[03]

24.3K 2.9K 867
                                    

Akaashi menguap lebar. Pagi ini mendung sekali. Terdengar beberapa gemuruh langit tanda hujan akan segera turun.

"Sudah pagi. Tapi langit seakan berkata ini masih jam 4 dinihari."

Pemuda itu meregangkan ototnya. Bantal tidur disebelahnya sudah kosong. Sang istri sudah bangun duluan.

"[Name] bangun cepat sekali."

Akaashi bangkit dari kasur lalu keluar kamar. Matanya langsung menatap [Name] berdiri memunggungi -lebih tepatnya menghadap bak cuci piring- dengan tangan mengusak-usak sesuatu di dapur.

"Ahh, cuacanya dingin sekali. Aku masak sup dan kari saja deh supaya Keiji-kun hangat." gumamnya sambil beralih talenan.

Akaashi tersenyum tipis, di hampirinya [Name] perlahan lalu dipeluknya pinggang sang istri dari belakang.

"Begini juga sudah hangat kok." bisiknya lembut. [Name] reflek merinding.

"Keiji-kun! Kau mengagetkanku!" [Name] menghela nafas gusar. Digembungkannya pipinya.

"Maaf maaf." Akaashi tersenyum lalu mengecup pipi [Name]. "Selamat pagi , sayang."

"Selamat pagi. Bersihkan wajahmu lalu gosok gigimu. Bau!" ledek [Name].

"Iya iya."

Setelah membersihkan diri , pasangan itu kemudian duduk manis di meja makan. Menikmati sarapan sambil bercengkrama seperti biasa.

"Mhm, sebenarnya hari ini aku ingin mencari buku literatur terbaru. Baru keluar di toko buku. Kita kesana yuk?" pinta [Name].

Akaashi mengangguk dan tersenyum. "Kencan pertama setelah menikah , hm?"

[Name] merona lalu mengalihkan wajahnya. Akaashi terkekeh sambil tetap memakan makanannya.

Setelah menyelesaikan sarapan, keduanya lalu mandi dan langsung bersiap.

Sayangnya tepat setelah [Name] selesai berpakaian, hujan turun begitu deras bersamaan dengan gemuruh kuat.

"Aaah! Hujan!" pekik nya sambil cemberut didepan jendela ruang tengah.

"Deras sekali , pasti jalan licin. Biarpun kita naik mobil itu takkan mungkin bisa diterjang." Akaashi melepas jaketnya.

[Name] menghela nafas. Ia duduk disamping Akaashi. Wajahnya terlihat kesal sekaligus sedih.

Akaashi tersenyum, "Yasudah. Sebagai gantinya hari ini kita kencan dirumah, ya?"

[Name] masih cemberut. Usulan Akaashi memang menarik, sih. Tapi tetap saja..

"Aku kan, ingin beli buku baru.."

Tangan besar itu mengusap surai sang istri.

"Aku janji, kalau besok cuacanya bagus kita akan keluar beli buku. Oke?"

[Name] menghela napas lalu tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah, apa yang akan kita lakukan?"

Sepertinya pasangan ini benar-benar tidak fortune. Tepat saat [Name] ingin membuka mulutnya , listrik mendadak mati dan gemuruh menyambar agak keras.

"Kyaa!" pekik [Name]. Dengan cepat ia bersembunyi dipelukan sang suami dengan agak gemetar.

Akaashi juga kaget, hanya saja langsung tenang setelahnya.

"Ah, listriknya mati." Akaashi sweatdrop. "Ayo ke kamar pelan-pelan. Aku akan nyalakan lilin."

Dan disinilah mereka berakhir. Kamar tidur dengan 3 buah lilin menerangi ruangan.

"Gagal semua.." gumam [Name]. Akaashi tersenyum maklum sambil mengelus pipinya.

"Setidaknya, kita masih berdua kan?"

[Name] merona. Ya, ia mengakui. Tak masalah apapun yang dilakukan, setidaknya Akaashi tetap disampingnya.

"Tentu saja. Memang itu yang aku mau."

===

"Baiklah, aku akan meminta kencan kasur."

"K-Kencan kasur?! Apa-apaa-"

"Shh, istriku jangan tsundere begitu."

"Apanya yang tsundere!?"

wife; akaashi keiji[✓]Where stories live. Discover now