(12) Stupation

207 44 128
                                    

Setelah kemarin menghabiskan waktu bersama Razil, rasa sedih itu sedikit berkurang. Semalam mama juga sudah mengabari bahwa ia akan mulai bekerja hari ini.

Hari ini adalah hari dimana acara Stupation akan dilaksanakan. Jika kalian lupa, Stupation adalah salah satu acara di sekolah gue yang akan menunjukkan kebolehan setiap ekskul.

Gue beserta anak marching band kini tengah berkumpul di ruang properti alat musik. Kami semua telah lengkap dengan seragam kebanggaan marching band Stupa yang didominasi warna biru putih ini, tak lupa pula dengan sedikit polesan make up supaya nggak terlalu pucat.

Sebelum tampil, gue menyempatkan diri untuk latihan beberapa gerakan menggunakan flag. Gue memutar bendera itu sesuai gerakan yang telah dipelajari.

"Zeya, ada yang nyariin tuh," ujar Alea, salah satu anggota marching band juga.

"Siapa?" tanya gue ketika tak melihat siapapun selain anggota MB di ruangan.

"Razil, dia nunggu di luar," jawabnya yang gue jawab dengan anggukan singkat.

Gue langsung meletakkan flag dengan posisi bersandar pada dinding, lalu berjalan ke luar menemui Razil. Sebelum keluar, gue sempat melirik sekilas ke kaca besar yang ada di ruangan untuk memastikan make up gue udah rapi. Gue juga merapikan tatanan rambut yang agak sedikit berantakan karena telah melakukan beberapa gerakan tadi. Setelah gue rasa cukup, gue lanjut keluar ruangan untuk menghampiri Razil.

"Hai Jil," sapa gue padanya yang lagi berdiri bersandar di dinding ruangan musik.

"Eh hai," ujarnya yang sedikit terkejut dengan kedatangan gue.

"Nih," sambungnya sambil menyodorkan sebuah minuman botol rasa buah-buahan.

Tanpa banyak tanya, gue mengambil minuman itu dan mengucapkan terima kasih.

"Kayaknya nanti gue nggak bisa liat lo tampil. Gue ada jadwal latihan olimpiade kimia. Tapi kalau bisa, gue bakal usahain untuk ngeliat lo kok," sambungnya setelah gue mangambil minuman itu.

"Its okay, semangat latihannya ya," ujar gue tersenyum sambil membuka tutup botol minuman yang cukup keras.

"Iya, lo semangat juga," jawabnya. Razil kemudian melirik ke arah tangan gue yang berusaha membuka tutup botol minuman yang diberinya, "Kalo nggak kuat, bilang," sambungnya sambil mengambil botol minuman itu dari tangan gue.

Razil membuka tutup botol itu. Tak butuh waktu lama baginya untuk sekedar membuka tutup botol yang menurut gue cukup keras. Setelah terbuka, ia menyodorkan kembali minuman itu pada gue.

"Thanks," ucap gue lalu meneguk minuman itu.

Razil mengangguk sekilas. Dia masih berdiri di depan gue, tatapan matanya tak lepas menatap gue yang kini masih meneguk minuman rasa jeruk itu.

"Hai Zil," sapaan itu seketika membuat aktivitas minum gue terhenti dan menoleh ke asal suara. Ah ternyata Kak Anya, dia benar-benar udah ngerusak momen gue bareng Razil.

"Hai," jawab Razil singkat lalu kembali mengalihkan pandangannya pada gue setelah menatap sekilas ke arah Kak Anya. Sedangkan gue masih tetap menatap tak suka ke arah punggung Kak Anya yang mulai menjauh dari tempat kami berdiri.

"Jangan terlalu ngerespon dia," ucap gue yang kini udah kembali menatap ke arah Razil.

"Lo cemburu?" tanya Razil iseng sambil tertawa renyah menampakkan deretan gigi rapinya.

"Nggak cemburu, cuma ngingetin aja." jawab gue malas sambil kembali meneguk minuman yang diberi Razil.

Karena sedikit emosi, gue meminum minuman itu cukup banyak, hingga hanya tersisa setengah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

About ZeyaWhere stories live. Discover now