Hanya corat coret ga jelas keluarga caplang dan pasukan pasukannya. Random dan enggak saling berkaitan satu sama lain karena udah punya keluarga, rumah, dan masalah masing-masing.
Pokoknya baca aja deh ya 😹😹
Dengan khidmat, Manaka memperhatikan video seorang bocah laki-laki memainkan papan luncur beroda 4 atau lebih dikenal dengan skateboard.
Yang membuat 'bapak tua' ini gemas adalah, kepiawaian bocah laki-laki di dalam video memainkan papan skateboard yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Bahkan bocah itu bisa melakukan trik sederhana meski sebelumnya ia jatuh berkali-kali.
Tubuh Manaka bergetar seakan ikut merasakan sakit yang dirasakan bocah itu.
Tiba-tiba keinginannya muncul. Sejak diizinkan kembali memegang kartu kredit, Manaka jadi leluasa membeli barang apa saja yang ia mau. Salah satunya papan skateboard yang dia sendiri tidak tau cara memainkannya.
Tidak hanya papan skateboard, Manaka juga membeli helm, pelindung siku, lutut, tulang kering dan sarung tangan. Masalah mainnya dimana, itu urusan nanti. Yang penting, barangnya sampai dulu.
2 jam setelah pemesanan. Paket lengkap papan skateboard dan segala keperluan safety-nya tiba.
Dengan penuh antusias, Manaka membuka bungkus demi bungkus yang 'melindungi' papan skateboard dan perlengkapannya.
Ia pasang terlebih dahulu alat alat safety ke tubuhnya.
"Wuuuuuwwwuuuuuuuuwaaaaaaaaaaaaaa~ " teriak sambil membungkam mulutnya sendiri menggunakan tangan.
"Oh! Aku harus kirim ini ke Habu! Mueeehehehehe"
Manaka mengambil ponselnya lalu memfoto dirinya sambil membanggakan papan skateboard yang belum ia gunakan sama sekali.
"Hehe. Haaaabuuu... Liiihaaat. Iiini. Keeeeren.. buuukaaaannn?" Ucap Manaka sembari menekan keyboard pada layar ponselnya. Foto terkirim, bersama pesan singkatnya juga.
"Yosh! Saatnya mencoba"
Setelah menaruh ponselnya. Manaka menaruh papan skateboard di lantai. Untung saja di dalam rumahnya ini ada lorong panjang dari ruang tengah, melewati dapur, hingga ke pintu belakang.
Pelan Manaka menaiki papan beroda tersebut. Bukannya berhasil, yang ada tiap kali Manaka mencoba untuk naik. Papan itu terus meluncur dengan sendirinya.
Karena tidak kunjung berhasil. Manaka akhirnya merapatkan skateboard ke dinding. Sambil bertumpu pada dinding, Manaka kembali mencoba untuk menaiki papan skateboard-nya. Paling tidak, untuk saat ini.. kedua kakinya harus berada di atas papan dulu.
Berhasil~
Meski dengan keseimbangan yang gampang goyah.
"Tenaaaang.. tenaaaang..... semuaaa.. akan baik baik saja.. kalau kamu... tidak membuat ulaaah.."
Sambil terus berusaha menjaga keseimbangannya. Manaka berangsur mendorong tubuhnya yang bertumpu ke dinding.
Sedikit demi sedikit.. Manaka berhasil 'berpindah' dari posisi awal ke beberapa meter di depan.
"Ehehehee.. akhirnya ada kemajuan. Sekarang.. aku coba dorong sendiri"
Satu kakinya ia turunkan dari papan. Mencoba untuk mendorong pelan dan itu berhasil. Ada sedikit pergerakan lagi.
Manaka senang bukan kepalang.
Berulang kali ia ulangi cara sebelumnya, sampai Manaka mentok ke pintu belakang rumah. Lalu ia memutuskan untuk putar balik.
Namun sayang. Karena terlampau percaya diri. Manaka kelewat yakin kalau kali ini, ia sudah bisa mendorong papan skateboard dengan satu kakinya. Seperti pemain skateboard pro pada umumnya.
Ia coba. Satu kali dorongan.
"Manaka~"
SYUuuuuNG~ dorongan yang terlalu kuat dibarengi dengan tubuh yang goyah karena dimakan usia. Tubuh Manaka jatuh terjerembab ke lantai. Sedangkan papan skateboard-nya meluncur dari lantai ke udara dan mendarat tepat di......
Manaka tiada hentinya menangis. Meratapi kejadian yang menimpa pasangan hidupnya.
Sedari tadi, sejak Rika pingsan setelah dahinya mendapat 'kecupan' mesra dari ujung papan skateboard-nya Manaka. Air mata Manaka tidak berhenti mengalir dari kedua matanya.
Padahal Rika udah sadar setelah dahinya selesai dijahit.
"Iya sayang. Enggak apa-apa. Aku kaget aja tadi tiba-tiba ada benda keras nyium dahi aku. Aku pikir bibir kamu, taunya papan keyboard"
"Hiks.. hiks.. s-skateboard sayaaang.. hiks. Huuuu.. pokoknya aku minta maaaaa-aaaafff.. a-aku enggak bakal ulangi lagiii. Hiks..."
Pelan Rika duduk, "Ya emang bagusnya enggak usah diulangi. Udah tau rumah kita kecil. Kamu mainan skateboard di dalam rumah. Kan lantai kita licin. Untung aja kamu enggak kenapa kenapa kan?"
"Ungh.. i-iyaa.. hiks.. eheeeee.. Rikaaaaa.. aku minta maaaa-aaaaaaff" peluk erat Manaka ke Rika.
"Iih iya iyaaa. Malu sama umur heh. Nanti kalau cucu ngeliat gimana? Mau barteran dot susu sama Ten?"
"Umh.. enggak! Punya kamu ya punya aku seorang! Ngapain dikasih ke orang lain"
Entah karena dahinya habis kebentur atau masih dalam pengaruh obat bius, Rika lama menangkap maksud Manaka yang sebenarnya mengarah ke hal anu..
"Kalau gitu. Ini papannya aku jual aja ya? Sama alat alat safety-nya juga. Lumayan harganya" saran Manaka.
"Eeeh, kenapa dijual? Padahal belum belajar satu trik pun kan?" Protes Rika.
"Iya sih. Umh.. ya udah. Aku simpan di gudang aja"
..
..
..
Setelah diizinkan pulang ke rumah. Manaka mendapat balasan pesan dari Habu.
"To late my friend. Aku udah punya. Hahahaha. Tapi sama sekali enggak pernah aku mainin. Miichan enggak suka"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
*Kenapa deh ini bapak berdua tiba-tiba pengen punya dan belajar skateboard. Dikata gampang apa. Belum aja mereka ngerasain tulang bahu bergeser ye.#pengalaman