Chapter XVI

10.4K 1.7K 128
                                    


..

"Sudah ku bilang, kita jangan kesini. Kan tersesat begini jadinya?" Lean kecil menarik tangan Rin yang saat itu terisak di bawah pohon besar. Tubuh anak perempuan itu bergetar dan Lean merasa bersalah karenanya.

"Maafkan aku."

Rin menggeleng pelan, ia merasa benar jika semua ini adalah salahnya. Ia adalah orang pertama yang mengajak Lean bermain terlalu jauh dari yang seharusnya.

"Aku ingin pulang." Rin menangis lagi, isakannya terdengar jelas saat ini.

Sedangkan Lean menghela nafas kemudian duduk di sebelah gadis kecil itu dan bersandar di pohon. Tidak ada gunanya untuk membujuknya, ia akan tetap menangis kok.

"Sudahlah, berharap saja jika ada orang yang akan membantu kita keluar dari sini." Lean memejamkan matanya.

Rin di sampingnya masih terisak. Anak perempuan itu terkadang berbisik 'mama' karena ketakutan. Hutan yang mereka pijaki saat ini sudah hampir gelap. Padahal ini baru pukul setengah empat sore.

"Ayo kita jalan perlahan, siapa tahu kita bertemu seseorang." Lean lekas berdiri sembari mengulurkan tangan. Ia tunggu hingga Rin mengangkat kepala dan menatapnya. Wajahnya nampak memerah sehabis menangis.

Setelahnya mereka hanya diam sembari meniti jalan dengan perlahan. Jalanan sudah sedari lima menit lalu menjadi gelap. Rerumputan di samping kiri dan kanan bergerak liar mengikuti angin yang beberapa kali berhembus. Dedaunan terangkat tidak terlalu tinggi tersapu angin.

"Aku takut.." Rin menempelkan tubuhnya, tangannya refleks memeluk lengan Lean.

Sedangkan anak laki-laki itu sama sekali tidak menggubris. Ia hanya fokus pada jalan di depannya hingga sesosok serigala muda dengan motif kalung ganda pada lehernya berdiri tak jauh di depan sana. Mata birunya menyala terang.

"Kauㅡ siapa?" Rin bertanya ketakutan, tubuhnya bergetar. Ia menyembunyikan tubuh di balik tubuh Lean.

Serigala muda itu lantas bertransformasi, sosok anak laki-laki dengan wajahnya yang tampan menghampiri mereka. Tatapannya tajam dan penuh akan aura dominant di sekitarnya.

"Kalianㅡ kenapa berada disini?" Tanyanya dingin. Raut wajahnya sangat datar.

Lean sedikit tidak menyukai ekspresinya, tapi ia butuh bantuannya.

"Kami tersesat." Jawab Lean santai.

"Kalian darimana?" Suaranya masih dingin, wajahnya masih datar. Tapi nampak ada ketulusan terpancar di dalam matanya.

"Dari wilayah hutan timur dekat perbatasan, daerah kecil yang ada di kekuasaan wilayah Lee. Pemimpin wilayah kecil itu adalah tuan Park." Lean menjelaskan.

Anak laki-laki itu mengangguk. "Akan kutunjukkan jalan."

Dan semenjak itulah, mereka menjadi dekat hingga tragedi berdarah itu memutuskan pertemuan mereka. Mereka tak lagi bertemu dengan Jeno selama bertahun-tahun lamanya.

 Mereka tak lagi bertemu dengan Jeno selama bertahun-tahun lamanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Native [Nomin] ✔Where stories live. Discover now