🌈Miss You (21)🌈

59 38 7
                                    

Jogyakarta, 21 Januari 2018.

Libur semester telah tiba, semua perbekalan buat gue pulang kampung udah siap, lengkap dengan oleh-oleh bakpia pathok yang sudah gue tata rapi di dalam tas ransel yang esok bakalan gue bawa.

Pagi itu pukul 09.00 WIB. Sebuah mobil Avanza parkir pas di depan rumah kos-an gue. Turun seorang pria berawakan tinggi, putih, dengan rambut klimis tersisir rapi, lengkap dengan kemeja dan celana hitam, juga sepatu sport yang ia kenakan. Gue yang kala itu sedang membaca buku seketika tercengang melihat sosok yang kini berjalan kearah gerbang kos gue itu. Dia melemparkan senyum manis kepada gue, sementara gue masih diam terpaku di tempat gue berada kini.

"Salwa, aku rindu koe!" ucap lelaki itu.

"Pe. .Per.  .Permana?" jawab gue terbata-bata.

"Iya iki aku," jawabnya.

Seketika gue reflek dan memeluknya dengan erat seolah tak ingin melepaskannya lagi. "Aku kangen sliramu," ucap gue diiringi dengan air mata yang mulai merambat di pipi.

"Loh Salwa yang gue kenal kok jadi cengeng?" ledek Permana."

"Ih enggak kok, gue kaget doang jadi kebawa seuasana," dalih gue sembari melepas pelukan gue dari Permana.

"Udah cewe cantik gak boleh nangis, ntar cantiknya hilang," ucap Permana dengan nada meledek dan menghapus sisa air mata gue.

"Gue pikir lu bakalan datang esok."

"Yeh lu pikir gue abang Grab yang cuma jemput lu di kos, terus anterin lu ke tempat tujuan lu," jawab Permana.

"Hahaha. . ya siapa tau kan lu punya mobil buat nge-Grab."

"Pengennya sih gitu tapi bentar, first time cewe pertama yang boleh masuk ke mobil gue harus pacar gue tercinta."

"Stop! berarti setelah itu lu dengan bebas dong jalan sama siapa aja."

"Hadeh, . bukan begitu Lembuku sayang. Jujur aja nih ya, nih mobil kagak boleh ada yang minjem, kagak boleh ada yang numpang. Cuma gue doang yang boleh pegang ini mobil, kedua sama lu. Kita puas-puas keliling Jogyakarta, Malang, kalo perlu kita keliling Indonesia berdua. Baru setelahnya gue bakalan jadikan mobil ini sebagai modal gue untuk jadi Abang Grab. Gimana romantis kan gue?"

"Astaga, lu ngomong sampe gak napas ya, nerocos aja udah kek kenalpot bajaj."

"Lu gak berubah ya Sal, sejak gue kenal lu sampe sekarang."

"Hah? Lu pikir gue power rangers yang bisa berubah."

"Tuh kan lagi, lu tuh apa adanya banget, ceplas ceplos, dan selalu bisa buat gue tertawa."

"Cieee yang muji gue wkwk, udah jangan dipuji, ntar gue kepd-an lagi."

"Yeh. . siapa juga yang muji. Eh bentar, lu hari ini gak ada acara kan?"

"Free dong, kan gue udah ambil cuti seminggu dari kerja."

"Ya udah lu siap-siap, gue tunggu kita keliling Jogyakarta."

"Wih serius?"

"Iya lah, mumpung gue di Jogyakarta kapan lagi coba."

"Oke, wait ya gue siap-siap."

Beberapa menit kemudian gue keluar dengan baju gamis berwarna merah maroun dan kerudung creme, lengkap dengan flat shoese berwarna hitam yang selalu gue kenakan kemanapun gue pergi sama temen-temen.

Saat gue dan Permana hampir masuk mobil, tiba-tiba Kak Dimas dari kejauhan memanggil nama gue, yang memutuskan untuk kami berdua menoleh ke arah sumber suara itu.

Sebatas Sekat Tak TerbatasWhere stories live. Discover now