[14] :: Memerhatikan Dalam Diam

1.1K 220 21
                                    

Hai, E.

Gue bener-bener speechless waktu pertama kali baca balasan surat dari lo. Dan jujur, gue memang lupa sama apa yang terjadi dua tahun lalu. Tapi berkat lo, sekarang gue mulai ingat. Sayangnya, ingatan tentang lo masih samar.

Yang gue ingat, waktu itu gue emang tanpa sadar cerita tentang masalah gue ke barista yang kerja di sana--yang ternyata adalah lo. Karena gue ngungkit itu dan bikin keingetan lagi, akhirnya gue nangis (sori, jaman SMA gue memang semenye itu). Anehnya, gue sama sekali nggak ingat wajah lo. Entah gue yang nggak perhatiin, atau emang gue yang nggak fokus. Gue bener-bener lagi kacau waktu itu.

Oh ya, salah satu hal yang buat gue inget itu semua karena kemaren gue datang ke kafe itu lagi. Kebetulan yang pas banget, temen gue ngajak ngopi di kafe selain Kafe Alaska. Arizona nama kafe yang lo maksud, bukan?

Cuma satu barista yang ada di sana. Tapi gue keinget, lo pernah bilang kafe itu adalah kafe tempat kerja lo dulu. Jadi gue berasumsi barista itu udah pasti bukan lo.

Jadi, E, apa gue harus ke sana lagi untuk mencari tau atau lo berniat untuk jujur dan muncul di hadapan gue langsung?

Gue tunggu jawaban lo.

- Irvia -

🔹

IRVI menghela napas berat seusai menuliskan surat tersebut. Ia melipat kertas dan mendorongnya ke depan Reyki yang sejak tadi hanya memperhatikan tiap-tiap gerakan dari cewek di hadapannya. Saat ini mereka tengah berada di perpustakaan kampus, tak sengaja berjumpa kala keduanya mencari referensi untuk tugas kuliah.

"Tolong ya, Ki," pinta Irvi dengan senyum samar. "Sori, jadi ngerepotin terus."

Reyki tersenyum maklum seraya menerima kertas tersebut. "Nggak ngerepotin kok, Vi," katanya, kemudian ia berdeham pelan. "Oh iya, hari ini gue lagi off. Kalau lo nggak sibuk, mau nemenin gue nggak?"

Dahi Irvi kontan berkerut. "Ke mana, Ki?" tanya Irvi.

"Ke TSM," jawab Reyki, menyebut nama salah satu mall yang ada di Bandung. "Gue mau cari hadiah buat adek gue yang cewek. Yah, barangkali lo bisa kasih saran apa yang cocok buat dia."

Irvi manggut-manggut. "Emangnya barang yang adek lo suka apaan?"

"Kurang tau sih, soalnya emang nggak pernah ngoleksi barang tertentu gitu."

"Kalau barang yang kira-kira lagi dibutuhin?"

Reyki geming sejenak untuk berpikir, mengingat-ingat apa yang sedang dibutuhkan oleh adik perempuannya saat ini. Ketika matanya tak sengaja melirik sepatu sport yang Irvi kenakan, wajahnya langsung sumringah. "Ah, gue inget!" serunya. "Adek gue ini sempat bilang kalau sepatunya rusak. Akhir-akhir ini dia selalu pake flatshoes ke kampus, tapi dia ngeluh kurang nyaman. Gue beliin sepatu aja kali, ya?"

Kebahagiaan sederhana dari Reyki dengan cepat menular pada Irvi. Cewek itu pun tak kalah antusias mendengar penuturan Reyki. "Ya udah, lo beliin itu aja. Yuk, langsung caw!"

"Eh, tapi lo beneran lagi kosong, 'kan?" tanya Reyki memastikan.

Irvi mengangguk. "Iya Ki, tenang aja. Yuk, mau sekarang?"

Senyum cerah Reyki pun langsung tersungging di bibirnya, bersamaan dengan munculnya cekungan di kedua pipi yang membuatnya semakin terlihat menarik. "Oke, ayo."

Keduanya bergegas pergi dari area perpustakaan. Namun, baru beberapa langkah meninggalkan tempat itu, ponsel Reyki bergetar pendek, tanda ada chat yang masuk. Melihat nama si pengirim, tubuh Reyki kontan menegang. Ia melirik Irvi yang berjalan di sisinya. Cewek itu tampak tidak peduli pada apa yang dilakukan Reyki. Maka Reyki pun merasa aman untuk membuka chat tersebut.

Ezra
Kalau dari awal gue tau meminta bantuan lo cuma akan membuat lo semakin dekat sama Irvia, gue nggak akan pernah melibatkan lo dalam urusan ini.
Have fun, bro.

---

A/n

Halo!

Nggak kerasa udah 14 bab aja, nih.

Sejauh ini, ada yang udah bisa nebak siapa penulis surat itu? Udah banyak clue yang aku kasih lho, sebenernya. Terutama di part ini, udah ketahuan nama si pengirimnya adalah Ezra, sesuai dengan inisialnya yang ada di tiap surat 😋

Oh iya, perkiraan cerita ini bakal tamat di bab 20, tapi belum tentu sih, siapa tau aku belum ikhlas buat namatinnya haha. Nggak deng.

Oke deh, see you on the next chapt!

With love,

dindaarula.

(14 Februari 2020)

Special Customer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang