🌈Miss You (16)🌈

66 44 6
                                    

Hari wisuda kami, semua siswa dan siswi beserta dewan guru dan jajarannya, juga seluruh wali murid yang ikut mendampingi putra putinya, tampak seragam mengunakan dresscode berwarna serba putih. Duduk kami urut bedasarkan nomer absen saat itu, gue cukup jauh duduknya dengan Salwa. Dia dibelakang gue tapi agak samping. Dia cantik banget hari ini, dengan setelan kebaya putih beserta polesan make up tipis di wajahnya. Pipi dia agak lebih mengembang sekarang, daripada beberapa bulan lalu saat ia benar-benar ambisi mendapatkan kampus yang ia inginkan. Sekarang dia resmi jadi mahasiswa baru di Universitas Gajah Mada dengan prodi Psikologi.

Momen kebersamaan kami tumpahkan di sini. Serentetan acara wisuda hari ini, seolah menjadi saksi tentang waktu kebersamaan kami yang mungkin akan terhenti, bukan, bukan. Lebih tepatnya akan terhenti status kami yang bernamakan pelajar menjadi alumni, sekaligus mahasiswa. Ya itu ungkapan yang tepat untuk kami hati ini.

Selepas acara wisuda selesai, kami sempatkan berfoto bersama untuk satu angkatan, satu kelas, juga foto dengan keluarganya masing-masing. Ada yang spesial untuk wisuda gue di SMA, karena gue selalu bareng-bareng dengan cewe yang gue sayang yaitu Salwa. Tak luput juga foto keluarga antara keluarga gue dan Salwa, ya semacam foto pra nikah gue sama dia wkwk, foto ini bakalan gue bawa ke Malang, bakalan gue pasang di meja belajar gue, biar semua teman-teman gue nanti pada tau bahwa gue adalah laki-lai paling beruntung karena berhasil merebut hatinya Salwa.

Kebetulan gue bawa motor, papa sama mama gue satu mobil waktu berangkat ke acara wisuda, gue rencana jemput Salwa, tapi berhubung Salwa hari ini dandan ala-ala putri jawa yang ayu lengkap dengan kebaya dan polesan make up-nya jadi dia berangkat satu mobil dengan orang tuanya, gue cuma dampingi dia pakek motor dibelakangnya wkwk, tapi berhubung sekarang acara wisuda selesai, jadi gue izin buat culik Salwa selama dua jam ke depan. Eh alhamdullilahnya orang tua Salwa ngebolehin astaga, ya maklum sih gue kan calon imam yang baik untuk Salwa wkwkw, jadi ya pasti Salwa aman sama gue.

******

Mofis stelle
Jl. Arwana no.49

Coba tebak itu tempat apa? Diskotik? Wkwk ya kagak lah, gila gue masuk tempat kek begituan. Itu adalah sebuah kafe baca, lengkap dengan sajian menu makanan yang banyak di gemari anak muda. Ditambah dengan nuansa buku yang berjajar rapi di setiap sudut ruangan. Benar-benar surga bagi kami berdua, perpaduan antara capucino hangat kesukaanku, juga bacaan tentang konspirasi dunia yang Salwa suka. Dunia serasa indah.

Kita mana peduli dengan pakaian ala-ala nikah masal kek gini wkwk, bagaimana tidak, jika aku berpakaian lengkap dari kemeja putih, jas hitam, sepatu, juga dasi kupu-kupu yang indah layaknya mempelai pria. Di depan gue si Salwa dengan kebaya putih yang ia kenakan layaknya mempelai wanita. Pas kan? Kami layaknya dua sejoli yang usai acara nikah masal tengah berbahagia. Tapi bodo amat, kami tidak peduli dengan bisikan orang-orang yang tengah membiarakan kita. Yang jelas kita saat ini ingin menikmati hari ini berdua. Itu saja.

Jam menunjukan pukul 16.00 WIB, gue nganterin dia pulang, gak terasa yang tadinya gue izin pergi bareng dia dua jam teryata udah gak empat jam aja wkwk, emang sih kalo perginya dengan dia yang tersayang. Gak akan pernah ngalamin yang namanya kehabisan topik ngobrol apalagi bosen.

"Per," ucap Salwa, memulai percakapan.

"Iya Sal, kenapa?"

"Kapan lu berangkat ke Malang?"

"Mungkin lusa."

"Naik apa?"

"Dianter mama papa, katanya mereka pengen cek kos-kosan gue di sana nanti. Kalo lu kapan?" tanya gue balik padanya.

"Besok pagi jam 05.15 kereta gue berangkat."

"Secapat itu kah? Kenapa gak lusa aja bareng gue? Atau ya ditunda lah jam 10.00 mungkin."

"Mana bisa monyet. Emang kereta ke Jogya adanya jam segitu, sama jam 14.00."

"Ya udah ikut yang jam 14.00."

"Lu udah gila ya, kan gue udah beli tiketnya."

"Ya dibatalin kek, atau ditunda pemberangkatan kan bisa."

"Kagak bisa Nyet, kan sini Jogya 19 jam perjalanan helooo. Misal gue tukar atau beli tiket dadakan, bisa-bisa gue gak dapat duduk."

"Gak bakalan Lembu, udah deh biar gue yang ngatur."

"Kagak mau."

"Lah kok gitu?"

"Ya bodo. Buat apa coba gue di sini."

"Buat gue lah, hehe," ucap gue seolah menenangkan.

"Halah, percuma gue di sini lu di Malang. Ntar lu dapat cewe yang lebih kece lagi, guenya ditinggal wkwk."

"Ya kagak bakalan lah. Lu kali yang bakalan kepincut cogan-nya UGM."

"Lah kok gue, lu kali. Secara lu kece badai, pinter lagi, cewe Unibraw banyak kali, lu tinggal milih."

"Iya tinggal milih, tapi sayangnya piluhan gue adalah lu Sal."

"Halah modus wkwkk."

Gelak tawa antara kami pun terjadi, sampai akhirnya kami sampai di depan rumah Salwa. "Gue langsung balik Sal," ucap gue.
"Oke," jawab Salwa kemudian masuk ke dalam rumah.

Gue gak langsung pulang saat itu, tapi ke toko boneka, guu tau Salwa kurang suka boneka. Tapi gue bakalan belikan boneka monyet buat dia, ya setidaknya untuk pengingat dia, bahwa di kota rantau yang beda, sedang ada hati yang menunggunya kembali.

Sebatas Sekat Tak TerbatasWhere stories live. Discover now