#07

83.7K 5.6K 156
                                    

Aku sarankan yang sudah baca sampai habis kembali membaca, kalau niat WKWKWK. Banyak bagian yang hilang dan aku rubah, terus pemilihan katanya juga bedaaaaaaaaa banget.

***

085268******
Kl kls km sdh slesai, chat sy.
Nnti plgny brng.

Jemari gue mengetikkan sederet kata sebagai tanda tanya. Nomer yang tak di kenal ini tampak sedang aktif hingga detik berikutnya pesan gue menampilkan tanda telah terbaca.

Ini siapa?

Gk simpan no saya?

Saya tanya, ini siapa?

Alvin.

Melihat jawaban yang gue dapatkan, semakin membuat kernyitan yang kening gue ciptakan tercetak jelas. Mungkin saja, Alvin yang di maksud bukanlah orang yang sama-suami gue-maksudnya. Mengingat bahwa nomer yang tertera berbeda, membuat gue kembali bertanya.

Alvin mana ya?

Suami km.

Mulut gue yang tertutup rapat, sedikit terbuka saat jawaban itu muncul dengan cepat. Katanya, suami gue. Namun nomer yang tertera disana, berbeda dengan nomer yang tersimpan di dalam ponsel gue.

No ny beda?

Ini yg pribadi, smpn yg ini.
Sy bkl lbh sring cht km disini.

Ah ... begitu rupanya. Kepala gue yang mendongak, kembali tertunduk saat suara dentingan ponsel nyaring terdengar. Lagi, pesan dari Alvin muncul disana.

Km blm jawab yg di atas.

Nanti saya chat aja, Pak.

Sudah, gue tak lagi mendapatkan balasan. Saat pesan yang gue kirimkan sudah terbaca, tanda online yang berada di atas hilang yang mengartikan bahwa Alvin sudah mengakhiri pesan. Hal yang sama juga gue lakukan, menutup aplikasi tersebut lalu kembali meletakkan ponsel gue ke dalam saku celana.

Dari hitungan jam yang berlalu-kini-tepat pukul 18.30, gue baru saja mengakhiri sambungan telpon bersama Alvin. Memintanya untuk segera menjemput gue. Keadaan kampus yang masih terlihat ramai, membuat gue memutuskan untuk menunggu di halte. Saat mobil bewarna putih yang tak lagi asing di mata terlihat di depan sana, tubuh gue terangkat dan berjalan kearah kendaraan tersebut. Membuka pintu penumpang lalu menyapa Alvin yang hanya ia balas dengan anggukan kepala.

Sesekali, netranya tampak terpusatkan pada gue. Sepenuhnya gue menyadari hal itu sebab beberapa kali secara tak sengaja kedua manik mata kami beradu bersama-yang dalam hitungan detik pula-kembali teralihkan secepatnya.

Hal ini membuat gue bertanya, sebenarnya kami ini kenapa?

***

"Ini udah malam, Vira, tidur."

Kepala gue mendongak menatap Alvin yang berdiri memperhatikan laptop yang masih saja menyala. Dengan kaos hitam polos dan boxer yang ia kenakan, gue sudah menebak bahwa Alvin akan bersiap merebahkan diri di atas ranjang. Kepala gue teralih melihat jam digital yang memang sengaja di letakkan di meja belajar, pukul 23.23. Pantas saja, tidak heran jika Alvin sudah menyuruh gue untuk bergabung bersamanya untuk beristirahat.

COLD LECTURER (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang