. Jeno menoleh dengan sinis. Hampir melontarkan kalimat balas sebelum suara Jaemin membuatnya mengalami penurunan mood.

"Kenapa kau bodoh sekali sih Jenoya?" Dan seketika rasanya hatinya bak di sambar petir di siang bolong. Oh nana nya yang memihak dua hyung tidak waras yang terus memojokkan dirinya yang saat ini masih tidak berdaya.

"Jangan bilang kau ingin menyangkal pernyataan itu, ada Haechan sebagai saksi." Tekan Jaemin ketika Jeno akan membuka mulut dan menyangkal dengan tegas. Haechan menganggukkan kepalanya, memihak Jaemin sama dengan memihak Mark dan juga Sehun.

Jeno mendadak murung, sisi kekanakkannya terlihat menggemaskan. Rupanya little space tidak sepenuhnya menghilang dengan kembalinya ingatannya. "Aku mengerti."

"Jeno?" Pemuda itu menoleh, tatapan matanya menurun kala Jaemin memanggilnya.

"Boleh aku memelukmu?" Dan tanpa aba-aba, pemuda itu menghambur ke dalam pelukan Jaemin. Tangan pemuda manis itu mengelilingi tubuhnya dan memberikan usapan hangat di atas kepalanya.



Native [Nomin] ✔Where stories live. Discover now