16

7.2K 781 210
                                    

"Tidak enak." Noa mengernyit, menggelengkan kepalanya, menghindari sendok berisi bubur sayuran yang disuapkan Junkyu kepadanya.

Hari ini adalah tiga minggu sejak Noa tersadar dari komanya, kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu.

Dokter sendiri memuji perkembangan Noa yang luar biasa pesat, tekad laki-laki itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.

"Kau harus memakannya." gumam Junkyu sedikit geli dengan kemanjaan Noa yang seperti anak-anak, "Ini menyehatkanmu."

"Rasanya seperti muntahan." Gumam Noa, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Junkyu lalu mengernyit ketika menelan. Ekspresinya membuat Junkyu tergelak, tapi kemudian Noa meraih tangan Junkyu yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius.

"Junkyu, tak terbayangkan rasa terimakasihku padamu. Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku... Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku..."

"Stttt," Junkyu meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Noa, "Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?"

"Tapi..." ekspresi kesedihan menghantam Noa, "Aku... Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi bebanmu."

"Noa." Junkyu menyela sedikit marah, "Kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu..." Suara Junkyu berubah sendu.

"Meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu. Kau tahu selama ini aku selalu berdoa apa? Aku berdoa yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain, Tuhan sudah mengabulkan doaku Noa. Tidakkah itu cukup?"

Mata Noa tampak berkaca-kaca.

"Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu."

Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka, Junkyu dan Noa menoleh bersamaan, lalu Junkyu tersenyum, Jihoon ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan dokter Jihoon sudah mulai akrab dan berteman dengan Noa.

Tapi senyuman Junkyu langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang Jihoon, itu Haruto!

Haruto yang sama. Haruto yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca.

Junkyu tidak pernah berhubungan dengan Haruto lagi sejak Noa sadarkan dari komanya. Haruto selalu memaksakan maksudnya dengan perantaraan Jihoon.

Seperti ketika Haruto memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Noa dan ketika Haruto memaksakan Junkyu setuju -lewat bujukan Jihoon– agar Junkyu dan Noa pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Noa sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.

Sekarang Haruto berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Junkyu bertanya-tanya, apakah Haruto mendengarkan percakapannya dengan Noa tadi. Apakah Haruto tidak senang mendengarnya?

"Dokter Jihoon." Noa menyapa ramah ketika Junkyu hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah laki-laki tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Junkyu.

"Halo Noa, aku datang untuk mengecek keadaanmu. Dua hari lagi kau sudah boleh pulang kalau kondisimu sebaik ini terus."

Jihoon menyadari Noa menatap ke arah Haruto, lalu menyikut pinggang Haruto untuk menarik perhatian Haruto yang terarah lurus kepada Junkyu, "Dan ini Watanabe Haruto, dia... eh, bosku dan bos Junkyu juga."

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now