Chapter VII

16.8K 2.7K 100
                                    

Sorry for typo... warning! Perubahan gaya penulisan mendadak ehehe.




..




Gemuruh ramai kian memudar, kunjungan menjadi sepi kala fajar menjatuhkan diri ke peraduan. Langit semula cerah kini perlahan gelap, runtuh bersama sang surya menyambut datangnya bulan. Beberapa pasang mata menunggu tenang. Pintu kembar berbahan kayu mahoni dengan ukiran klasik berdiri megah di sana.

Ketika pintu mulai terbuka, seseorang segera melangkah pelan keluar. Sambutan dengan lemparan pertanyaan yang banyak. Cukup sulit untuk memilih mana yang akan di jawab terlebih dahulu. "Apa kalian mau mendengar yang terbaik dari yang terburuk?" Tanyanya sopan, kepalanya menoleh kearah pintu yang kembali ditutup. Beberapa pasang mata kembali menatapnya. Tatapan mereka kosong tapi penuh akan pengharapan yang dalam. "Apakah yang baik itu?" Seorang wanita bertanya di antara lainnya. Ia memang pelayan, tapi sepertinya beberapa tuannya tak akan menanyakan hal yang membuat mereka merasa sensitif lebih dari ini.

"Kondisi tubuhnya sudah stabil." Semua merapalkan kalimat syukur. Terlebih do'a dan harapan yang lebih besar. Beberapa pasang mata lainnya ikut tersenyum lega. Mungkin ini adalah sebuah anugerah lainnya.

"Tapiㅡ kami tidak bisa memastikan kapan ia akan sadar." Senyum lebar di wajah mereka luntur seketika. Bersambut dengan helaan nafas panjang yang dalam. Orang paling bertanggung jawab disana telah menjatuhkan diri ke atas sofa. Tubuhnya melunglai sebap tidak memakan apapun semenjak pagi. Kantung mata berlebihan menghiasi bawah mata. Rambutnya nampak tidak tersisir rapi dengan bibir kering.

"Jaehyun hyung." Mark memanggil. Pemuda itu baru saja tiba dengan beberapa tas kertas berisi makanan. "Makan dan beristirahatlah. Taeyong hyung bisa marah melihatmu seperti ini." Jaehyun menyetujui saran sang adik ipar. Tubuhnya bangkit berdiri sedangkan tangannya meraih tas kertas yang ada di tangan Mark. Langkah lunglai menarik diri ke lantai bawah dengan perlahan.

"Bagaimana perkembangannya?" Tuan Lee sang alpha pack meloloskan diri dari kumpulan pasang mata yang berkerumun. Tatapan matanya tertuju pada sang putra, terlebih atensinya juga ikut teralihkan oleh si pemuda Oh yang berdiri di samping anaknya.

"Sehun hyung sudah menunjukkan tempatnya pada saya." Mark memberi jawaban, kalimat yang tidak cukup memuaskan namun sang ayah tetap tersenyum. Terburu-buru bukanlah langkah awal yang bagus untuk bernegosiasi pada manusia.



 Terburu-buru bukanlah langkah awal yang bagus untuk bernegosiasi pada manusia

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.



Kepulan asap merambat ke atas dan hilang bercampur udara. Di bagian bawahnya, ada kopi panas. Terhidangkan di atas meja kecil dekat kursi. Jaemin duduk disana, taman belakang nan kecil dan udara sore yang nyaman meski terkesan dingin menusuk. Belum lagiㅡ pemuda Lee sedang terlelap di bawah pohon apel miliknya yang terletak di sudut dekat tembok tinggi pembatas. Sesekali kelopak mata itu terbuka dan tertutup, antara kesadaran yang sebagian masih berada di dunia nyata dan sisanya di alam mimpi.

Native [Nomin] ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن