"Bye bye.. mama pergi dulu"
"Ittelachaaaai~" seru Yuna melepas Memi pergi ke acara seminar parenting yang udah satu bulan ini rutin dihadiri Memi.
"Nah. Sekarang.. enaknya main apa?" Tanya Manaka, selaku pemilik tempat 'penitipan anak'.
"Unh.. unh.. indak tauu. Unh. Unna gambal aja- eh.. amma ikin kukis ndak ippi?"
"Yeee, enggak sayang"
"Hummmm. Ya udah. Unna gambal aja"
"Oke. Ippi ambil kertasnya dulu ya"
"Cama klayon uga!"
"Iya iyaaa"
Selagi Manaka jalan menuju lantai dua, Yuna seliweran nyari nyari penghuni rumah lainnya. Sekedar mau kasih tau kalau ada dia juga di rumah ini. Tapi nihil karena kalau jam siang begini, biasanya pada di kamar masing-masing. Apalagi teruntuk Miku dan Nao yang jam tidurnya jadi enggak teratur sejak adanya kehadiran Ten di antara mereka.
Yuna juga sampai berjinjit buat lihat meja makan. Siapa tau, ada cemilan. Tapi ya... emang beneran enggak ada. Enggak tau, pokoknya hari ini tuh, emang paling cocok buat mager mageran. Itu Manaka, kalau bukan Memi yang datang, dia pasti bakalan ngunci pagar dan pintu rumah. Biar seolah kalau kediaman Shida lagi enggak ada orang.
"Yuuuna~" panggil Manaka.
"Iiyaaaa~" dijawab Yuna sambil lari balik lagi ke ruang keluarga.
"Nih, adanya spidol warna. Tamami enggak punya krayon"
"Ooouw. Um.. kata mama. Unna elum boyeh pakai cipidol. Nanti be.... bel... beleeeepotan"
Bukan Manaka namanya kalau enggak punya se-triliun ide. Dia jalan ke dapur. Obrak-abrik laci buat nyari sarung tangan plastik yang biasa dipakai Rika kalau mau bikin cookies.
Manaka pun balik sambil bawa sarung tangan plastik. "Pakai ini aja. Enggak bakal belepotan"
Yuna sih ngangguk aja. Dia juga enggak paham sama maksudnya Manaka. Kenapa coba harus pakai sarung tangan plastik.
..
..
Sret sret sret bunyi spidol warna yang digesekkan Yuna di atas kertas.
"U.. umh! Fuh! Fuh! Iiih! FUH!"
Manaka yang lagi asik nonton tv dan hampir ketiduran, nyadar sama cucunya yang mendadak sebel.
"Kenapa?"
"Nniiiii. Poni unna! Indak au ke belakang! Unna jadi indak bica liat!"
"Hoooo"
Manaka turun dari 'singgasana' nya. Mengambil karet ke dapur, lalu mengikatkannya pada rambut Yuna.
"Nah, udah kan?"
"Aacih ippi~"
Penglihatan Yuna jadi luas banget karena poninya diarahin ke atas semua sama Manaka. Poni Yuna yang seiprit itu terlihat seperti tunas tumbuhan yang baru aja tumbuh.
"Hm hm hm hmmm.." si kecil pun lanjut mewarnai, meski tangannya udah gerah banget karena dipakaikan sarung tangan plastik.
..
..
..
"Suuumimasen~"
Yuna mendongak karena saking konsentrasi-nya menggambar, dia baru sadar ada orang berdiri di depannya. Mana tinggi banget lagi!
"Imo~"
"Eeeh, manusia ternyata. Kirain boneka" canda Kumi sambil langsung menggendong Yuna.
"Ihihi. Imo apain di cini?"

ESTÁS LEYENDO
Caplang's Diary (III)
FanficHanya corat coret ga jelas keluarga caplang dan pasukan pasukannya. Random dan enggak saling berkaitan satu sama lain karena udah punya keluarga, rumah, dan masalah masing-masing. Pokoknya baca aja deh ya 😹😹