13

7.1K 785 155
                                    

Pagi itu Haruto duduk di kantornya dengan muram. Hari masih pagi, para karyawan belum datang ke kantor, tapi Haruto sudah ada di situ. Dia tak tahan berada di kamar apartemen itu sendirian tanpa Junkyu.

Dia terbangun pagi-pagi sekali. Karena terbiasa mencari Junkyu untuk dipeluk, tetapi yang ditemukannya hanya bantal kosong. Dengan marah Haruto langsung bangun dan murka. Berani-beraninya pelacur itu meninggalkannya?

Tetapi kemudian, kertas yang diletakkan di bantal Junkyu itu agak meredakan kemarahannya. Sebuah pesan singkat sederhana yang ditulis dengan huruf yang sangat rapi.

Junkyu bilang, "Sampai jumpa di kantor besok pagi." jadi Haruto menahan diri dari kemarahannya dan memutuskan bersiap-siap dan berangkat ke kantor saat itu juga.

Sekarang dia duduk sendirian di ruangannya, memikirkan perbuatannya semalam dan mulai merasa cemas. Ia terlalu kasar. Ia tahu itu. Ia terlalu kuat dan Junkyu terlalu rapuh untuk menahan kemarahannya.

Tapi tidak tahukan Junkyu, kalau pemandangan Junkyu yang sedang dipeluk dan dicium oleh Yoonbin itu benar-benar membuatnya marah?

Seharusnya hanya dia yang boleh memeluk Junkyu!

Seharusnya hanya dia yang boleh mencium Junkyu!

Saat itulah pintu diketuk dengan pelan. Haruto terdiam penuh antisipasi, dia sudah menunggu. Siapa lagi yang datang sepagi ini kalau bukan Junkyu?

"Masuk."

Pintu itu terbuka pelan, dan Junkyu muncul disana. Hati Haruto langsung bagaikan dihantam oleh palu ketika melihat keadaan Junkyu. Junkyu masih memakai pakaiannya yang semalam meskipun kelihatan segar setelah mandi. Tapi wajahnya kelihatan pucat dan rapuh. Dan bibirnya sedikit lebam akibat ciuman-ciuman kasarnya kemarin.

Kenapa kau pucat sekali, Sayang?

Haruto berdehem, menahan perasaannya. Detik itu juga Haruto memutuskan dia akan memaafkan Junkyu. Dia tidak bisa menyalahkan Junkyu karena merayu Yoonbin, tidak ada yang bisa melarangnya kan?

Tidak ada tertulis dalam perjanjian mereka bahwa Junkyu tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, disitu hanya tertulis bahwa Haruto berhak memiliki Junkyu sesuka hatinya.

Oleh karena itu dia akan segera memastikan adanya klausul tambahan dalam perjanjian itu. Bahwa Junkyu tidak boleh disentuh laki-laki lain. Bahwa tubuh Junkyu adalah hak eksklusifnya miliknya.

Untuk sekarang, Haruto yakin Junkyu akan memohon maaf padanya, dan itu bukan masalah, Haruto siap memaafkan Junkyu atas pengkhianatannya semalam. Dia siap menerima Junkyu lagi. Dia belum mau melepaskan Junkyu.

"Duduk." perintahnya, berusaha sedatar mungkin.

Dengan patuh Junkyu duduk, tapi Junkyu tidak berkata apa-apa, hanya meremas tangannya dengan gelisah.

"Sebenarnya kau ingin bicara apa hingga harus menunggu sampai di kantor?"

Dimana kau tidur semalam? apakah kau baik-baik saja? apakah aku menyakitimu?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang bermunculan di benak Haruto, tetapi Haruto menahankannya.

Junkyu mendongakkan kepalanya, matanya tampak penuh tekad ketika menatap Haruto. Takut, tapi penuh tekad.

"Aku... ingin melunasi semua hutangku dan mengakhiri perjanjian kontrak kita."

Haruto tertegun. Rasanya seperti seluruh aliran darahnya dihentikan seketika. Ini adalah jawaban yang sama sekali tidak disangkanya. Haruto begitu terkejut hingga membatu seperti patung. Tetapi ketika keterkejutannya usai, kemarahan langsung merayapinya. Seperti api yang membakar pelan-pelan, makin lama makin berbahaya.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now