🌈Miss You (22)🌈

62 41 5
                                    

Pukul 21.02 WIB kita sampai di kosku kembali. Gue tau Kak Dimas sedang mengintip dibalik gorden kamarnya dilantai dua, tapi gue gak mau bilang Permana karena takut dia berprasangka aneh-aneh lagi.

Puas hari ini kita jalan-jalan menikmati kota Jogyakarta, pulang pun gue membawa banyak banget buku bacaan yang gue mau. Sebenarnya gue gak mau belanja banyak, tapi karena Permata yang maksa gue buat ini semua takut gue pinjem buku sama Kak Dimas lagi, jadi ya udah gue iyain aja.

"Sal, gue jemput lu jam 07.00 WIB ya."

"Oke. Lu sekarang nginep dimana?"

"Nih depan lu."

"Hah? Serius?"

"Iya lah, gue sengaja nge-kos semalam di rumah depan, supaya esok gue gak lambat jemput lu."

"Tapi kan itu bukan kos-kosan."

"Buktinya sama orangnya boleh."

"Astaga, iya deh iya. Padahal penginapan yang bagus di sini banyak."

"Tapi kan gak deket sama lu."

"Modus wkwk, coba lu jadi cewe kita bisa sekamar."

"Ogah lah, gue jadi cowo juga kalo ntar kita nikah bakalan sekamar."

"Wkwkw. . mesum pikirannya."

"Kok mesum?"

"Udah ah gue ngantuk."

"Ya udah, lu buruan masuk terus tidur."

"Ya udah gue masuk dulu ya."

"Oke, mimpi indah sayang."

Aku pun hanya tersenyum dan melangkahkan kaki menuju kamarku. Sayang? Itu kata pertama yang pernah Permana ucapkan pada gue, kata "sayang" karena biasanya Permana tak pernah mengungkapkan kata sayang dengan perbuatan, bukan perkataan. Tapi ya sudahlah, kata dia barusan berhasil membuatku tersipu malu dab mungkin akan membuat moodku baik dan mimpi indah malam ini.

*******

Keesokan harinya, gue pamit sama Ibu kos karena seminggu kedepan gue bakalan balik kampung ke Jawa Timur. Kak Dimas hanya diam menikmati sarapan roti isi di mejanya.

"Nduk, Ibu arepe takon," ucap Ibu kos itu padaku.

"Injeh bu, enten menopo?"

"Kui, cah lanang sopo?"

"Niku calon kula bu. Permana asmanipun."

"Weh lah dalah wes nduwe calon rupane," jawab Bu Rita kaget kepadaku.

"Injeh Bu."

"Ya wes kono, ati-ati sluman slumun slamet ya, titip salam kanggo Bapak Ibu," ucap Bu Rita.

"Injeh bu, InshaAllah kula sampeaken. Assalamualaikum Bu, kula izin pamit."

"Iya Waalaikumsalam."

*********

Sehari lebih kita menghabiskan waktu perjalanan hingga sampai ke kampung halaman. Permana langsung pamit pulang setelah menurunkan barang bawaan gue dari Jogyakarta. Gue tau dia pengen memberikan gue waktu buat gue melepas kangen dengan keluarga gue.

Hari itu sebenarnya gue lelah, tapi semua itu tidak lagi setelah gue bertemu keluarga kecil gue. Tangis gue pecah disaat itu juga, setelah sekian lama gue gak bertemu orang tua gue, gue gak tidur di kamar gue, gue lama gak ketemu temen-temen gue, semuanya jadi satu saat itu.

Di hari ketiga kepulangan gue, gue sempatkan diri buat kumpul bersama Koplak Squad yang terdiri dari gue, Permana, Yuni, Milla, Roland, Wafqi, Laila, dan Devian. Kan kebetulan mereka juga pada libur. Sebenarnya sih mereka semua juga pasti kumpul pas liburan kecuali gue, karena cuma gue yang dari awal kuliah belum pernah pulang ke kampung halaman wkwk.

Pokoknya kali ini first time gue pulang kampung akan gue habiskan waktu untuk keluarga. Dan rasanya gue di rumah udah jadi anak kecil lagi tau gak sih. Jadi apa-apa Salwa, makan gue disuapin, tidur bareng-bareng di ruang tengah, udah kek anak kecil lagi hehe, apa sebegitu rindunya orang tua gue ya selama ini?

Hari terakhir gue di rumah, gue mampir ke rumah calon mertua yang tak lain adalah Ibunda dari Permana. Lagi-lagi gue dijadikan ratu di sana. Kita bakar sate terus kita makan sekeluarga, rasanya nyaman banget. Padahal gue baru pacaran sama anaknya. Malahan Tante Mama bilang kalo kita mending tunangan aja, ya gue malu dong, malah si Permana antusias banget. Alhasil gue bilang terserah permana aja. Booooommm. . .  Permana auto loncat kegirangan kala itu juga, dan dia bilang esok dia mau datang ke rumah bawa hantaran sekalian, biar resmi. Tante Mama sama Papa juga gak keberatan kok. Jadi kita lamaran, habis itu langsung balik ke Jogyakarta buat nganterin gue. Sesingkat itu? Gue juga gak nyangka bakalan secepat ini jadinya.

*********

Keesokan harinya, hari peresmian kami bertunangan dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak, yaitu keluarga gue dan juga Permana.

Seperti halnya sebuah hajatan lainnya, semua berjalan dengan lancar, terlihat Ayah, Bunda, Nenek sepertinya juga senang jika nantinya Permana yang akan jadi suami gue. Begitu pula dengan Tante Mama, Papa dan Alletta adek Permana juga terlihat senang dan menerima gue apa adanya jika harus menjadi pelengkap hidup Permana nantinya.

Acara selesai begitu cepat pukul 21.00 WIB. Sesaat setelahnya gue pun pamit dengan keluarga, begitu juga Permana. Karena kami berdua harus kembali ke tanah rantau nan jauh di sana untuk kembali menuntut ilmu.

Berat rasa hati meninggalkan kampung halaman gue lagi, tapi bagaimana lagi jika ini adalah jalan supaya kelak gue dapat merubah nasib keluargaku menjadi yang lebih baik lagi. Ini semua gue lakukan demi masa depanku juga nantinya.

Gue dan Permana, hari ini kami resmi bertunangan. Entah kapan ketetapan semesta untuk menyatukan cinta kita di pelaminan nantinya. Kali ini, sebuah cincin mungil nan ayu sedang melingkar di jari manis gue. Pemberian dari Permana yang tak lain adalah calon suami gue nantinya.

Sebatas Sekat Tak TerbatasWhere stories live. Discover now