(4) Penjelasan

325 162 214
                                    

"Ngapain?" tanya gue sambil mendudukkan diri di sofa yang berhadapan dengan Razil.

"Gue mau ngomong,"

"Kan bisa besok," gue masih egois dan nggak mau ngeliat dia.

"Gue mau jelasin semuanya, biar lo nggak salah paham,"

"Siapa yang salah paham? Nggak ada yang harus dijelasin, apapun yang lo lakuin itu hak lo, gua nggak bisa larang." gue mengucapkan kata-kata itu dengan datar, dan sama sekali nggak ngeliat ke arah dia.

"Keluar yuk," dia tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan, gue yang tadinya memusatkan perhatian ke arah pintu, beralih menjadi menatapnya.

"Males," jawab gue kemudian mengalihkan pandangan kembali.

"Bentar doang, beli bakso yang dekat pengkolan. Lo suka kan?" dia mulai mengandalkan jurusnya untuk melibatkan kelemahan gue. Gue paling lemah sama yang namanya makanan, nggak bisa nolak gue. Sekarang ego dan perut gue lagi debat, nolak atau terima tawaran Razil untuk makan bakso. Kalau diterima, kan gengsi, ceritanya kan gue lagi marahan. Kalau ditolak, kan sayang, perut gue lagi butuh asupan daging bulat-bulat itu.

"Ya udah iya, gue ganti baju bentar," akhirnya gue mementingkan perut.

Gue kemudian melangkah ke lantai atas menuju kamar. Mendekati lemari lalu meraih celana jeans panjang warna putih dan hoodie lengan panjang berwarna hitam. Kemudian beranjak ke meja rias, gue memoles wajah dengan sedikit bedak yang tidak terlalu tebal, nggak lupa dengan liptint supaya bibir gue nggak keliatan pucat. Rambut yang tadi dikucir gue lepas dan biarkan tergerai. Dan satu lagi, gue menyemprotkan parfume dengan aroma fresh ke baju yang gue kenakan.

Setelah gue ngerasa cukup dengan dandanan yang simple ini, gue berjalan ke ruang keluarga buat nemuin mama dan minta izin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah gue ngerasa cukup dengan dandanan yang simple ini, gue berjalan ke ruang keluarga buat nemuin mama dan minta izin. Di sana, mama sedang duduk sendirian sambil menonton sinetron kesukaannya. Gue berjalan mendekati mama sambil sesekali melirik jam tangan, dan syukurlah masih jam 8, karena kalau sudah lewat, gue pastiin mama nggak bakal kasih izin.

"Ma," sapa gue dari jauh, sebelum sampai ke ruang keluarga. Mama tidak menyahut, ia terlalu fokus dengan sinetronnya.

"Mama," ucap gue setelah dekat dengan posisi duduk mama. Gue lalu duduk di sofa tepat di sampingnya

"Eh ada apa Ze?" tanya mama sambil menatap gue sebentar, cuma sebentar, abis itu liat ke layar televisi lagi.

"Ze izin keluar bentar ya Ma, ke pengkolan beli bakso sama Razil,"

"Ya udah, nggak papa, tapi jangan lama-lama ya. Abis makan bakso langsung pulang," mama menjawab pertanyaan gue, tapi pandangannya sama sekali nggak ke gue, mama masih fokus dengan dunianya. Oh astaga, sinetron ternyata lebih menarik dari pada gue.

"Oke Mama." jawab gue sambil mengacungkan dua jari jempol ke hadapan mama. Dan itu membuat mama sedikit kesal karena tangan gue menghalangi pandangannya, mama kemudian menurunkan tangan gue. Setelah itu, gue menyalimi tangan mama dan mencium pipinya.

About ZeyaWhere stories live. Discover now