[03] :: Namanya Mahardhika

1.7K 282 5
                                    

SEPANJANG waktu jam kosong, Irvi berdiam diri di perpustakaan, membaca kembali isi surat yang kemarin lusa didapatnya alih-alih meminjam atau membaca buku yang ada di sana. Ia memikirkan beberapa kemungkinan tentang siapa orang iseng yang diam-diam memperhatikannya hingga menuliskan surat tersebut.

Saat ini Irvia hanya curiga pada satu nama.

Reyki, si pelayan kafe ganteng itu.

Namun, asumsinya segera terpatahkan ketika Irvi mengingat bahwa kemarin adalah pertama kalinya Irvi datang ke Kafe Alaska dan bertemu Reyki. Reyki bahkan tidak mengetahui namanya, karena nama Disa yang dipakai saat memesan. Tapi, kenapa Reyki sempat menatapnya cukup lama, ya? Irvi benar-benar jadi pusing memikirkannya.

Hanya ada satu cara jika Irvi ingin mencari tahu lebih lanjut.

Ia harus datang ke Kafe Alaska lagi.

Irvi baru saja akan beranjak untuk kembali ke kelas karena mata kuliah selanjutnya akan dimulai sekitar lima belas menit lagi. Namun, pergerakannya kontan terhenti ketika seseorang menarik kursi di hadapannya dan duduk di sana. Irvi sontak membelalak. Kating yang waktu itu!

"Eh, cewek danus?" kata si kating yang tampak biasa saja melihat keberadaan Irvi di sana.

Kenapa juga cowok itu harus menempati meja yang Irvi tempati? Irvi pun segera memeriksa ke sekeliling dan langsung mendapati bahwa beberapa meja masih kosong. Bingung harus merespons bagaimana, akhirnya Irvi hanya berkata, "Gue punya nama kali, Bang."

"Tapi gue nggak tahu nama lo," balas cowok itu sambil mulai membuka buku yang ia bawa.

"Oh, kode biar bisa kenalan sama gue, nih?" Irvi menyahut lagi dengan nada jenaka, membuat si kating kontan menatapnya datar. Senyuman di wajah Irvi luntur seketika. "Bercanda doang, Bang."

Ekspresi yang tidak kunjung berubah membuat Irvi tidak nyaman. Maka ia pun memutuskan untuk segera beranjak dari sana. "Du-duluan, Bang, gue masih ada kelas lagi." Tanpa menunggu respons, Irvi langsung pergi dari hadapannya.

"Mahardhika."

Kepergian Irvi yang baru tiga langkah sontak terhenti. Ia kembali menengok ke belakang, agak terkejut mendapati si kating tersenyum hangat padanya. Padahal tadi rautnya datar sekali sampai membuat Irvi takut karena mungkin sudah salah bicara.

"Nama gue," tambah Dhika lagi, masih dengan senyuman yang sama.

Irvi mendadak jadi kikuk. Ia pun tersenyum canggung. "Gue Irvia. Duluan, Bang Dhika," pamitnya, dan setelah itu ia benar-benar pergi meninggalkan perpustakaan untuk menuju kelas yang berada di lantai empat gedung fakultasnya.

Selama berada di lift, Irvi kembali terbayang wajah Dhika. Terbayang senyumnya yang tidak Irvi sangka bisa semenawan itu. Bagaimana bisa ia langsung terpesona pada cowok yang baru ditemuinya dua kali? Irvi rasa ia sudah gila sekarang.

Setelah sampai, Irvi langsung menuju kelasnya, berharap waktu akan berjalan cepat supaya ia bisa langsung pergi ke Kafe Alaska.

Jika Irvi kembali mendapatkan surat misterius itu, sudah dipastikan bahwa ia memang memiliki seorang secret admirer. Entah itu Reyki, entah pegawai kafe yang lain, atau mungkin saja seseorang yang mengikutinya sampai ke kafe tersebut tanpa Irvi ketahui.

---

(3 Februari 2020)

Special Customer [END]Where stories live. Discover now