[BonCabe!]

21.1K 2.3K 1.1K
                                    

"Aku pulang.."

"Selamat datang!"

Akaashi menghela nafas panjang. Ia duduk diundakan rumah lalu melepas sepatu kerjanya.

"Sepertinya hari ini lelah sekali. Ada proyek baru, kah?" Tanya [Name] sambil membawakan tas Akaashi.

"Begitulah. Aku harus mencari tema baru untuk seri komik yang baru."

[Name] mengangguk paham sambil tersenyum-senyum. Akaashi mengerjap.

"Ada sesuatu yang membuatmu senang?"

[Name] menggeleng, "Ehe, tidak. Jadi, mau mandi , makan , atau—"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya , Akaashi sudah membopong tubuh kecil itu lalu membawanya ke dalam rumah.

"Aku ingin mandi sambil makan malam, denganmu."

_________________________

Akaashi menghela nafas sebal. Padahal tadi hampir saja bisa menerkam sang istri,

Ia mengumpat pada makan malam yang menjadi alasan [Name] kabur dari makanan sehari-hari Akaashi.

'Harusnya makan malam bisa menyiapkan dirinya sendiri.' Begitulah isi pikiran Akaashi.

Mungkin dia tertular kecerdasan Bokuto sampai mau berpikiran begitu.

"Ini, Keiji-kun."

Sepiring Manju terletak di meja kerja Akaashi.

"Hm , terimakasih." Jawab Akaashi singkat.

[Name] terkekeh. Lalu mendudukkan diri di samping sang suami yang sibuk dengan pensil dan kertas bergambar sketsa.

"Tema nya bagaimana?"

"Entah. Masih belum terpikirkan."

[Name] kembali tertawa. Ternyata suaminya yang ini masih saja ngambek karena kejadian yang sama dengan di sebelah.

Hanya saja alasannya berbeda. Yang ini lebih logis.

"Keiji-kun marah?" Tanya [Name] lembut. Akaashi hanya menggeleng.

"Aku hanya ingin sesuatu yang menyegarkan. Tapi aku sedang sibuk." Akaashi sedikit menyinggung kata menyegarkan membuat [Name] merona.

Pemuda itu menghela nafas. Merasa sang istri tak peka, ia meletakkan pensil lalu bangkit dari duduknya.

'[Name]-nya ngga peka. Capeknya jadi makin terasa.' Akaashi membatin sambil meminum air dingin dari kulkas. 

Barulah selepas itu Akaashi kembali menuju meja kerjanya, duduk di samping sang istri yang kelihatan cuek dan sibuk menggonta-ganti acara TV.

'Benar-benar deh...' Akaashi geleng-geleng melihat tingkah [Name]. 

Pemuda itu memilih pasrah dan fokus pada pekerjaannya. Mengambil pensil lalu kembali mencoret ke kertas....

Yang anehnya tidak menimbulkan garis.

Sampai Akaashi sadar yang ia pegang ternyata bukan pensil, melainkan..

'Testpack?'

Benda kotak kecil panjang dengan layar mini yang menampakkan dua garis berwarna.

'Tunggu, aku hamil- Eh bukan. Apa-apaan aku ini?!'

Seakan ada petir yang menyambar, Akaashi menoleh ke [Name] yang sudah tersenyum malu sambil mengelus perutnya.

"Nakal." Akaashi bergetar dengan air mata yang mulai menumpuk. "Harusnya bilang daritadi.."

"Habisnya, Keiji-kun sudah ngambek duluan.." jawab [Name] sambil merentangkan tangannya.

Akaashi tersenyum lebar. Dengan hangat ia memeluk dan mengecup kening [Name].

"Terima kasih, aku begitu mencintaimu."

Ya biarpun Akaashi menerima berita bagus seperti itu, tetap saja saat kembali ke kantor ia harus kembali memikirkan pekerjaannya.

"Akaashi, bagaimana?" Tanya Udai saat Akaashi kembali dari jam makan siang nya.

"Bagaimana apanya?" Akaashi malah balik bertanya. Sepertinya ia blank karena terlalu kenyang.

Udai menggeleng, "Tema komiknya. Bukannya kau bilang akan memberitahu hasilnya setelah istirahat?"

Diam-diam Akaashi mengutuk dirinya sendiri.

'Harusnya tadi aku tak menelpon [Name], aku jadi blank begini...'


______________________

Akaashi mengacak rambutnya frustasi di kursi kerjanya. Tangannya sibuk mencoret-coret kertas dengan acak, lalu membuangnya sembarangan. 

Mengambil kertas baru dan kembali melakukan hal sama.

"Astaga.." Akaashi mendesah keras. 

"Keiji-kun, tenanglah.." [Name] dari dapur buru-buru menghampiri sang suami di ruang kerjanya sambil mengelusi punggungnya.

Akaashi mendengus. Pertama kalinya ia merasa frustasi dengan alasan yang tidak berkaitan dengan Bokuto. Senang sih, tapi tetap saja ada pahit-pahitnya.

"Hah.. aku benar-benar lelah, aku butuh sesuatu ..." Akaashi melirik dari ekor matanya, menatap [Name] yang berdiri didepannya sambil memiringkan kepalanya.

"Coba lebih dekat.." Akaashi menarik pinggang [Name] lalu merendahkan kepalanya , memeluk pinggang [Name] dan menyandarkan kepalanya di perut yang agak membuncit itu.

"E-eh, Ke-keiji-"

"Siapa tau Akaashi kecil ini bisa memberi ayahnya energi." Akaashi mengecup perut berlapis dress biru itu. 

Ah, pemandangan yang manis sekali.

"Ehe, Akaashi kecil merindukan Ayah." sahut [Name] dengan suara anak kecil. Akaashi tertawa, lalu mendusel di perut [Name].

"Ah, aku ingin seluruh dunia tau aku akan menjadi seorang ayah." gumam Akaashi, [Name] mengangguk. 

"Ehe, lalu onigiri kecil ini akan membawa kebahagiaan semua orang ya."

Akaashi berkedip, lalu melepas pelukannya dan kembali berkutat dengan kertas dan pensilnya.

Dengan imajiner api disekelilingnya.

"K-Keiji-kun-?!"

.

.

.

"Nih."

"C-cuma semalam? Cepat sekali- Dan cukup menarik." Komentar Udai sambil melihat kertas berisi tulisan.

"Tentu saja. Dan Udai-san harus berterima kasih pada anakku saat dia lahir."

Udai berdecak geli sambil tertawa, "Jadi itu alasan kenapa judul temanya 'Onigiri kecil' ya?"

"Ya."

'Onigiri kecil dari Bidadari Cantik', judul yang bagus kan?

Fin.

wife; akaashi keiji[✓]Where stories live. Discover now