Foot?

253 27 1
                                    

Yuna lari terburu-buru melintasi koridor sekolahnya. Gara-gara Techi telat bangun, jadi si bungsu juga ikutan terlambat di antar ke sekolah.

Derap langkah kakinya terhenti begitu ia sampai di depan pintu kelasnya yang masih terbuka. Terdengar alunan suara dan beberapa kali tepuk tangan mengiring 'theme song'  tempat Yuna menimba ilmu saat ini.

"Um um.. cumimacennn.. ekscyus mi.." suara Yuna membuat semua penghuni kelasnya melihat ke arah pintu.

"Ara~ Yuna-chan. Ayo masuk" perintah guru.

"Hai'. Ung.." Yuna lantas duduk di lantai. Berusaha melepas sepatunya sendiri.

Selesai. Yuna berjalan cepat lalu memeluk guru yang kini duduk bersimpuh di depan murid lainnya.

"Cencei.. gomennyacai. Ung.. ung.. unna teyambat, gala gala papa"

"Iiyo' daijoubu. Ayo duduk sayang"

"Unh!" Yuna mengangguk dan mengikuti perintah gurunya.

Ini memang bukan hari pertama Yuna di sekolah. Tapi percayalah.. sampai saat ini, Yuna belum menemukan teman baru yang 'klop' dengannya. Mengingat peristiwa yang pernah terjadi dan hampir bikin geger keluarganya karena Yuna pakai acara 'mogok' ngapa-ngapain.

Jadi, si bungsu ini setelah menaruh tasnya, langsung duduk gitu aja. Memerhatikan sensei atau mengerjakan tugas yang diberikan. Kalau udah saatnya pulang, ya udah pulang. Yuna bukannya anti sosial, tapi.. masih takut aja.

"Oke. Hari ini, kita mewarnai~" seru sensei dan disambut riuh suara murid lainnya.

"Keluarkan krayon-nya!"

Ketika murid lain sibuk mengeluarkan kotak krayon dari dalam tasnya, meanwhile.. Yuna panik karena di dalam tasnya cuma berisi handuk kecil, kotak bekal, dan popok cadangan.

"Ale?? Kok indak adaaaaa"

Berkali-kali Yuna menggeser isi dalam tasnya. Membuka lagi kantong tas ranselnya, tapi hasilnya tetap aja nihil.

"Doushita??" Tanya murid di sebelah Yuna.

"Klayon unna inggal. Ini pasti papa yang celoboh! Huu-uh! Nanti, unna au biyang cama mama. Bial papa dimalain!"

"Unng. Unna bica pinjam unya aku. Nih, ada anyak" si murid memamerkan kotak krayon yang isinya ada 24 warna berbeda.

"Woaaaaaaaaaah" Yuna takjub ketika melihat kotak krayon milik teman satu kelasnya itu, terlihat dari binar kedua bola mata Yuna.

"Kok kotaknya becal? Unya unna kicik"

"Iyaaaa. Dibeyiin okaa-chan. Coalnya. Aku cuka menggambal. Ehehe"

"Cuuughoooooi" diiringi tepuk tangan Yuna.

"Ayo. Kita mewalnai cama cama"

"UNH!!"

Yuna dan temannya itu duduk sebelahan setelah masing-masing mendapat kertas bergambar. Keduanya dapat gambar yang berbeda. Punya Yuna gambar tuan putri dengan gaun sederhana. Sedangkan temannya gambar bunga matahari.

Yuna langsung ngambil batang krayon warna pink. Matanya tertuju pada bagian gaun. Semangat ia menggerakkan tangannya, membentuk goresan agar warnanya merata.

Berbeda dengan Yuna, temannya Yuna lebih lembut membuat goresan hingga warnanya tidak terlalu menumpuk dan terkesan rapi.

Tau cara Yuna 'salah', temannya Yuna menepuk bahu Yuna yang udah hampir selesai mewarnai gaun.

"Unna. Kayau mewalanai pakai klayon. Indak oyeh ditekan uat uat. Anti dia umpuk. Jeyek"

"Eeee? Tapi.. kakak ajayin nya bigini"

Caplang's Diary (III)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora