Sejak Seira 'turun' ke bumi, Yuri enggak pernah berhenti memikirkan adik kecilnya yang sekarang udah bisa telungkup dan mulai sedikit paham sama apa yang ia katakan. Walau Seira cuma bisa kasih respon senyum dan bergerak secara abstrak yang bisa mengundang senyum simpulnya Yuri.
Berhubung harus stay di rumah. Yuri ditugaskan untuk menjaga Seira sementara Neru mengurusi dapur dan Ayano lanjut work from home.
Biar enggak bosan jagain adiknya. Yuri diberi 'penyemangat' sekotak takoyaki instan fresh from the oven. Lumayan lah, jadi Yuri enggak terlalu terpaku sama buku yang lagi dia baca.
Seira ditaruh di satu kasur yang sama dengan Yuri. Dikasih empeng yang enggak ada botolannya biar Seira bisa nyot nyot sampai ketiduran.
Kalau empengnya lepas, Seira bakal berisik. Teriak teriak enggak jelas tapi sambil tersenyum bahagia. Nah kalau situasinya udah begitu, Yuri pasti balikin empengnya ke mulut Seira. Terus Seira dipuk-puk. Lalu Yuri kembali lanjut membaca buku.
Tinggal dua takoyaki terakhir, Yuri kehausan. Mau tinggalin Seira, takut nanti adiknya guling-guling terus jatuh ke lantai.
Kan bahaya!!
Mana waktu Yuri gerak dikit, Seira ikut ancang-ancang balik badan. Mau telungkup.
Akhirnya Yuri deketin. "Seiraaaa. Kakak mau ke dapur dulu yaaaa. Jangan bandeeeel" perintahnya.
Tapi Seira justru menatap kotak karton takoyaki yang ada di genggaman tangan Yuri. Bentuk dan warnanya yang menarik. Serta bau saus dari takoyaki mungkin membuat Seira kecil penasaran.
"Hum? You want it?" Tanya Yuri. "Ya udah. Satu aja ya..." Ucap Yuri lalu mengambil satu bola takoyaki miliknya.
..
..
..
"Bundaaaa~" seru Yuri.
Neru noleh, "Iya. Loh? Seira siapa yang jaga?"
"Enggak ada. Yuri mau minum sebentar. Kayaknya Seira lapar deh bun"
"Iya ya? Oke-"
"Tapi Seira udah makan kok bun" potong Yuri.
"Makan? Makan apa?"
"Ini..." Ucap Yuri lalu mengangkat kotak karton takoyaki-nya.
Lama Neru menangkap arti dari perkataan Yuri. Hingga..
Seakan dihembus angin. Neru sadar kalau Yuri sudah memberikan takoyaki ke Seira.
"Kamu kasih dia takoyaki?!" Tanya Neru panik dan dijawab anggukan mantap dari Yuri.
"Astaga! Seiraaaa.."
Buru-buru Neru berlari menuju kamar anaknya. Dilihatnya Seira terlelap dengan mulut tertutup dan kadang bergerak seolah lagi menyusu.
Iseng Neru memegang area dada Seira. Memastikan kalau anaknya masih hidup dan bernafas normal.
"Haaaaah. Syukurlaaaaah"
"Ada apa? Ada apa?" Ayano baru nyusul. Kaget denger langkah kaki Neru.
"Tau tuh bunda" jawab Yuri santai.
"Yuri, kamu beneran ngasih takoyaki ke Seira?" Tanya Neru lagi.
Yuri ngangguk. "Iya bun. Dikit kok! Secubit aja. Itu juga bagian kulitnya. Dikasih saus dikit biar ada rasanya. Kasihan Seira buuun. She might be so hungry" jelas Yuri dengan tatapan sendu.
"Aduh kakak Yuriiii. Kenapa adiknya dikasih takoyaki? Kan bisa panggil mami di sebelah. Biar Seira digendong, dibawa ke bunda" ucap Ayano.
"Tapi mam. Tiap Yuri gerak, Seira ikutan geraaak. Jadi biar Seira diem, Yuri kasih takoyaki. Kenapa? Emangnya enggak boleh ya?"
"Bukan enggak boleh sayang. Takutnya Seira kesedak" jelas Neru sambil puk puk Seira di dekapannya.
"Ooooh. Jadi Seira belum bisa ya bun? Kan Seira udah ada giginya"
"Walaupun sayang. Tapi Seira belum belajar cara mengunyah"
"Ooooooh. Ehehe.. sorry. Yuri enggak tau"
"Lain kali jangan diulangi ya" ucap Ayano lalu mengelus kepala Yuri.
Neru memaklumi anak sulungnya yang satu ini. Memang dia cerdas, tapi.. sedikit ponkotsu. Seira semakin lelap tertidur. Sepertinya bagian kulit takoyaki yang diberikan kakaknya membuatnya merasa kenyang walau hanya sejumput. Bahkan sisa saus takoyaki yang menempel di sudut bibir Seira menjadi bukti 'sayang' Yuri pada adiknya.

YOU ARE READING
Caplang's Diary (III)
FanfictionHanya corat coret ga jelas keluarga caplang dan pasukan pasukannya. Random dan enggak saling berkaitan satu sama lain karena udah punya keluarga, rumah, dan masalah masing-masing. Pokoknya baca aja deh ya 😹😹