5

8.8K 804 161
                                    

Semua terjadi begitu cepat. Haruto langsung mendapatkan apartemen yang diinginkannya, sebuah apartemen yang sangat mewah dengan privasi yang sangat terjamin. Junkyu tidak berani membayangkan berapa harganya, tapi Haruto bersikap sangat santai, katanya itu semua hanyalah investasi.

Dengan sangat efisien Haruto membantu Junkyu membereskan barang-barangnya yang tentu saja tidak banyak untuk dipindahkan ke apartemen, lalu menyelesaikan pembayaran kost dan sekaligus berpamitan dengan induk semangnya.

Mereka berdua berdiri di tengah ruang tamu apartemen yang sangat mewah itu, Haruto tersenyum pada Junkyu yang berdiri kaku di tengah ruangan.

"Well, anggap saja ini rumahmu sendiri." dia lalu melirik jam tangannya, "Aku harus kembali ke rumahku, pengurus rumah tanggaku pasti bertanya-tanya apa yang kulakukan sampai aku tidak memberi kabar, dia akan kebingungan menjawab telepon yang masuk, kau, silahkan atur apartemen ini sesuai seleramu, jika ada yang kurang ata kau ingin menambah sesuatu, bilang saja."

Junkyu memandang sekeliling apartemen yang penuh dengan interior mewah dan elegan itu. Penataannya saja terlalu mewah dan mungkin berlebihan untuknya, tidak, dia mau mengganti apalagi?

"Sementara kau pergi, bolehkah aku keluar sebentar? Kau ingat? Sedikit waktu untuk diriku sendiri seperti yang kaujanjikan?"

Haruto mengangkat bahu, "Silahkan." dia mengeluarkan dompetnya, "Kau butuh uang?"

"Tidak!" Junkyu menjawab tegas, uang tiga ratus juta yang ditransfer Haruto tadi siang sudah lebih dari cukup, dia tidak butuh uang apa-apa lagi dari laki-laki itu.

Haruto sepertinya bisa membaca pikiran Junkyu. "Uang yang kuberi tadi itu murni untukmu. Silahkan kau gunakan sesuka hatimu, tetapi untuk sehari-hari, aku sudah berjanji akan membiayaimu, ingat kan penawaranku di ruangan kerjaku dulu?"

Haruto mengeluarkan kartu berwarna keemasan dari dompetnya, "Ini kartu debit, isinya lebih dari cukup jika kau ingin membeli sepuluh mobil sekalipun."

Haruto lalu menyebutkan nomor PIN nya dan menyuruh Junkyu mengingatnya baik-baik. Junkyu sebenarnya ingin menolaknya, tapi dia tak ingin berlama-lama berdebat dengan Haruto disini. Lagipula dia tinggal menyimpannya di dompet dan tak akan pernah memakainya, toh Haruto tidak akan tahu.

Haruto memakai jasnya, puas karena Junkyu menerima kartu debitnya.

"Kita akan buat kartu kredit atas namamu besok. Nanti malam, kalau tak ada urusan aku akan kesini." Tatapan Haruto ketika mengucapkan 'nanti malam' begitu intens, membuat pipi Junkyu memerah.

Sepeninggal Haruto, Junkyu segera memakai jaket, membawa tas dan melangkah pergi. Lobby apartemen yang begitu mewah itu benar-benar membuatnya minder, apalagi penjaga pintu menyapanya dengan begitu penuh hormat ketika dia melangkah keluar.

"Anda ingin dipanggilkan taxi, Mr?" sapanya dengan sopan.

Junkyu cepat-cepat menggeleng, tidak mungkin kan dia bilang kalau dia mau menunggu kendaraan umum di depan perempatan sana?

"Tidak." jawabnya, "saya menunggu jemputan, di depan." gumamnya singkat, lalu sebelum penjaga pintu itu bertanya-tanya lagi, Junkyu segera mengangguk sopan dan melangkah pergi.

Perjalanan ke rumah sakit tidak berlangsung lama, mungkin karena hari minggu jadi jalanan tidak begitu macet.

Junkyu berpapasan dengan suster Jisoo ketika dia hendak memasuki ruangan perawatan Noa.

"Kau tidak apa-apa Junkyu? kau kelihatan pucat."

Junkyu meraba pipinya. Benarkah? Apakah dia tampak berbeda sekarang? Setelah dia menyerahkan...

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now